sumber : tabloidnakita.com
Ada triknya agar si kecil tak protes saat disuruh berhenti main air!
Hampir semua anak batita senang bermain air. Lihat saja, saat mandi, si kecil akan bersemangat menyulap shower menjadi sumber hujan. Ia pun betah berendam di bathtub dan berlaku selayaknya berada di kolam renang; jebyur sana, jebyur sini. Di halaman, selang untuk cuci mobil malah dijadikan ajang semprot-semprotan. Istilahnya, si kecil enggak boleh lihat air nganggur sedikit saja!
Kenapa ya anak begitu senang main air? Air memiliki bentuk berbeda dari benda lainnya. Si kecil bisa merasakan sensasinya; bila terkena tubuh akan jadi basah, dingin, dan segar. Ketika anak mulai bisa duduk sendiri di bak mandi, saat itu jugalah sang buah hati sudah “jatuh cinta” pada air.
Sebetulnya, hampir tak ada hal negatif dari bermain air. Hanya saja memang ada syarat yang perlu dipersiapkan ketika anak main air yaitu:
* Kondisi anak sedang sehat dan tidak sakit.
* Perut anak sudah terisi makanan. Hal ini untuk mencegah daya tahan tubuhnya menurun karena kelamaan bermain air.
* Buat kesepakatan bersama anak mengenai lamanya bermain air. Misal, “Kalau jarum pendek jam ini sampai di angka 4 (tunjuk atau tandai angka 4 dengan stiker), berenang selesai, oke?” (Memang tak ada batasan yang pasti untuk itu. Selama fisiknya siap, si kecil tampak happy dan tubuhnya belum kedinginan, atau kulitnya (telapak tangan dan jari jemarinya) belum berkerut-kerut, tak masalah. Tetapi umumnya kalau kondisi/situasinya dinginmisal di daerah pegunungan atau hari sedang hujan15 menit bermain air saja, anak sudah kedinginan. Sementara di udara panas, (umpama, anak bermain air di halaman rumah) paling tidak sekitar 30 menit. Jika di kolam renang mungkin bisa lebih lama lagi sampai 1 jam atau lebih.
* Setelah ada kesepakatan bersama, pasang timer atau gunakan jam weker. Timer akan berbunyi di waktu yang sudah ditentukan bersama.
* Sebelum waktu selesai, orangtua sudah memberikan kode atau sinyal agar anak bersiap-siap untuk menyudahi aktivitasnya. Misal, “Ayo, 10 menit lagi kita selesai. Wekernya akan berbunyi. Siap-siap ya bereskan mainanmu.”
* Jika sudah waktunya anak menolak untuk selesai, ingatkan kembali pada kesepakatan awal. Untuk anak usia 1 tahunan yang umumnya masih belum bisa mengerti mungkin bisa diangkat saja oleh orangtua untuk menyudahinya. Kemudian ajak ia bersih-bersih dan mengganti baju. Sementara pada anak yang lebih besar bisa kita katakan, “Kalau Adek masih ingin main silakan main sendiri. Ayah dan Ibu sudah selesai. Kalau Adek seperti ini, lain kali Ayah dan Ibu enggak mengizinkan main air seperti itu lagi lo.”
BELAJAR ANEKA KONSEP
Dengan bermain air ada banyak pelajaran yang bisa didapat anak:
* Anak akan mudah diarahkan untuk menjaga kebersihan diri semisal mandi dan gosok gigi.
* Bermain air di kolam (berenang) bisa melatih kekuatan otot paha, lengan, leher dan lainnya.
* Bisa mengenalkan konsep waktu. Karena anak diajak membuat kesepakatan mengenai lama waktunya bermain air dan kapan harus selesai.
* Melatih disiplin dengan mengajari anak untuk mematuhi kesepakatan dalam bermain air.
* Melatih anak menepati janji. Jika waktu bermain air habis, maka anak harus belajar menepatinya. Begitu pun orangtua, harus melaksanakan komitmen yang dibuat.
* Melatih motorik kasar dan halus. Contoh, saat bermain air di kolam renang dia akan berjalan di air dan ini melatih keseimbangannya. Atau kala anak main air dengan memegang gayung, menciduk air dalam ember dan memasukkan air ke dalam wadah, semua itu melatih segala kemampuan motoriknya.
* Anak belajar banyak konsep seperti konsep penuh, setengah, kosong, dingin, hangat, tumpah, basah, kering, dan sebagainya.
Namun perhatikan faktor keamanan lingkungan di sekitarnya, seperti:
* Bermain di kolam perlu kelengkapan seperti jaket pelampung untuk menghindari kecelakaan tenggelam.
* Orangtua pun perlu mencium aroma air kolam renang apakah kandungan kaporitnya cukup aman, tidak terlalu menyengat. Kaporit yang kelewat pekat bisa membuat mata anak jadi merah dan kulit jadi kering.
* Perhatikan lantai tempat anak bermain air. Usahakan lantainya tidak licin. Kalau bisa beri alas karet yang tak mudah bergeser.
* Dampingi anak selalu saat main air, agar dapat dihindar dari terjadinya kecelakaan. Kalaupun terjadi sesuatu maka bisa segera mendapatkan pertolongan.
ADA Yang Tak Suka MAIN AIR?
Hal ini jarang terjadi. Kalaupun ada, ketidaksukaan anak umumnya berkaitan dengan aktivitas mandi atau keterbatasan kemampuannya di kolam renang. Jadi bukannya karena ia enggak suka ciprat-cipratan main air. Kalau memang si kecil takut air, orangtua mesti mencari tahu penyebabnya. Apakah saat mandi ia pernah terkena semprotan shower yang membuatnya jadi gelagapan, terpeleset di bathtub, terkena siraman air dingin, atau tenggelam di kolam. Bisa juga karena anak pernah melihat atau menonton hal yang mengerikan berkaitan dengan air, seperti tsunami.
Jika anak sampai takut mandi atau berenang maka orangtua bisa mengatasinya dengan cara bertahap. Antara lain:
* Gunakan air hangat saat anak mandi.
* Basahi tubuhnya dengan air sedikit demi sedikit atau dibasuh. Jangan asal main guyur atau memasukkan anak ke dalam bak mandi.
* Jika menggunakan shower, atur siraman air agar mengenai bagian belakang tubuhnya sehingga si kecil tidak gelagapan atau kehilangan kontrol dirinya saat tersiram air.
* Ajak anak berkomunikasi. Beri penjelasan bahwa dengan bermain air tubuh memang menjadi basah tetapi terasa menyegarkan.
* Bagi anak yang pernah tenggelam, lakukan pula proses yang sama secara bertahap. Misalnya, isi bak mandi setinggi tumit. Kemudian ajak anak masuk ke dalam bathtub. Setelah itu tambahkan airnya sedikit demi sedikit namun jangan sampai terlalu penuh.
* Jika anak takut karena suatu hal yang pernah ditontonnya, orangtua bisa menggali penyebabnya dari cerita anak. Bila perlu tonton apa yang pernah dilihatnya dan beri penjelasan dengan tepat.
* Ajak anak ke kolam renang. Awalnya bisa dengan hanya duduk-duduk di pinggiran kolam sambil merendam dan memainkan kaki-kakinya. Setelah itu, ajak ia dengan digandeng atau digendong masuk ke tengah kolam meski kolamnya berukuran kecil.
BAIK Bagi Anak HIPERAKTIF
Main air di dalam kolam baik bagi anak dengan gangguan hiperaktivitas. Air akan menarik tubuhnya sehingga kakinya akan tetap menjejak dasar kolam. Melangkah dalam air pun memerlukan energi yang lebih besar karena adanya berat air. Jadi, ketika ia naik dari kolam, energinya sudah banyak terkuras. Hal ini yang mengurangi hiperaktifnya.
Main HUJAN-HUJANAN
Banyak yang mesti dipertimbangkan sebelum membolehkan si kecil bermain hujan-hujanan. Antara lain kondisi udara yang terpolusi sehingga berdampak pada air hujan dan kesehatan anak. Adanya petir dan kondisi lingkungan becek penuh kuman juga perlu menjadi kekhawatiran tersendiri.
Jika kehujanan segera mandikan anak dengan air hangat dan bersihkan tubuhnya. Pakaikan baju yang agak hangat dan beri minuman yang hangat-hangat untuk mengembalikan daya tahan tubuhnya.
HINDARI Genangan AIR
Si kecil tengah bermain genangan air kotor? Jangan langsung bereaksi marah pada anak. Ia pasti tidak suka disikapi seperti itu dan bisa membuatnya melawan. Sebaiknya, ajak anak pergi dari tempat tersebut dengan mengalihkan perhatiannya. Bawa si kecil untuk mencuci tangan, kaki dan membersihkan tubuhnya dengan sabun dan kemudian berganti pakaian. Setelah selesai, ajak sang buah hati bicara dengan memberi penjelasan agar ia tidak mengulangi lagi main di air kotor.
Ceritakan bahwa di dalam genangan air tersembunyi berbagai sumber penyakit seperti air pipis tikus, cacing, dan kuman yang tidak kelihatan oleh mata. Beri tahu akibat yang akan ditimbulkan bila kuman tersebut masuk ke dalam tubuh. Penjelasan yang diberikan oleh orangtua bisa diceritakan kembali di lain waktu lewat cerita-cerita sebelum tidur, misalnya.
Dedeh Kurniasih.
Narasumber:
Dra. Karmila Wardana, M.Psi,
dari Empati Development Center, Jakarta