sumber : tabloidnakita.com
Dapat mengembangkan kecerdasan logis-matematis dan visual-spasial.
Di usia 2 sampai 2;6 tahun, batita dapat belajar tentang konsep ukuran (banyak-sedikit, besar-kecil, panjang-pendek, tinggi-rendah). Selain karena kemampuan bahasanya yang semakin baik, di usia ini kemampuan kognitifnya berada dalam tahap praoperasional (usia 2-6 tahun). Anak dapat mengelompokkan, entah benda, warna, bentuk, maupun ukuran. Salah satunya, mengelompok benda berdasarkan ukuran tertentu, semisal benda kecil dengan benda besar, atau benda panjang dengan benda pendek.
Ia pun dapat diajak menyusun benda berdasarkan urutan sesuai ukuran, namun ia baru bisa merangkaikan dua benda saja. Contoh, tongkat A lebih panjang daripada tongkat B, atau tongkat C lebih panjang daripada tongkat B. Tapi ia belum bisa diminta menyusun sejumlah tongkat dari yang paling pendek sampai yang paling panjang. Karena, ia baru bisa memusatkan satu hubungan pada satu saat dan belum bisa melihat keseluruhan.
Tentunya pemberian stimulasi dilakukan melalui permainan, mengingat usia balita adalah usia bermain. Pilihlah alat permainan yang konkret, dapat diraba, dirasakan dan dicoba sendiri, sehingga memudahkan si batita untuk memahami materi yang dipelajari.
KONSEP BESAR-KECIL
Mulailah dengan anggota tubuh si batita. Misal, Anda mengambil tangan si kecil dan berkata, “Coba Adek lihat tangannya, deh. Tangan Adek kecil, tangan Bunda besar.” Kemudian, satukan telapak tangan anak dengan telapak tangan Anda sehingga si batita dapat melihat dengan jelas betapa kecil ukuran tangannya dibanding dengan tangan bundanya. Selanjutnya dapat dikembangkan dengan benda-benda yang ada di sekitarnya. Contoh, “Lihat, sepatu Adek kecil, sepatu Ayah besar.” Atau, dengan beberapa permainan yang dapat dilakukan bersama.
* Menyusun menara dari kayu, mulai ukuran besar di bagian bawah dan makin ke atas makin mengecil. Bentuknya bisa berbagai macam: bujur sangkar, lingkaran, segitiga, segilima. Pilih sumbu yang tak rata, sehingga anak harus menyusun dari yang besar makin ke atas makin mengecil, tak bisa dibalik karena balok-balok itu takkan bisa masuk.
* Sediakan 1 botol bermulut kecil dan 1 wadah bermulut besar yang dapat dimasukkan oleh tangan anak, semisal stoples. Minta anak memasukkan benda-benda kecil seperti kancing atau kelereng kepunyaannya. Selanjutnya, minta ia mengambil benda-benda itu. Tentunya, ia akan kesulitan memasukkan tangannya ke dalam mulut botol yang kecil. Sebaliknya, ke dalam stoples. Tanyakan komentarnya, mengapa tangannya tidak bisa masuk di botol dengan mulut kecil. Berikan penjelasan, sehingga anak memahami tentang besar dan kecil dengan baik.
KONSEP TINGGI-RENDAH
* Minta si batita berdiri tegak dan Anda juga berdiri tegak di sebelahnya. Berikan penjelasan bahwa Adek rendah, sedangkan Bunda tinggi.
* Lanjutkan dengan benda-benda yang ada di sekitar rumah. Misalnya, lemari baju Adek rendah, lemari baju Bunda tinggi.
* Dapat juga dengan permainan, seperti menyusun bantal. Minta si batita menyusun bantal setinggi tubuhnya. Kemudian, susunlah bantal lain yang tingginya 2 kali lebih tinggi dari yang telah disusun si batita. Berikanlah penjelasan, bahwa tumpukan bantal Adek rendah, tumpukan bantal Bunda tinggi.
KONSEP PANJANG-PENDEK
* Ambil tangan kanan si kecil, mintalah untuk meluruskan tangannya ke depan. Kemudian, tempelkan tangan kiri Anda sejajar dengan tangan si kecil. Sampaikan bahwa, tangan Bunda panjang, tangan Adek pendek.
* Gunakan benda-benda yang ada di sekitar rumah. Misal, sapu lidi yang digunakan untuk membersihkan atap itu panjang dan sapu untuk membersihkan lantai itu pendek. Selang untuk menyiram bunga lebih panjang daripada selang dari keran ke ember.
* Lakukan permainan sederhana. Contoh, menyusun kursi menjadi kereta api. Susunlah kereta api dengan 4 kursi dan kereta dengan 2 kursi. Tanyakan mana yang lebih panjang atau yang lebih pendek? Minta ia naik kereta api yang lebih panjang dan Anda menaiki kereta api yang lebih pendek.
KONSEP BANYAK-SEDIKIT
Salah satu contoh, ambil 2 buah stoples berukuran sama besar, lalu isi dengan permen; yang satu diisi penuh dan satunya lagi diisi setengahnya. Tanyakan pada anak, mana stoples yang berisi permen lebih banyak.
RAGAM MANFAAT BELAJAR KONSEP UKURAN
1. Kelak anak akan lebih mudah membedakan besar-kecil, tinggi-rendah, banyak-sedikit, panjang-pendek dalam kehidupan sehari-hari.
2. Mengembangkan kecerdasan visual-spasial, yakni kemampuan berpikir dalam bentuk tiga dimensi atau berkaitan dengan bidang ruang.
3. Mengembangkan kecerdasan logis-matematis, yakni kemampuan mengolah hal-hal yang bersifat matematis dan ilmiah. Mampu membedakan pola logika dan numerik serta menangani rangkaian penalaran yang panjang.
COBA-COBA SEPATU KEGEDEAN
Biarkan saja. Yang penting, ajarkan etika meminjam.
Gemar mencoba sepatu milik ayah-ibu atau orang lain adalah pemandangan yang kerap ditemui di usia batita. Si kecil terlihat asyik memakai aneka sepatu yang ada di hadapannya, tak peduli apakah sepatu itu kebesaran di kakinya. Sepertinya, kegiatan itu adalah suatu permainan yang mengasyikkan.
Sesungguhnya, perilaku ini merupakan perwujudan dari rasa ingin tahunya. Ia ingin mengeksplorasi dunianya dan ingin melakukan sesuatu yang berarti buat dirinya. Ini memang ciri anak batita, yaitu memiliki keinginan yang sangat besar untuk menjajagi lingkungannya, sehingga apa pun yang dilihat dan dipegangnya ingin selalu diketahuinya. Karena itu, tak ada yang perlu dikhawatirkan dengan kesenangan si kecil mencoba-coba sepatu orang. Apalagi dari kegiatan ini, si kecil juga memperoleh manfaatnya (lihat boks).
Namun, mengingat sepatu yang dikenakan si batita, umumnya kepunyaan orang lain, maka orangtua hendaknya juga mengajari anak untuk meminta izin terlebih dahulu kepada si empunya sepatu. Dengan begitu, anak sekaligus belajar tentang aturan. Jadi, saat melihat si kecil beraksi dengan mencoba sepatu yang bukan miliknya, jangan dimarahi atau dihentikan, melainkan beri arahan.
RAGAM MANFAAT
Kegiatan mencoba-coba sepatu orang bisa menjadi ajang latihan bagi si kecil untuk:
* Mengembangkan keterampilan motorik halus.
Saat membuka, melepas dan memakai sepatu dengan jari-jarinya, si batita tengah melatih keterampilan motorik halusnya. Semakin sering berlatih, tentu kemampuannya semakin baik. Ia pun akan terampil memakai dan melepas sepatunya sendiri.
* Mengembangkan kemampuan otonomi.
Menginjak 2 tahun, anak mulai menunjukkan otonominya. Salah satunya adalah keinginan untuk melakukan segala sesuatunya sendiri. Demikian pula dengan sepatu. Kalau biasanya ia dipakaikan, maka sekarang ada dorongan untuk menggunakan sepatu sendiri. Berikan kesempatan itu, meski sepatu yang digunakan adalah milik orang lain. Jangan lupa memberikan penghargaan berupa pujian bila si batita berhasil memakai sepatu dengan benar. Penghargaan ini akan membangun rasa percaya dirinya. Berikan pula kesempatan kepada si batita untuk memilih sendiri sepatu yang akan digunakan. Lambat laun, ia akan terbiasa mengambil keputusan sendiri. Ini dapat menimbulkan kepuasan tersendiri pada si batita karena memakai pilihannya sendiri.
* Belajar konsep besar-kecil.
Saat si kecil memakai sepatu milik ayah, misal, jelaskan padanya bahwa sepatu ayah terlalu besar untuk ukuran kakinya yang kecil. Kemudian berikan sepatu miliknya dan bandingkan dengan sepatu milik ayah yang dipakainya. Dengan demikian si batita dapat belajar mengenai konsep besar-kecil.
* Belajar konsep kanan-kiri.
Begitu pula dengan konsep kanan-kiri. Bila si kecil salah menempatkan sepatu yang dikenakannya, segera perbaiki. “Adek, sepatu yang ini untuk kaki kanan. Nah, ini kaki Adek yang kanan. Kalau sepatu yang ini untuk kaki kiri. Nah, ini kaki Adek yang kiri.” Bila kesalahan ini tak diperbaiki pada kesempatan pertama, maka akan lebih sulit untuk memperbaikinya kelak.
Utami Sri Rahayu. DIPERAGAKAN MODEL, FOTO-FOTO: IMAN/NAKITA
Narasumber:
Rahmi Dahnan Psi.,
Konsultan Yayasan Kita dan Buah Hati