PIEN TZE HUANG, POPULER TAPI MISTERIUS


sumber : http://www.intisari-online.com/majalah.asp?tahun=2006&edisi=510&file=warna0101

Penulis: M. Sholekhudin

*Di kalangan pemakai obat tradisional Cina, merek Pien Tze Huang menjadi
maskot. Paling laris di kalangan pasien bedah, termasuk para ibu yang baru
menjalani operasi cesar kehamilan. Namun, banyak dokter tak merestui
pasiennya minum obat ini. Terus, mesti gimana dong?*

“Saya sih ikut saran temen aja. Kata dia, luka bekas operasi cepet kering
setelah minum obat ini,” tutur Ira, ibu yang baru saja melahirkan anak
pertamanya lewat bedah cesar. Seumur-umur, dia belum pernah minum obat cina.
Namun, begitu mendengar cerita kawannya itu, ditambah kekhawatiran lukanya
sukar sembuh, Ira pun mencoba. Tentu saja tak bisa dibuktikan, apakah obat
ini memang mempercepat kesembuhan lukanya atau tidak.

Yang jelas, ia mengaku bisa meninggalkan rumah sakit sehari lebih cepat
daripada penghuni kamar sebelah yang menjalani operasi serupa di hari yang
sama.

Seperti kebanyakan obat tradisional Cina lainnya, Pien Tze Huang memiliki
sejarah panjang. Ramuan ini mulai populer sejak abad ke-16 pada masa Kaisar
Shi Zong dari dinasti Ming. Secara harfiah, pien tze huang berarti pil yang
bisa menyembuhkan peradangan.

Keampuhan obat ini tersebar dari mulut ke mulut, dari ibu ke anak, dari anak
ke cucu, dari teman ke kawan lain. Kemampuannya bertahan dari generasi ke
generasi setidaknya menunjukkan bukti empiris keampuhannya.

Saking kondangnya, obat ini menjadi semacam nama generik seperti minyak
telon atau galian singset. Tak mengherankan, di toko-toko obat cina, Pien
Tze Huang bisa didapati dalam aneka ragam produk. “Kami tidak bisa bilang
yang lain palsu, tapi kami hanya menjual Pien Tze Huang buatan Zhang Zhou,”
kata Acin, pengelola toko obat cina “Ban Seng” di kawasan Glodok, Jakarta
Barat. Yang Acin maksud adalah pabrik farmasi Zhang Zhou Pien Tze Huang
Pharmaceutical, Cina.

Di Indonesia, Pien Tze Huang buatan Zhang Zhou didistribusikan oleh PT Saras
Subur Ayoe. Obat itu merupakan satu-satunya merek Pien Tze Huang yang
terdaftar di Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM). Itu sebabnya, Acin
tak menuding yang lain palsu. Promblemnya cuma soal terdaftar atau tidak.

Masalah keragaman Pien Tze Huang tak cuma perkara beda pabrik. Pemalsuan
produk milik satu pabrik pun kerap terjadi. “Kami sendiri kadang masih sulit
membedakan Pien Tze Huang yang asli dan yang ‘palsu’. Jadi, kami mesti buka
kemasannya dulu,” ujar Ida Binyanti, Sales & Marketing Managing Director
Saras Subur Ayoe.

“Dulu kemasannya masih jelek, jadi gampang ditiru. Tapi sekarang kami sudah
pakai stiker hologram laser. Sudah pakai stiker pun masih dipalsu juga!”
keluh Ida. Untuk melawan pembajakan ini, pihak distributor kemudian membuat
brosur yang berisi informasi singkat agar konsumen tak keliru pilih.

Untuk memastikan keaslian, Acin biasanya membuka kemasan primer Pien Tze
Huang yang mirip bungkus permen. Dalam bentuk pil tanpa bungkus itulah Acin
mengaku baru bisa memastikan keasliannya.

Satu pil Pien Tze Huang biasanya digerus lalu dimasukkan ke dalam enam
kapsul. Aturan pakainya dua kali sehari, masing-masing satu kapsul. Lama
minum tergantung kondisi luka. Jika sudah kering, obat bisa dihentikan.
Seperti obat cina lainnya, Pien Tze Huang tidak dianjurkan diminum bareng
obat dari dokter. Biasanya, diberi jarak 1 – 2 jam sesudah obat dari dokter.

*Prosedur standar*
Khasiat utama obat ini sebetulnya memperbaiki fungsi hati. Ini setidaknya
terlihat dari penelitian-penelitian yang pernah dilakukan maupun dari klaim
khasiat yang diiklankan. Makanya agak aneh juga, di Indonesia obat ini lebih
dikenal sebagai pengering luka pascaoperasi (cesar).

Para dokter di Chinese University of Hongkong melaporkan di Jurnal
*Pharmacology
& Toxicology*, Pien Tze Huang terbukti memiliki aktivitas hepatoprotektor.
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Himpunan Farmakologi Kesehatan
Tradisional Cina. Atas dasar penelitian itu, Zhang Zhou Pharmaceutical
mengklaim obat ini bisa mengatasi problem liver, seperti peningkatan kadar
SGOT-SGPT, hepatitis, perlemakan hati, juga kerusakan liver akibat obat atau
alkohol.

Bahkan obat ini juga dipercaya bisa menghambat perkembangan kanker hati dan
diyakini bisa memperpanjang harapan hidup penderita. Khasiat lainnya,
mempercepat penyembuhan luka, seperti luka sehabis operasi, luka bakar, juga
luka akibat benda tajam dan benda tumpul. Khasiat inilah yang paling sering
dicari para ibu yang tak ingin berlama-lama tidur di ranjang rumah sakit
sesudah operasi cesar.

Seperti kebanyakan obat tradisional, kandungan aktif Pien Tze Huang masih
remang-remang. Meski khasiatnya telah diakui, bahan aktif yang bertanggung
jawab terhadap khasiat farmakologis itu masih teka-teki.

Faktor inilah yang menyebabkan banyak dokter tak merestui pasiennya minum
obat ini, ketika mereka menjalani perawatan medis di rumah sakit. Dokter
biasanya cukup memberikan antibiotik, antinyeri, antipanas, serta vitamin.
Prinsipnya, pemberian obat diupayakan seminimal mungkin. Bahkan di
negara-negara maju, antibiotik hanya diberikan jika ada indikasi terjadi
infeksi. Jika tak ada indikasi, pasien tak perlu berurusan dengan obat ini.

Menurut dr. Nurwansyah, Sp.OG dari RSIB Harapan Kita, Jakarta, metode terapi
ini adalah standar prosedur terapi pascaoperasi cesar. Begitu ada kecurigaan
terjadi infeksi, dokter akan segera meminta pemeriksaan kultur (pembiakan)
bakteri. Setelah dipastikan ada infeksi, dokter baru memberikan antibiotik.
Jenis antibiotik pun selektif, tergantung pada hasil kultur di laboratorium,
bukan secara pukul rata.

Di Indonesia prosedur ini sulit dilaksanakan. Sistem dan teknologi
laboratorium umumnya belum cukup memadai untuk melakukan fungsi ini secara
cepat dan akurat. Selain itu, faktor alam dan kelembapan udara yang tinggi
menyebabkan mikroba gampang tumbuh. Itu sebabnya, dokter biasanya langsung
memberikan antibiotik buat semua pasien pascaoperasi cesar.

Biasanya, antibiotik itu diberikan selama 3 – 5 hari. Asalkan semua berjalan
normal, pada hari keempat atau kelima sejak operasi, pasien biasanya sudah
diperbolehkan meninggalkan rumah sakit. Jika dengan terapi standar ini luka
operasi belum sembuh, berarti ada sesuatu yang tak beres. Saat itulah,
dokter akan memberikan obat tambahan.

*Urusan penumpang*
Karena para dokter belum mengizinkan, banyak pasien yang minum obat ini
secara kucing-kucingan. “Kalau pasein bertanya kepada saya, ‘Boleh enggak,
minum obat ini?’, saya jawab, ‘Tidak!’,” kata Nurwansyah. “Perkara setelah
itu ia tetap minum, saya ‘kan enggak tahu. Saya juga enggak bisa *ngelarang.
* Kalau sudah gitu, urusannya ditanggung penumpang,” tambahnya sambil
tergelak.

Tentu saja Nurwansyah tak bermaksud menakut-nakuti pasien. Maklum saja, ilmu
kedokteran Barat memang ditegakkan di atas data-data ilmiah. Sebagai dokter,
Nurwansyah hanya akan merekomendasikan obat-obat yang telah diketahui bahan
atau zat aktifnya. “Bukan berarti saya antijamu. Bukan!” tandasnya.

Jika ia melarang pasiennya minum Pien Tze Huang, tak berarti ia mengganggap
obat itu berbahaya. “Saya ‘kan enggak tahu isinya. Mungkin mengandung
sejenis antibiotik,” duganya. Ia tidak mengizinkan pasein minum, semata-mata
karena ia dituntut untuk hanya berurusan dengan obat yang zat aktifnya sudah
jelas.

Ia menganalogikan kasus Pien Tze Huang dengan rumput fatimah. Meski kasusnya
bukan operasi cesar, keduanya punya konteks yang sama. Akar rumput fatimah
mengandung bahan fitokimia yang merangsang kontraksi rahim. Tumbuhan ini
sering dipakai sebagai jamu untuk memperlancar persalinan.

Yang jadi masalah, dosis kandungan fitokimianya tidak bisa diukur. Tumbuhan
ini dipakai dengan cara akarnya direndam. Air rendaman inilah yang diminum.
Semakin lama direndam, kadar zat fitokimia yang terlarut pun semakin pekat.
Dosis hari Rabu bisa saja dua kali lipat dosis hari Senin. Pada obat-obat
modern, masalah variasi ini tidak terjadi. Semua bahan aktifnya jelas.
Dosisnya pun terukur.

Minum jamu ala rendaman akar rumput fatimah ini akan menimbulkan masalah,
jika pada proses persalinan itu, dokter juga memberikan obat modern yang
merangsang kontraksi usus. Efeknya bisa dobel. Jika mulut rahim belum
terbuka, efek kuat kontraksi ini bisa berbahaya. Risikonya bisa berupa rahim
robek, perdarahan setelah melahirkan, atau bahkan kematian pada janin.

“Makanya, kalau ada pasien tanya, saya bilang enggak boleh,” sambung
Nurwansyah. Ia pun mengaku, sejauh ini tidak pernah menjumpai kasus
timbulnya masalah berat akibat Pien Tze Huang. Yang paling lazim, timbulnya
reaksi alergi. Meski begitu, ia menyarankan agar pasien tetap berkomunikasi
jika minum obat ini. Bagaimanapun, berkomunikasi tentu lebih baik daripada
main kucing-kucingan.

Jika setelah ditimbang-timbang, pasien tetap memutuskan untuk minum Pien Tze
Huang, urusan selanjutnya ditanggung penumpang. Gampang ‘kan?

19 thoughts on “PIEN TZE HUANG, POPULER TAPI MISTERIUS

  1. jika ingin mengkonsumsi pien tze huan sebaiknya konsultasi dulu dengan sinsei yang yang berstatus dokter juga,supaya pengobatannya tepat,karen pengalaman suami saya mengkonsumsi obat tersebut sangat manjur dan bermanfaat

  2. Ada tambahan, obat ini tidak boleh diberikan pada pengidap kanker karena malah akan mempercepat tumbuhnya sel-sel kanker, jua untuk ibu yang memberikan ASI karena bisa meningkatkan kadar bilirubin bayi.

  3. kalau ada yang mau tahu lebih banyak tentang Pien tze huang bisa hub ke 021-98981388 itu hari kerja doang dan jam kerja itu nomor konsultasinya PT. Saras Subur Ayoe. Importirnya untuk indonesia. kalo ga bisa juga ke email di obatchina@gmail.com

    tapi yang g tahu obat ini aman karena sudah banyak uji klinis yang dilakukan.

    just share

  4. Pien tze huang sebaiknya jangan dikonsumsi ibu melahirkan melalui operasi caesar. efeknya ASI cepat kering.

  5. Ping-balik: Obat Generik Untuk Chikungunya | Obat Herbal Untuk?

  6. dear sir,, kalo untuk pasca operasi batu ginjal, tp sdh ada sebulan setelah operasi tp masih belum sembuh total apakah masih bisa. minum obat china PIEN TZE HUANG…? mhn bantu ya,

Tinggalkan komentar