Asma


sumber : http://www.sehatgroup.web.id/?p=547

Asma adalah penyakit saluran napas kronik/menahun. Pada keadaan ini, batang paru-paru (bronkus) menjadi sempit, akibat dindingnya mengalami pembengkakan dan peradangan (inflamasi). Anak yang mengalami asma sensitif terhadap banyak iritan, seperti infeksi virus, asap rokok, udara dingin, dan partikel atau bahan kimia di udara. Alergi terhadap debu, bulu binatang, dan pollen (serbuk sari) bisa menjadi pencetus asma.

Penyempitan dan peradangan (inflamasi) jalan napas menyebabkan sesak napas dan batuk. Batuk seringkali merupakan tanda pertama, dan kadang satu-satunya gejala awal asma. Gejala asma lainnya adalah mengi (wheezing), napas cepat, dan kesulitan bernapas, sehingga penderitanya menggunakan otot napas tambahan di leher, perut, dan dada. Seringkali asma dikenali dengan wheezing saja, sehingga tanda-tanda lainnya kurang diperhatikan, atau bahkan dianggap sekedar flu/common cold. Dokter juga bisa salah mendiagnosisnya sebagai infeksi semisal bronkitis (meskipun bronkitis tidak selamanya akibat infeksi).

Tanda mengi sulit dikenali pada anak khususnya di bawah usia 18-24 bulan. Sehingga perlu diperhatikan tanda lain seperti batuk berdahak, napas cepat, dan flu berulang. Seorang bayi dengan asma dapat menjadi kurang responsif terhadap rangsangan, menangis lemah, dan mengalami kesulitan makan.

Anak yang lebih besar bisa mengeluhkan keadaannya seperti “dadaku sakit” atau “aku batuk terus”. Tanda-tanda ketidaknyamanan seperti ini dapat menjadikan seorang anak rewel tanpa alasan. Batuk mungkin timbul setelah aktivitas fisik seperti berlari. Atau anak mengalami batuk malam hari atau saat tidur. Batuk, mengi, dan napas yang pendek dapat juga menyertai tangisan, teriakan, atau tawa. Meskipun tidak tepat bahwa emosi seperti kemarahan dan kecemasan mencetuskan asma, hal-hal seperti ini secara tidak langsung bisa memperberat gejala.

Pada anak usia sekolah, asma bisa saja tidak terdiagnosis akibat tersamarkan oleh aktivitas belajar dan kegiatan fisik lain. Anak mengeluhkan batuk dan sesak napas membuatnya sukar tidur di malam hari. Kelelahan yang diakibatkan menjadikan gangguan konsentrasi dalam belajar.

Pencegahan dan penanganan dini asma dapat membantu mengurangi jumlah hari anak absen sekolah, atau dari perawatan di rumah sakit.

Hal-hal penting yang harus dipahami orangtua adalah:

bagaimana cara mencegah atau mengurangi gejala asma, yakni dengan cara menghindari pencetus. Untuk itu kenalilah pencetus asma pada anak Anda
bagaimana mengenali gejala asma, khususnya asma yang mengalami perburukan (dibahas lebih lanjut di bawah dan dalam Guideline)
penanganan apa yang harus dilakukan pertama kali, dan apa yang harus dilakukan jika asma memburuk (dibahas lebih lanjut dalam Guideline)
apa yang harus dilakukan dalam keadaan gawat darurat (dibahas lebih lanjut dalam Guideline)

Tanda-tanda seorang anak dengan kecurigaan asma harus dibawa ke dokter, antara lain:

batuk terus-menerus dan berkepanjangan (dapat dilihat dalam kategori derajat asma persisten dalam Guideline)
mengi atau wheezing ketika anak menghembuskan/membuang napas
napas pendek atau napas cepat yang tampaknya tidak berhubungan dengan aktivitas
gerak otot napas tambahan di dada
infeksi saluran napas berulang seperti pneumonia atau bronkitis

Mengenali ‘Serangan’ Asma

Seorang anak yang belum terdiagnosis asma, namun mengalami serangan asma (asthma ‘attack’), harus memperoleh penanganan yang tepat. Serangan asma umumnya bermula dengan batuk dan berkembang menjadi mengi dan napas cepat. Semakin memberat, otot-otot bantu napas di dada, perut, dan leher tampak bergerak. Anak menjadi sulit atau tidak dapat berbicara, denyut jantung meningkat, berkeringat banyak, sampai nyeri dada.

Selama serangan asma, saluran napas semakin menyempit dan aliran udara berkurang. Penanganan pada anak berdasarkan beratnya gejala asma dan derajat obstruksi udara. Klasifikasi serangan asma antara lain:
Serangan Ringan Serangan Sedang Serangan Berat
Bernapas Sedikit kesulitan dan hanya sedikit lebih cepat dibandingkan biasanya Lumayan kesulitan dan lebih cepat dibandingkan biasa Sangat kesulitan dan dapat sangat cepat atau dipaksa
Berbicara Mampu menyelesaikan kalimat dengan mudah Hanya mampu mengucapkan frase atau sebagian kalimat Hanya mampu membisikkan kata tunggal atau kalimat singkat
Keluhan Mengi ringan, batuk, napas pendek, perasaan sempit di dada Mengi sedang, batuk, napas pendek, perasaan sempit di dada Mengi berat, batuk, napas pendek, perasaan sempit di dada
Warna kulit Normal seperti biasa Normal atau pucat Pucat atau biru
Otot pernapasan Bergerak normal Otot dada bergerak masuk sedikit Pergerakan otot dada ke dalam-ke luar, juga otot leher dan perut
Kesadaran terhadap sekeliling Normal dan terjaga Normal dan terjaga Berkurang, dapat disertai mengantuk

Salah satu cara untuk mencegah dan mengurangi beratnya asma adalah mengetahui apakah anak mendapatkan cukup udara (oksigen). Jumlah udara yang dihirup masuk dan dihembuskan keluar dapat mudah diketahui dengan alat peak flow meter . Alat ini dapat membantu mengukur jumlah udara yang berasal dari paru-paru. Pengukuran ini biasanya digunakan pada anak berusia di atas 5 atau 6 tahun.

Terdapat dua jenis pengobatan asma: obat-obatan bronkodilator (melebarkan bronkus/batang paru-paru) dan anti inflamasi/anti peradangan.

Bronkodilator melebarkan jalan napas yang menyempit. Membantu mengurangi perasaan sesak di dada, mengi, dan sukar bernapas.

Obat-obatan anti inflamasi membantu mencegah pembengkakan dan inflamasi (peradangan) di saluran napas, dan bisa meningkatkan pembuangan sekret/lendir dari jalan napas. Obat-obatan ini dapat diberikan dengan ditelan, melalui suntikan, atau dihirup dalam bentuk aerosol (obat semprot).
Cara Menggunakan Peak Flow Meter

Peak Flow Meter (PFM) mengukur jumlah aliran udara dalam jalan napas. Peak Flow Rate (PFR) adalah kecepatan (laju) aliran udara ketika seseorang menarik napas penuh, dan mengeluarkannya secepat mungkin. Agar uji (tes) ini menjadi bermakna, orang yang melakukan uji ini harus mampu mengulangnya dalam kelajuan yang sama, minimal sebanyak tiga kali.

Terdapat beberapa jenis alat PFM. Alat yang sama harus senantiasa digunakan, agar perubahan dalam aliran udara dapat diukur secara tepat. Pengukuran PFR membantu menentukan apakah jalan napas tebuka atau tertutup.

PFR menurun (angka dalam skala turun ke bawah) jika asma pada anak memburuk. PFR meningkat (angka dalam skala naik ke atas) jika penanganan asma tepat, dan jalan napas menjadi terbuka. Pengukuran PFR dapat membantu mengetahui apakah jalan napas menyempit, sehingga penanganan asma dapat dilakukan dini, juga membantu mengenali pemicu (penyebab) asma pada anak, sehingga dapat dihindari.

Terdapat perbedaan nilai pengukuran (siklus) PFR dalam satu harinya. Dengan mengukur nilai PFR dua kali dalam sehari menunjukkan gambaran PFR sepanjang hari. Anak yang berbeda usia dan ukuran badan memiliki nilai PFR yang berbeda.
Bagaimana Cara Mengukur Peak Flow Rate

Mintalah anak untuk mengambil napas sedalam mungkin.
Perintahkan anak untuk menghembuskan napasnya ke dalam PFM sedalam dan sekuat mungkin.
Bacalah angka yang tertera dalam skala PFM, dan tuliskan pada secarik kertas.
Ukur PFR kembali (minta anak melakukan langkah pertama dan kedua) sampai total sebanyak tiga kali.
Tandai saat anak Anda nilai melakukan langkahnya yang terbaik (dari tiga kali pengukuran). Inilah nilai yang diambil. Angka ini dapat berubah ketika gejala asma membaik, atau anak bertambah besar.

Kesimpulannya, lakukan pemeriksaan PFR menggunakan PFM dua kali sehari, pada pagi dan malam hari, juga pada saat serangan asma. Nilai mana PFR yang tertinggi.
Sumber

Understanding Asthma. http://www.aap.org
Recognizing Childhood Asthma: An Interview with a Mayo Clinic Specialist. http://www.mayoclinic.com
Recognizing an Asthma Attack. http://www.aap.org

n/a

5 thoughts on “Asma

  1. Ping-balik: Asma « Keluarga Sehat Keluarga Bahagia | kesehatan-tubuh

Tinggalkan komentar