Bayi Baru Lahir-Anemia

sumber : http://milissehat.web.id/?p=363

Anemia

Anemia adalah salah satu gangguan darah yang sering terjadi yang muncul saat jumlah sel darah merah dalam tubuh terlalu sedikit. Hal ini dapat menjadi masalah karena sel darah merah mengandung hemoglobin yang berfungsi membawa oksigen ke jaringan tubuh. Anemia dapat menyebabkan beragam komplikasi termasuk gangguan organ tubuh.

Tiga kemungkinan dasar penyebab anemia :

1. Penghancuran sel darah merah yang berlebihan
2. Kehilangan darah
3. Produksi sel darah merah yang tidak optimal

Anemia dapat disebabkan hal-hal lainnya seperti gangguan genetik, gangguan nutrisi (defisiensi besi atau vitamin), infeksi, kanker atau paparan terhadap obat atau racun.

Anemia yang disebabkan oleh penghancuran sel darah merah

Anemia hemolitik

Muncul saat sel darah merah dihancurkan lebih cepat dari normal (umur sel darah merah normalnya 120 hari, pada anemia hemolitik umur sel darah merah lebih pendek). Sumsum tulang penghasil sel darah merah tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan sel darah merah. Hal ini bisa disebabkan berbagai penyebab, kadangkala infeksi dan obat-obatan (antibiotik dan antikejang) dapat sebagai penyebab.

Padan anemia hemolitik autoimun, sistem kekebalan tubuh dapat salah mengira bahwa sel darah merah adalah benda asing sehingga dihancurkan.

Kelainan bawaan yang mengakibatkan gangguan sel darah merah juga dapat menyebabkan anemia, seperti anemia sel sabit, talasemia, defisiensi glukosa-6-fosfat dehidroginase (G6PD), sferositosis herediter.

Anemia karena kehilangan darah

Kehilangan darah dapat menyebabkan anemia, karena perdarahan berlebihan, pembedahan atau permasalahan dengan pembekuan darah. Kehilangan darah sedikit dalam jangka lama seperti perdarahan dari inflammatory bowel disease (IBD) dapat juga menyebabkan anemia. Kehilangan darah yang banyak dari menstruasi pada remaja atau perempuan juga dapat menyebabkan anemia. Semua faktor ini akan meningkatkan kebutuhan tubuh akan besi, karena besi dibutuhkan untuk mebuat sel darah merah baru.

Anemia karena produksi sel darah merah yang tidak optimal

Anemia aplastik muncul saat sumsum tulang tidak dapat membentuk sel darah merah dalam jumlah cukup. Ini dapat akibat infeksi virus, paparan terhadap kimia beracun, radiasi atau obat-obatan (antibiotik, antikejang atau obat kanker).

Pada bayi baru lahir dapat terjadi anemia fisiologis, hal ini normal saat hemoglobin bayi turun pada usia 2 bulan. Hal ini dianggap normal dan tidak diperlukan pengobatan karena bayi akan mulai memproduksi sel darah merahnya sendiri.

Anemia dapat terjadi saat tubuh tidak dapat membentuk sel darah merah yang sehat karena defisiensi besi. Besi sangat penting dalam pembentukan hemoglobin dan kekurangan besi dapat berakibat anemia defisiensi besi, bentuk anemia yang paling sering terjadi pada anak terutama usia <2 tahun. Anak yang minum terlalu banyak susu sapi berisiko terkena anemia defisiensi besi.

Tanda dan Gejala

Jika anak anda mengalami anemia gejala awal dapat berupa kulit yang pucat atau berkurangnya warna merah muda pada bibir dan bawah kuku. Perubahan ini dapt terjadi perlahan-lahan sehingga sulit disadari. Tanda lainnya :

* Rewel
* Lelah,lesu
* Pusing, kepala terasa ringan dan denyut jantung cepat

Jika anemia disebabkan penghancuran berlebihan dari sel darah merah maka gejala lain seperti jaundice, warna kuning pada bagian putih mata; pembesaran limpa dan warna urin seperti teh.

Pada bayi dan batita, anemia defisiensi besi dapat mengakibatkan gangguan perkembangan dan perilaku seperti penurunan aktivitas motorik, interaksi sosial dan konsentrasi.

Diagnosis anemia

Dokter memerlukan bantuan tes laboratorium selain pemeriksaan fisik untuk menegakkan diagnosis anemia. Tes darah lengkap dapat memperlihatkan sel darah merah kurang dari normal. Tes lainnya :

* Apusan darah tepi : darah diapus di atas kaca gelas untuk dilihat di bawah mikroskop, yang dapat membantu menemukan penyebab anemia
* Tes kadar besi : termasuk kadar besi tubuh dan feritin, dapat membantu menentukan apakah anemia karena defisiensi besi
* Hemoglobin elektroforesis : digunakan untuk mendeteksi hemoglobin yang abnormal dalam darah dan untuk mendiagnosis anemia sel sabit, talasemia dan anemia bawaan lainnya
* Biopsi dan Aspirasi sumsum tulang : membantu apakah sumsum tulang memproduksi sel darah merah. Ini satu-satunya cara mendiagnosis anemia aplastik dan penyakit yang mempengaruhi sumsum tulang (seperti leukemia) sebagai penyebab anemia
* Hitung retikulosit : menghitung sel darah merah muda, membantu menentukan apakah produksi sel darah merah pada kadar normal

Pengobatan

Pengobatan anemia disesuaikan dengan penyebabnya. Sangat penting untuk tidak menganggap semua gejala pada anak karena kekurangan besi. Pastikan anak anda diperiksa dahulu oleh dokter.

Jika anak mengalami kekurangan besi maka dokter akan memberikan tambahan besi yang biasanya harus dikonsumsi selama 3 bulan untuk membangun cadangan besi dalam tubuh. Dokter juga akan menambahkan makanan kaya zat besi dalam makanan anak dan mengurangi konsumsi susu sapi.

Jika remaja perempuan mengalami anemia dan siklus menstruasi yang tidak teratur, dokter mungkin memberikan pengobatan hormonal untuk membantu siklus menstruasi teratur.

Jika anemia disebabkan defisiensi asam folat dan B12 maka pemberian tambahan zat tersebut harus dilakukan, meskipun hal ini jarang terjadi pada anak-anak.

Jika anemia disebabkan oleh infeksi, maka saat infeksi sudah terlewati atau diobati umumnya keadaan akan membaik. Jika karena obat-obatan maka dokter anda akan menghentikan atau mengganti obat tersebut kecuali manfaat dari obat tersebut melebihi efek sampingnya.

Tatalaksana pada anemia berat dapat berupa (tergantung penyebabnya) :

* Transfusi sel darah merah
* Obat untuk melawan infeksi atau menstimulasi sumsum tulang untuk menghasilkan sel darah merah

Pada beberapa kasus anemia sel sabit, talasemia dan anemia aplastik tatalaksana berupa transplantasi sumsum tulang dapat menjadi pilihan.

Mencegah anemia

Anemia dapat dicegah tergantung kepada penyebabnya. Anemia karena gangguan genetik tidak dapat dicegah. Namun anda dapat mencegah defisiensi besi sebagai bentuk anemia yang paling sering terjadi. Sebelum mengikuti saran ini pastikan anda berdiskusi dengan dokter anda:

* Konsumsi susu sapi : konsumsi susu sapi dapat menyebabkan bayi kehilangan besi dari pencernaannya dan konsumsi susu sapi dalam jumlah banyak dapat menyebabkan bayi tidak selera dalam makan sumber makanan lain. Sebaiknya tidak mengkonsumsi susu sapi lebih dari 700 ml/hari.
* Sereal yang diperkaya zat besi : produk ini dapat membantu bayi anda mendapat cukup besi terutama pada masa transisi ke makanan padat
* Diit seimbang : dorong anak anda mengkonsumsi makanan kaya zat besi : sereal dengan fortifikasi besi, daging merah, kuning telur, sayuran hijau, sayuran dan buah berwarna kuning, kentang, tomat,kismis. Jika anak anda vegetarian, anak perlu perhatian tambahan untuk memastikan besi tercukupi karena besi dari sumber hewani terserap tubuh lebih baik dari besi dari sayuran. Beberapa kombinasi makanan juga dapat mengurangi penyerapan besi, misal minum kopi atau teh dengan makanan dapat mengurangi jumlah besi yang diserap. Makanan kaya vitamin C membantu penyerapan zat besi.

Merawat anak dengan anemia

Jenis, penyebab dan berat dari anemia akan menentukan perawatan yang dibutuhkan. Secara umum anak dengan anemia akan lebih cepat lelah dibandingkan yang lain, sehingga perlu penyesuaian aktivitas fisik. Jika limpa anak membesar maka hindari olahraga dengan kontak fisik karena dapat berisiko limpa pecah atau perdarahan bila terjadi benturan.

(YSK)

Sumber : About Anemia

http://www.uofmchildrenshospital.org/kidshealth/article.aspx?artid=21827

Anemia Pada Anak

Anemia Pada Anak

sumber : milis balita-anda
http://www.keepkidshealthy.com/welcome/commonproblems/anemia.html
(translated by: Sylvia Radjawane)

Anemia umumnya terdeteksi saat dokter anak Anda melakukan tes darah rutin
kepada anak Anda yang sedang tidak sakit (biasanya saat usia 9 bulanan dan
saat menginjak usia remaja). Jika hasil tes darahnya ‘rendah’, Anda mungkin
diberitahukan bahwa anak Anda punya kadar zat besi yang rendah dalam
tubuhnya. Tetapi hasil tes ini tidaklah benar2 akurat. Yang umum diperiksa
adalah kadar hematokrit anak Anda, yang biasanya terdeteksi dengan
hematokrit level ‘rendah’ bagi penderita anemia.

Lalu mengapa dokter anak Anda mengatakan bahwa kadar zat besi dalam tubuh
anak Anda rendah? Ini karena kadar zat besi yang rendah adalah penyebab
terbesar terjadinya anemia pada anak2. Metode standar untuk menangani
sebagian besar penderita anemia ‘ringan’ anak2 yaitu dengan konsumsi vitamin
penambah kadar zat besi setiap hari selama 1 bulan, dan jika setelah 1
bulan, kadar zat besi ternyata meningkat, berarti diagnosa anemia karena
‘kekurangan zat besi’ adalah tepat. Sebaliknya, jika hasil tes hitung darah
setelah 1 bulan konsumsi vitamin tidak menunjukkan kemajuan, maka dilakukan
tes lebih lanjut, yang mungkin termasuk CBC (tes hitung darah lengkap),
kadar zat besi, TIBC (total kapasitas ikatan zat besi dalam darah), kadar
ferritin, dan hitung reticulosit. Tes penunjang lain dapat berupa tes kadar
timah, usapan darah (di mana sel2 darah diamati di bawah mikroskop lab.
untuk mendeteksi ketidaknormalan), elektroforesis hemoglobin dan/atau tes
feses untuk mengamati kemungkinan adanya darah dalam feses anak Anda.

Dengan metode CBC, selain rendahnya kadar zat besi dapat terdeteksi, metode
ini bisa juga dijadikan petunjuk adanya indikasi MCV (microcytic anemia)
yang rendah, tingginya RDW (medote pengukuran keragaman ukuran dan bentuk
sel darah merah), juga rendahnya RBC (tes hitung sel darah merah). Tetapi
memang keseluruhan jenis tes semacam ini tidak selalu ada di semua klinik
pediatrik, tergantung dari jenis pemeriksaan yang akan dilakukan.

Tes versi baru semestinya sudah segera tersedia, untuk memudahkan melakukan
diagnosa terhadap anemia karena kurang zat besi. Dengan memeriksa kandungan
hemoglobin retikulosit (HR), kekurangan zat besi dapat didiagnosa lebih
awal, karena umumnya level komponen HR ini langsung terindikasi ‘rendah’
dalam tes, bahkan sebelum seorang anak mengalami anemia.

Penyebab lainnya terhadap anemia ‘ringan’ yang umum dialami anak2, khususnya
dengan kadar MCV normal dan tidak ada gejala lainnya, adalah adanya infeksi
yang baru saja dialami sang anak, seperti: infeksi telinga, infeksi sinus,
yang dapat menyebabkan produksi sel darah merah menurun dalam kurun waktu
tidak lama (biasanya sekitar 1 bulan).

Jika anak Anda tidak memiliki faktor resiko kekurangan zat besi, dan
memiliki anemia ‘ringan’ tanpa gejala lain, juga memiliki MCV (microcytic
anemia) normal, maka tes hitung darahnya dapat diulangi sekitar 1 bulan
kemudian tanpa perlu memulai treatment dengan suplemen zat besi, apalagi
jika ia sebelumnya memang baru saja mengalami infeksi.

Kondisi ‘anemia’ lebih serius biasanya terjadi jika seorang anak mengalami
anemia ‘parah’ yang menyebabkan gejala2 lain, seperti detak jantung yang
cepat atau sesak napas, bunyi (desingan) jantung yang tidak normal, tingkat
energi yang menurun (cepat lelah), pusing (sering pingsan), organ hati yang
membesar (hepatomegaly), atau kuning (jaundice). Anak2 dengan anemia yang
disertai gejala2 seperti ini harus segera dievaluasi untuk mengetahui
penyebab anemia-nya dan segera diupayakan treatment yang tepat untuk
menangani kondisinya.
*Iron Deficiency Anemia*

Anemia pada anak2 umumnya disebabkan kurangnya zat besi dalam tubuh mereka.
Rendahnya kadar zat besi dalam tubuh menyebabkan hitung darah jadi rendah
dan dapat menyebabkan anak Anda merasa cepat lelah, memiliki kulit yang
pucat, sering rewel dan merasa lemah. Kondisi seperti ini dapat menjurus
kepada banyak masalah lain, termasuk ketidakmampuan belajar atau problem
peri laku.

Penyebab kurangnya zat besi sebagian besar juga disebabkan menu
makanan/minuman sehari-hari yang tidak cukup kandungan zat besi di dalamnya.
Kondisi seperti ini dapat disebabkan konsumsi susu formula yang rendah zat
besi, tidak ditunjang oleh ASI aau susu formula/sereal yang diperkaya dengan
zat besi, tidak cukup mengonsumsi makanan yang kaya zat besi, dan yang
paling umum terjadi, disebabkan mengonsumsi susu terlalu banyak. Susu sapi
reguler tidak mengandung banyak zat besi di dalamnya, dan ini justru
mencegah anak Anda menyerap zat besi dari nutrisi lain dalam organ ususnya.
Terlalu banyak susu juga dapat menyebabkan anak Anda kehilangan sedikit
darah dalam tinjanya.

Penanganan terhadap kondisi anemia karena kurangnya zat besi meliputi
konsumsi vitamin zat besi dan mengatur ulang pola menu dengan makanan yang
kaya zat besi. Bahan makanan yang ‘kaya’ zat besi, diantaranya: daging,
kacang2an, bayam, juga bahan makanan lain yang diperkaya dengan zat besi.
Baik juga untuk mengonsumsi vitamin zat besi dengan jus jeruk, karena
vitamin C dapat membantu mempercepat penyerapan zat besi. Jangan mengonsumi
vitamin zat besi bersamaan dengan susu sapi.

Penting pula untuk dokter Anda memeriksa ulang tes hitung darah anak Anda
sekitar sebulan setelah anak Anda menjalani treatment menu makanan/suplemen
vitamin zat besi untuk memastikan bahwa treatment ini berjalan baik dan
kondisi anemia sudah tertangani.
*Other causes of Anemia in Children*

Walaupun kekurangan zat besi adalah penyebab umum dari anemia yang diderita
anak2, masih banyak lagi kondisi lainnya yang juga menyebabkan anemia,
termasuk di antaranya:

a. Anemia karena berkurangnya produksi sel darah merah (yang akan menjurus
kepada hasil hitung retikulosit yang rendah), selain dari kurangnya zat
besi, disebabkan di antaranya:

– Keracunan timah (khususnya bagi anak2 yang punya resiko terpapar racun
timah dari lingkungan)
– Thalassemia (kelainan darah genetis yang kadang disalah-tafsirkan
sebagai ‘kurang kadar zat besi’). Hal ini karena Thalassemia juga dapat
menyebabkan rendahnya MCV (microcytic anemia). Jika anak Anda memiliki
microcytic anemia yang juga tidak membaik setelah manjalani treatment dengan
suplemen zat besi, perlu pula mempertimbangkan kemungkinan penyakit
Thalassemia. Walaupun jenis Thalassemia tertentu dapat menyebabkan anemia
yang ‘parah’, tapi dalam sebagian besar kasus, Thalassemia hanya menyebabkan
anemia ‘ringan’ yang tidak menunjukkan gejala apa2 juga tidak membutuhkan
treatment medis khusus. Metode tes untuk diagnosa Thalassemia di antaranya
adalah metode hemoglobin elektroforesis. Penyakit Beta Thalassemia umum
terjadi di kalangan penduduk keturunan Afrika dan Mediterania. Penyakit
Alpha Thalassemia lebih cenderung dialami orang Afro-Amerika dan Asia.
– Penyakit kronis (banyak jenis penyakit kronis dapat menyebabkan
anemia)
– Kekurangan vitamin B12 (kadang dihubungkan dengan kebiasaan makan
vegetarian yang ketat) dan/atau kekurangan asam folat (kebanyakan dialami
anak2 yang mengonsumsi susu kambing). Kondisi2 seperti ini dihubungkan
dengan hasil tes hitung darah yang mengindikasikan meningkatnya kadar MCV
(macrocytic anemia)
– Aplasia sel darah merah, termasuk indikasi penyakit TEC (Transient
Erythroblastopenia) di masa kanak2.
– Anemia aplastik
– Penyakit2 berbahaya, termasuk leukimia (yang umumnya dihubungkan
dengan hasil tes darah yang mengindikasikan rendahnya hitung platelet darah
dan jumlah sel darah putih yang abnormal) dan gejala2 lainnya.

b. Anemia karena meningkatnya kerusakan sel2 darah merah (hasil hitung
retikulosit yang normal), disebabkan di antaranya:

– Sickle sel anemia dan kondisi lainnya yang menyebabkan rusaknya
hemoglobin, termasuk Hemoglobin E, yang lazim dalam populasi masyarakat di
Asia Tenggara
Kerusakan lain pada sel2 darah merah, seperti rusaknya membran
(sphrecytosis atau elliptocytosis yang diperoleh secara genetis), kerusakan
enzim (kekurangan enzim glucose-6-phosphate dehydrogenase / G-6-PD dan
kekurangan enzim pyruvate kinase)

Anemia hemolitik

c. Anemia karena kehilangan darah dapat menjadi kondisi sekunder dari adanya
kejadian trauma atau bleeding terus-menerus, juga dari perdarahan menstruasi
dalam jumlah yang berlebihan atau berlangsung berkepanjangan (yang juga bisa
menyebabkan anemia karena kurangnya zat besi)

Anemia Pada Kehamilan

sumber : http://portal.cbn.net.id/cbprtl/cyberwoman/detail.aspx?x=MotherAndBaby&y=cyberwoman|0|0|8|1198

Wanita hamil paling rentan terkena anemia. Ketika mengandung, volume darah dalam tubuh meningkat sekitar 50 persen. Ini karena tubuh memerlukan tambahan darah guna mensuplai oksigen dan makanan untuk pertumbuhan janin.

Meningkatnya volume darah mengakibatkan meningkatnya jumlah zat besi yang dibutuhkan untuk memproduksi sel-sel darah merah. Jika anemia pada wanita hamil tidak segera diatasi, maka bisa berakibat pada kehamilannya. Si ibu akan mudah pingsan, keguguran, atau proses melahirkan yang lama karena kontraksi yang tidak bagus. Sedangkan bagi janin, gangguan ini bisa mengakibatkan pertumbuhan terhambat, lahir prematur, lahir dengan cacat bawaan, atau lahir dengan cadangan zat besi yang kurang.

Zat besi, erat berkaitan dengan anemia atau kekurangan sel darah merah sebagai adaptasi adanya perubahan fisiologis selama kehamilan, yang disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin, kurangnya asupan zat besi pada makanan yang dikonsumsi sehari-hari, dan adanya kecenderungan rendahnya cadangan zat besi pada wanita, sehingga tidak mampu menyuplai kebutuhan zat besi dan mengembalikan persediaan darah yang hilang akibat persalinan sebelumnya.

Zat besi berguna membantu pembentukan haemoglobin dalam sel darah merah, mencegah anemia. Sedangkan kalium/natrium, berguna untuk mempertahankan keseimbangan garam dan air dalam tubuh serta mempertahankan kesehatan fungsi syaraf dan otot.

Selama masa kehamilan, dibutuhkan zat besi sebanyak 800 mg. Dari jumlah itu, 500 mg digunakan untuk pertambahan sel darah merah ibu. Sedangkan sisanya untuk janin dan plasenta. Wanita hamil cenderung terkena anemia pada tiga bulan terakhir kehamilannya karena pada masa ini, janin menimbun cadangan zat besi untuk dirinya sendiri sebagai persediaan bulan pertama sesudah lahir.

Penanganannya, pertama, menggunakan terapi obat dengan memberikan tablet zat besi (ferosulfat) 30-60 mg per hari, tergantung pada berat ringannya anemia. Kedua, terapi diet dengan meningkatkan konsumsi bahan makanan tinggi besi seperti susu, daging, dan sayuran hijau.

Untuk mengatasi anemia ini, ada beberapa hal yang perlu dilakukan :

1. Bagi penderita anemia karena kekurangan zat besi, sebaiknya memperbanyak konsumsi makanan yang kaya akan zat besi, seperti bayam. Juga makanan yang banyak mengandung vitamin C, seperti jeruk, tomat, mangga, dan sebagainya. Sebab kandungan asam askorbat dalam vitamin C bisa meningkatkan penyerapan zat besi.

2. Sedangkan bagi ibu hamil, sejak sebelum kehamilan maupun selama hamil, sebaiknya memperbanyak mengonsumsi makanan yang kaya akan zat besi, asam folat juga vitamin B. Misalnya adalah hati, daging, kuning telur, ikan teri, susu, dan kacang-kacangan seperti tempe dan susu kedelai, serta sayuran berwarna hijau tua.

3. Hindarilah mengonsumsi makanan atau minuman yang menghambat penyerapan zat besi di dalam tubuh. Misalnya kopi dan teh. Teh dan kopi merupakan sumber makanan penghambat asupan zat besi. Kebiasaan masyarakat setelah makan tidak dilanjutkan dengan minum air putih, jus buah, atau maka buah-buahan. Sebaliknya, mereka lebih suka mengosumsi teh atau kopi. Begitu juga obat antibiotik seperti tetrasiklin, obat nyeri lambung, dan obat penahan rasa nyeri seperti obat rematik, juga menjadi penyebab terhambatnya asupan zat besi.

Selamat Tinggal Lesu, Lelah, Letih, Lemah…

sumber : http://zein.blogsome.com/2006/06/20/selamat-tinggal-lesu-lelah-letih-lemah/

Segera amati pola makan jika Anda mudah lelah dan kurang bertenaga. Mungkin Anda mengidap anemia, akibat asupan nutrisi yang kacau.

Belakangan Ayu mudah merasa lelah. Badan terasa tidak bertenaga. Wajahnya pucat. Dulu setiap kali menuju kantornya di lantai 2, dari lobi ia pilih naik tangga. Namun sekarangg ia tak mampu lagi. Baru sampai di satu lantai, ia ngos-ngosan dan sesak napas.

Setelah memeriksakan diri ke dokter, diketahui bahwa Ayu mengidap anemia. Kadar hemoglobinnya (Hb) hanya 8 g/dl, padahal kadar Hb normal rata-rata adalah 14-16 g/dl. Secara khusus, kadar Hb normal untuk wanita 12-14 g/dl, sedangkan bagi pria 14-18 g/dl.

Kekurangan zat besi
Anemia sebagian besar disebabkan oleh kekurangan asupan zat besi, sehingga sering disebut anemia gizi besi. Karena asupan zat besi terbatas, pembentukan hemoglobin darah menjadi terhambat. Padahal, hemoglobin merupakan truk pengangkut oksigen ke seluruh tubuh, melalui aliran darah. Akibatnya, jaringan tubuh kekurangan oksigen, dan muncullah gejala lemah, lesu, letih, sesak napass, dada berdebar.

Ubi jalar merah
Merupakan sumber betakaroten yang murah. Di dalam tubuh, betakaroten diubah menjadi vitamin A. Nah, vitamin A inilah yang akan membantu memobilisasi simpanan zat besi dari dalam organ hati, untuk diedarkan ke dalam aliran darah.

Sumber lain betakaroten, pepaya, mangga, semangka merah, melon jingga, pisang terutama pisanggg raja, wortel, paprika merah dan hijau, bayam (termasuk bayam merah), jagung manis, sayuran daun hijau (daun pepaya, daun singkong, daun pakis, daun melinjo, dll).

Kekurangan asupan zat besi bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Namun umumnya akibat pengetahuan gizi yang terbatas. Pertama, karena pilihan makanan kita sehari-hari memang kurang mengandung zat besi. Kedua, karena keterbatasan asupan nutrisi yang dapat membantu penyerapan zat besi, khususnya vitamin C.

Faktor ketiga, terlalu banyak mengonsumsi makanan zat besu penghambat penyerapan zat besi, tanpa diimbangi asupan zat besi dan vitamin C memadai. Zat penghambat penyerapan zat besi tersebut adalah asam fitat (banyak terdapat dalam sayuran berserat tinggi, khususnya polong-polongan seperti kacang panjang, buncis, serta beragam sayuran daun hijau), asam oksalat (tersimpan dalam kacang-kacangan kering seperti kacang merah, kacang tolo, kacang hijau), dan tanin (teh pekat).

Ironisnya, walaupun mengandung zat penghambat penyerapan zat besi, kacang-kacnagan kering dan sayuran daun hijau juga kaya zat besi. Jadi bagaimana, dong? Ya, makan harus beragam, untuk memperkecil kemungkinan mendapatkan asupan zat penghambat penyerapan zat besi secara berlebihan. Lagipula, makan beragam bahan makanan memungkinkan penyerapan zat besi secara optimal, karena adanya hubungan saling ketergantungan antar-zat besi. (N)

Kepiting
Termasuk salah satu bahan makanan kaya vitamin B12. Dengan bantuan asam folat, vitamin B12 membantu pembentukan sel-sel darah merah.

Sumber lain vitamin B12: ikan tuna, yogurt, daging sapi.

Hati ayam
Mengandung banyak sekali zat besi. Dibanding makanan nabati, makanan hewani lebih kaya zat besi. Selain itu, kanduangan zat besinya pun lebih mudah diserap tubuh. Zat besi berperan penting pada pembentukan hemoglobin dalam sel darah merah.

Sumber lain zat besi: ikan, daging sapi, kerang, nasi beras merah, aneka sayuran daun hijau (antara lain daun katuk, daun singkong, daun pepaya, bayam), beragam kacang-kacangan kering dan hasil olahnya (kacang merah, kacang tolo, kacang hijau, kedelai, tempe, tahu, susu kedelai), bit, salak, pepaya, kedondong.

Salmon
Mengandung banyak vitamin B6. Salah satu anggotaa kemlompok vitamin B-kompleks ini diperlukan untuk pembentukan hemoglobin.

Sumber lain vitamin B6: alpukat, mangga, pisang, ubi jalar merah, nasi beras merah, ayam, ikan tuna, kentang, bokcoy.

Jeruk orange
Berlimpah asam folat. Santapan kaya asam folat membantu memulihkan tubuh dari anemia akibat kekurangan asupan folat. Sayangnya pemasakan merusak sebagian besar kandungan asam folat. Karena itu, asupan asam folat dari makanan yang disantap tanpa dimasak, lebih dianjurkan.

Sumber lain asam folat: alpukat, kol, bit. Asparagus, brokoli, bokcoy pun sarat asam folat, tapi biasanya harus dimasak lebih dulu sebelum disantap. Demikian pula dengan beragam kacang-kacangan kering dan hasil olahnya, seperti kacang merah, kacang tolo, kedelai, tempe, tahu, susu kedelai.

Kuning telur
Menyimpan segudang vitamin E. Namun jangan belebihan (tidak lebih dari 3 butir per minggu), karena kandungan kolesterolnya cukup tinggi. Sayangnya peranan vitamin E dalam sel darah merah belum banyak diketahui. Namun, kekurangan vitamin E telah diketahui dapat mengakiatkan anemia, hemolitik, yakni anemia akibat pecahnya sel-sel darah merah.

Sumber lain vitamin E: brokoli, alpukat, mangga, kacang tanah, biji bunga matahari, almond, kenari.

Cabai merah & cabai rawit
Banyak menyediakan vitamin C, jika disantap mentah. Caranya, ya kenapa tidak diulek dan disantap sebagai sambal metah saja? Vitamin C meningkatkan penyerapan zat besi dan mengubah asupan folatt menjadi folat aktif sehingga muda diserap tubuh.

Sumber lain vitamin C: jambu biji lokal, stroberi, pepaya, mangga, belimbing, jeruk, rambutan, sirsak, kol yang disantap mentah.
Sumber: Majalah Nirmala

Anemia Pada Anak

sumber : milist balita-anda

source :
http://www.keepkidshealthy.com/welcome/commonproblems/anemia.html
(translated by: Sylvia Radjawane)

*ANEMIA IN CHILDREN
*

Anemia umumnya terdeteksi saat dokter anak Anda melakukan tes darah rutin
kepada anak Anda yang sedang tidak sakit (biasanya saat usia 9 bulanan dan
saat menginjak usia remaja). Jika hasil tes darahnya ‘rendah’, Anda mungkin
diberitahukan bahwa anak Anda punya kadar zat besi yang rendah dalam
tubuhnya. Tetapi hasil tes ini tidaklah benar2 akurat. Yang umum diperiksa
adalah kadar hematokrit anak Anda, yang biasanya terdeteksi dengan
hematokrit level ‘rendah’ bagi penderita anemia.

Lalu mengapa dokter anak Anda mengatakan bahwa kadar zat besi dalam tubuh
anak Anda rendah? Ini karena kadar zat besi yang rendah adalah penyebab
terbesar terjadinya anemia pada anak2. Metode standar untuk menangani
sebagian besar penderita anemia ‘ringan’ anak2 yaitu dengan konsumsi vitamin
penambah kadar zat besi setiap hari selama 1 bulan, dan jika setelah 1
bulan, kadar zat besi ternyata meningkat, berarti diagnosa anemia karena
‘kekurangan zat besi’ adalah tepat. Sebaliknya, jika hasil tes hitung darah
setelah 1 bulan konsumsi vitamin tidak menunjukkan kemajuan, maka dilakukan
tes lebih lanjut, yang mungkin termasuk CBC (tes hitung darah lengkap),
kadar zat besi, TIBC (total kapasitas ikatan zat besi dalam darah), kadar
ferritin, dan hitung reticulosit. Tes penunjang lain dapat berupa tes kadar
timah, usapan darah (di mana sel2 darah diamati di bawah mikroskop lab.
untuk mendeteksi ketidaknormalan), elektroforesis hemoglobin dan/atau tes
feses untuk mengamati kemungkinan adanya darah dalam feses anak Anda.

Dengan metode CBC, selain rendahnya kadar zat besi dapat terdeteksi, metode
ini bisa juga dijadikan petunjuk adanya indikasi MCV (microcytic anemia)
yang rendah, tingginya RDW (medote pengukuran keragaman ukuran dan bentuk
sel darah merah), juga rendahnya RBC (tes hitung sel darah merah). Tetapi
memang keseluruhan jenis tes semacam ini tidak selalu ada di semua klinik
pediatrik, tergantung dari jenis pemeriksaan yang akan dilakukan.

Tes versi baru semestinya sudah segera tersedia, untuk memudahkan melakukan
diagnosa terhadap anemia karena kurang zat besi. Dengan memeriksa kandungan
hemoglobin retikulosit (HR), kekurangan zat besi dapat didiagnosa lebih
awal, karena umumnya level komponen HR ini langsung terindikasi ‘rendah’
dalam tes, bahkan sebelum seorang anak mengalami anemia.

Penyebab lainnya terhadap anemia ‘ringan’ yang umum dialami anak2, khususnya
dengan kadar MCV normal dan tidak ada gejala lainnya, adalah adanya infeksi
yang baru saja dialami sang anak, seperti: infeksi telinga, infeksi sinus,
yang dapat menyebabkan produksi sel darah merah menurun dalam kurun waktu
tidak lama (biasanya sekitar 1 bulan).

Jika anak Anda tidak memiliki faktor resiko kekurangan zat besi, dan
memiliki anemia ‘ringan’ tanpa gejala lain, juga memiliki MCV (microcytic
anemia) normal, maka tes hitung darahnya dapat diulangi sekitar 1 bulan
kemudian tanpa perlu memulai treatment dengan suplemen zat besi, apalagi
jika ia sebelumnya memang baru saja mengalami infeksi.

Kondisi ‘anemia’ lebih serius biasanya terjadi jika seorang anak mengalami
anemia ‘parah’ yang menyebabkan gejala2 lain, seperti detak jantung yang
cepat atau sesak napas, bunyi (desingan) jantung yang tidak normal, tingkat
energi yang menurun (cepat lelah), pusing (sering pingsan), organ hati yang
membesar (hepatomegaly), atau kuning (jaundice). Anak2 dengan anemia yang
disertai gejala2 seperti ini harus segera dievaluasi untuk mengetahui
penyebab anemia-nya dan segera diupayakan treatment yang tepat untuk
menangani kondisinya.
*Iron Deficiency Anemia*

Anemia pada anak2 umumnya disebabkan kurangnya zat besi dalam tubuh mereka.
Rendahnya kadar zat besi dalam tubuh menyebabkan hitung darah jadi rendah
dan dapat menyebabkan anak Anda merasa cepat lelah, memiliki kulit yang
pucat, sering rewel dan merasa lemah. Kondisi seperti ini dapat menjurus
kepada banyak masalah lain, termasuk ketidakmampuan belajar atau problem
peri laku.

Penyebab kurangnya zat besi sebagian besar juga disebabkan menu
makanan/minuman sehari-hari yang tidak cukup kandungan zat besi di dalamnya.
Kondisi seperti ini dapat disebabkan konsumsi susu formula yang rendah zat
besi, tidak ditunjang oleh ASI aau susu formula/sereal yang diperkaya dengan
zat besi, tidak cukup mengonsumsi makanan yang kaya zat besi, dan yang
paling umum terjadi, disebabkan mengonsumsi susu terlalu banyak. Susu sapi
reguler tidak mengandung banyak zat besi di dalamnya, dan ini justru
mencegah anak Anda menyerap zat besi dari nutrisi lain dalam organ ususnya.
Terlalu banyak susu juga dapat menyebabkan anak Anda kehilangan sedikit
darah dalam tinjanya.

Penanganan terhadap kondisi anemia karena kurangnya zat besi meliputi
konsumsi vitamin zat besi dan mengatur ulang pola menu dengan makanan yang
kaya zat besi. Bahan makanan yang ‘kaya’ zat besi, diantaranya: daging,
kacang2an, bayam, juga bahan makanan lain yang diperkaya dengan zat besi.
Baik juga untuk mengonsumsi vitamin zat besi dengan jus jeruk, karena
vitamin C dapat membantu mempercepat penyerapan zat besi. Jangan mengonsumi
vitamin zat besi bersamaan dengan susu sapi.

Penting pula untuk dokter Anda memeriksa ulang tes hitung darah anak Anda
sekitar sebulan setelah anak Anda menjalani treatment menu makanan/suplemen
vitamin zat besi untuk memastikan bahwa treatment ini berjalan baik dan
kondisi anemia sudah tertangani.
*Other causes of Anemia in Children*

Walaupun kekurangan zat besi adalah penyebab umum dari anemia yang diderita
anak2, masih banyak lagi kondisi lainnya yang juga menyebabkan anemia,
termasuk di antaranya:

a. Anemia karena berkurangnya produksi sel darah merah (yang akan menjurus
kepada hasil hitung retikulosit yang rendah), selain dari kurangnya zat
besi, disebabkan di antaranya:

Keracunan timah (khususnya bagi anak2 yang punya resiko terpapar racun
timah dari lingkungan)

Thalassemia (kelainan darah genetis yang kadang disalah-tafsirkan
sebagai ‘kurang kadar zat besi’). Hal ini karena Thalassemia juga dapat
menyebabkan rendahnya MCV (microcytic anemia). Jika anak Anda memiliki
microcytic anemia yang juga tidak membaik setelah manjalani treatment dengan
suplemen zat besi, perlu pula mempertimbangkan kemungkinan penyakit
Thalassemia. Walaupun jenis Thalassemia tertentu dapat menyebabkan anemia
yang ‘parah’, tapi dalam sebagian besar kasus, Thalassemia hanya menyebabkan
anemia ‘ringan’ yang tidak menunjukkan gejala apa2 juga tidak membutuhkan
treatment medis khusus. Metode tes untuk diagnosa Thalassemia di antaranya
adalah metode hemoglobin elektroforesis. Penyakit Beta Thalassemia umum
terjadi di kalangan penduduk keturunan Afrika dan Mediterania. Penyakit
Alpha Thalassemia lebih cenderung dialami orang Afro-Amerika dan Asia.

Penyakit kronis (banyak jenis penyakit kronis dapat menyebabkan
anemia)

Kekurangan vitamin B12 (kadang dihubungkan dengan kebiasaan makan
vegetarian yang ketat) dan/atau kekurangan asam folat (kebanyakan dialami
anak2 yang mengonsumsi susu kambing). Kondisi2 seperti ini dihubungkan
dengan hasil tes hitung darah yang mengindikasikan meningkatnya kadar MCV
(macrocytic anemia)

Aplasia sel darah merah, termasuk indikasi penyakit TEC (Transient
Erythroblastopenia) di masa kanak2.

Anemia aplastik

Penyakit2 berbahaya, termasuk leukimia (yang umumnya dihubungkan
dengan hasil tes darah yang mengindikasikan rendahnya hitung platelet darah
dan jumlah sel darah putih yang abnormal) dan gejala2 lainnya.

b. Anemia karena meningkatnya kerusakan sel2 darah merah (hasil hitung
retikulosit yang normal), disebabkan di antaranya:

Sickle sel anemia dan kondisi lainnya yang menyebabkan rusaknya
hemoglobin, termasuk Hemoglobin E, yang lazim dalam populasi masyarakat di
Asia Tenggara

Kerusakan lain pada sel2 darah merah, seperti rusaknya membran
(sphrecytosis atau elliptocytosis yang diperoleh secara genetis), kerusakan
enzim (kekurangan enzim glucose-6-phosphate dehydrogenase / G-6-PD dan
kekurangan enzim pyruvate kinase)

Anemia hemolitik

c. Anemia karena kehilangan darah dapat menjadi kondisi sekunder dari adanya
kejadian trauma atau bleeding terus-menerus, juga dari perdarahan menstruasi
dalam jumlah yang berlebihan atau berlangsung berkepanjangan (yang juga bisa
menyebabkan anemia karena kurangnya zat besi)

ANEMIA: GEJALA DAN PENCEGAHANNYA

Sumber : http://youthmessengers.blog.friendster.com

Dalam kondisi normal, butir-butir darah merah mengandung hemoglobin, yaitu sel darah merah yang bertugas membawa oksigen serta nutrisi ke otak dan ke berbagai jaringan dan organ tubuh.
Saat seseorang menderita anemia, maka jumlah sel darah merah secara keseluruhan atau jumlah hemoglobin dalam darah merah berkurang. Kondisi ini berdampak pada penurunan kemampuan sel darah merah membawa oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh. Akibatnya, tubuh kurang mendapat pasokan oksigen, yang menyebabkan tubuh lemas dan cepat lelah.
Penyebab
••Penyebab utama seseorang mengalami anemia, adalah kekurangan zat besi. Kondisi ini tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan melalui beberapa tahapan. Mula-mula, simpanan zat besi dalam tubuh menurun, hingga mengurangi produksi hemoglobin dan sel darah merah secara perlahan.
••Pada anak-anak, anemia terjadi akibat infeksi cacing tambang, malaria, atau pun disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah.
Selain kekurangan zat besi, masih ada 2 jenis lagi anemia yang sering terjadi pada anak-anak:
1. Aplastic anemia terjadi bila sel yang memproduksi butir darah merah (pada sumsum tulang belakang) tidak berfungsi baik. Hal ini dapat terjadi karena infeksi virus, radiasi, kemoterapi, atau sebagai dampak dari penggunaan obat tertentu.
2. Haemolytic anemia, yang terjadi ketika sel darah merah hancur secara dini, lebih cepat dari kemampuan tubuh untuk memperbaruinya. Penyebab haemolytic anemia ini bermacam-macam, bisa bawaan seperti thalasemia sickle cell anemia. Pada kasus lain, seperti misalnya reaksi atas infeksi atau obat-obatan tertentu, sel darah merah dirusak oleh antibodi tubuh.
Gejala Anemia
• Keletihan, mudah lelah bila berolahraga, sulit konsentrasi, atau mudah lupa.
• Warna kulit dan bagian putih kornea mata tampak kekuning-kuningan, dan nyeri tulang.
Pencegahan
Anemia dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang dengan asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Zat besi dapat diperoleh dengan cara mengonsumsi daging (terutama daging merah) seperti sapi. Zat besi juga dapat ditemukan pada sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam dan kangkung, buncis, kacang polong, serta kacang-kacangan.
Perlu kita perhatikan bahwa zat besi yang terdapat pada daging lebih mudah diserap tubuh daripada zat besi pada sayuran atau pada makanan olahan seperti sereal yang diperkuat dengan zat besi.

ANEMIA: GEJALA DAN PENCEGAHANNYA

Sumber : http://youthmessengers.blog.friendster.com

Dalam kondisi normal, butir-butir darah merah mengandung hemoglobin, yaitu sel darah merah yang bertugas membawa oksigen serta nutrisi ke otak dan ke berbagai jaringan dan organ tubuh.
Saat seseorang menderita anemia, maka jumlah sel darah merah secara keseluruhan atau jumlah hemoglobin dalam darah merah berkurang. Kondisi ini berdampak pada penurunan kemampuan sel darah merah membawa oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh. Akibatnya, tubuh kurang mendapat pasokan oksigen, yang menyebabkan tubuh lemas dan cepat lelah.
Penyebab
••Penyebab utama seseorang mengalami anemia, adalah kekurangan zat besi. Kondisi ini tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan melalui beberapa tahapan. Mula-mula, simpanan zat besi dalam tubuh menurun, hingga mengurangi produksi hemoglobin dan sel darah merah secara perlahan.
••Pada anak-anak, anemia terjadi akibat infeksi cacing tambang, malaria, atau pun disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah.
Selain kekurangan zat besi, masih ada 2 jenis lagi anemia yang sering terjadi pada anak-anak:
1. Aplastic anemia terjadi bila sel yang memproduksi butir darah merah (pada sumsum tulang belakang) tidak berfungsi baik. Hal ini dapat terjadi karena infeksi virus, radiasi, kemoterapi, atau sebagai dampak dari penggunaan obat tertentu.
2. Haemolytic anemia, yang terjadi ketika sel darah merah hancur secara dini, lebih cepat dari kemampuan tubuh untuk memperbaruinya. Penyebab haemolytic anemia ini bermacam-macam, bisa bawaan seperti thalasemia sickle cell anemia. Pada kasus lain, seperti misalnya reaksi atas infeksi atau obat-obatan tertentu, sel darah merah dirusak oleh antibodi tubuh.
Gejala Anemia
• Keletihan, mudah lelah bila berolahraga, sulit konsentrasi, atau mudah lupa.
• Warna kulit dan bagian putih kornea mata tampak kekuning-kuningan, dan nyeri tulang.
Pencegahan
Anemia dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang dengan asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Zat besi dapat diperoleh dengan cara mengonsumsi daging (terutama daging merah) seperti sapi. Zat besi juga dapat ditemukan pada sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam dan kangkung, buncis, kacang polong, serta kacang-kacangan.
Perlu kita perhatikan bahwa zat besi yang terdapat pada daging lebih mudah diserap tubuh daripada zat besi pada sayuran atau pada makanan olahan seperti sereal yang diperkuat dengan zat besi.