Minum Susu Justru Sebabkan Osteoporosis?

sumber :
http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/11/04/04165529/minum.susu.justru.sebabkan.osteoporosis

Oleh IRWAN JULIANTO

Hari Osteoporosis Nasional 2009 diperingati ribuan warga di Bundaran
Hotel Indonesia, Jakarta, tanggal 25 Oktober lalu. Sebagai sebuah
event, acara itu cukup berhasil menarik perhatian, yang tentu tidak
lepas dari peran sebuah perusahaan swasta yang memasarkan produk susu,
terutama untuk orang dewasa.

Acara itu juga seolah-olah merupakan antitesis atau sanggahan terhadap
pendapat bahwa minum susu terlalu banyak justru menyebabkan
osteoporosis. Pendapat yang terakhir ini tercantum dalam buku best
seller karya Prof dr Hiromi Shinya, The Miracle of Enzyme-Self-Healing
Program, yang tahun 2008 telah diterjemahkan ke bahasa Indonesia dan
diterbitkan Qanita, anak perusahaan Mizan.

Hingga tahun ini, buku itu telah mengalami cetak ulang beberapa kali.
Tak kurang dari pengusaha Ciputra amat memercayai isi buku itu, sampai
pernah mengadakan seminar untuk warga usia lanjut di rumahnya dengan
pembicara seorang dokter yang menguraikan pokok-pokok isi buku Shinya.

Dalam bukunya itu, Shinya yang guru besar kedokteran Fakultas
Kedokteran Albert Einstein di Amerika Serikat menulis demikian: ”Satu
miskonsepsi umum yang terbesar mengenai susu adalah bahwa susu
membantu mencegah osteoporosis. Oleh karena jumlah kalsium dalam tubuh
kita berkurang seiring dengan usia, kita diberi tahu untuk minum susu
yang banyak untuk mencegah osteoporosis. Namun, ini adalah sebuah
kesalahan besar. Minum susu terlalu banyak sebenarnya menyebabkan
osteoporosis.”

Apa argumen Shinya terhadap pendapatnya yang ”melawan” pendapat umum
ini, termasuk sebagian dokter ahli gizi klinik? Menurut Shinya, kadar
kalsium dalam darah manusia biasanya terpatok pada 9-10 mg. ”Namun,
saat minum susu, konsentrasi kalsium dalam darah Anda tiba-tiba
meningkat. Walaupun sepintas lalu hal ini mungkin terlihat seperti
banyak kalsium telah terserap, peningkatan jumlah kalsium dalam darah
ini memiliki sisi buruk. Ketika konsentrasi kalsium dalam darah
tiba-tiba meningkat, tubuh berusaha untuk mengembalikan keadaan
abnormal ini menjadi normal kembali dengan membuang kalsium dari
ginjal melalui urine,” demikian pendapat Shinya.

Ia menambahkan, ”Jika Anda mencoba minum susu dengan harapan
mendapatkan kalsium, hasilnya sungguh ironis, yaitu menurunnya jumlah
kalsium dalam tubuh Anda secara keseluruhan. Dari empat negara susu
besar—Amerika, Swedia, Denmark, dan Finlandia—yang banyak sekali
mengonsumsi susu setiap hari, ditemukan banyak kasus retak tulang
panggul dan osteoporosis.”

Masuk akal

Menanggapi pendapat Shinya ini, pakar gizi klinik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Prof Dr Waloejo Soerjodibroto, ketika dihubungi
menyatakan bahwa pendapat tersebut masuk akal. Waloejo mengaku belum
membaca buku Shinya, tetapi ia belum yakin bahwa kadar kalsium yang
berlebih akibat asupan minum susu justru akan mendorong pembuangan
kalsium dari ginjal melalui urine, termasuk kalsium dari massa tulang.
”Betapapun susu adalah sumber protein sehingga dalam konteks yang
benar, susu tetap berguna untuk tubuh,” katanya.

Walaupun demikian, Waloejo setuju dengan sebagian pendapat Shinya
bahwa susu sapi memang paling cocok untuk anak sapi, bukan untuk anak
manusia, apalagi manusia dewasa. ”Dalam perkembangan masyarakat
modern, air susu ibu diganti oleh susu formula atau pengganti air susu
ibu supaya kaum ibu bisa aktif bekerja. Manusia punya otak untuk
merekayasa, termasuk menciptakan pengganti air susu ibu yang mendekati
atau mirip air susu ibu, walaupun tak bisa sama persis,” tambahnya.

Kita tentu ingat slogan gizi ”Empat Sehat, Lima Sempurna” yang
diciptakan tokoh gizi nasional, almarhum Prof dr Poorwosoedarmo,
sekitar empat dekade lalu, yang menyebutkan bahwa konsumsi susu
”menyempurnakan” empat komponen makanan lainnya (karbohidrat, protein
dan lemak nabati/hewani, sayur, dan buah-buahan). Menurut Waloejo,
slogan itu bagus dan amat berguna pada masa tahun 1960-an ketika
kondisi gizi masyarakat Indonesia masih kurang baik karena memberikan
panduan yang mudah diingat masyarakat awam.

”Namun, kini kita dapat mempertanyakan, apakah benar tanpa susu asupan
gizi kita kurang sempurna. Panduan ini kemudian diganti dengan istilah
’menu seimbang’ (balanced diet), yang sebenarnya juga tidak pas. Yang
benar untuk konteks Indonesia adalah giza atau gizi lengkap (wholesome
diet). Semua komponen ada, tidak kelebihan, tidak kekurangan,” tutur
Waloejo.

Konsumsi ikan

Menurut Prof Errol Untung Hutagalung, Ketua Perhimpunan Osteoporosis
Indonesia (Perosi), puncak massa tulang (peak bone mass) manusia
terjadi pada usia 20 hingga 30-an tahun. Jumlah penderita osteoporosis
terus meningkat dan dikhawatirkan menjadi beban masalah kesehatan di
Indonesia 40 tahun lagi. Salah satu upaya pencegahannya adalah dengan
memaksimalkan mengonsumsi kalsium ketika usia 20-30 tahun. Pengurangan
kalsium mulai terjadi pada usia 40 tahun dan makin meningkat setelah
usia 50 tahun, katanya (Kompas, 26/10). Ketika dihubungi semalam,
Hutagalung menyatakan belum membaca buku Shinya sehingga belum bisa
berkomentar bahwa konsumsi susu malah dapat meningkatkan laju
osteoporosis.

Prof Waloejo sebaliknya setuju dengan pendapat Prof Shinya bahwa
asupan kalsium tidak melulu harus dari susu. Ikan-ikan kecil dan
rumput laut, yang selama berabad-abad dimakan oleh bangsa Jepang,
ternyata mengandung kalsium yang tidak terlalu cepat diserap (slow
release) yang justru dapat meningkatkan jumlah kalsium dalam darah.

Waloejo menekankan, yang penting untuk mencegah berkurangnya massa
kalsium pada jaringan tulang bukan hanya asupan kalsium, tetapi juga
tersedianya vitamin D3, yang dibuat dari inti kolesterol.

Pada awal evolusi, manusia purba tidak gampang mencari lemak. Dalam
perkembangannya, lingkungan dan pola hidup manusia berubah, tetapi
mekanisme usus dan enzim-enzim manusia purba masih tidak berbeda
dengan manusia modern.

”Itulah sebabnya kita sekarang menjumpai banyak kasus obesitas,
kelebihan kolesterol dan trigliserida. Kritik Prof Shinya ada
benarnya,” katanya.

Osteoporosis & Osteoarthritis, Cegah dengan Susu Kedelai

source : http://cyberjob.cbn.net.id

Banyak sekali manfaat susu bagi tubuh manusia. Mulai bayi, anak balita, hingga orangtua, semuanya membutuhkan segelas susu agar tetap sehat dan memiliki tubuh yang sehat dan prima.

Selain susu sapi, ternyata susu yang terbuat dari bahan kedelai juga sangat bermanfaat bagi tubuh. Tercatat, susu kedelai mampu menghilangkan nyeri pada persendian, sehingga baik dikonsumsi mereka yang terserang penyakit pada tulang dan persendian, misalnya osteoporosis dan osteoarthritis. Penderita kedua penyakit ini biasanya mengalami nyeri dan sakit pada tulang dan persendian.

Pada umumnya, orang dengan usia lanjut dan wanita pascamenopause, rentan dengan penyakit yang sering juga disebut dengan rematik ini. Pada penelitian yang dilakukan Dr John Anderson dari University of North Carolina, menemukan bahwa pada osteoporosis, kualitas masa tulang menurun atau keropos dan mengakibatkan tulang menjadi rapuh dan mudah patah.

Hormon estrogen yang berfungsi mempertahankan masa tulang, pada periode pascamenopause mengalami disfungsi. Sementara penyakit nyeri sendi, atau sering disebut dengan osteoarthritis, terjadi karena berkurangnya kekuatan tulang rawan pada engsel atau sendi. Akibatnya, kemampuannya sebagai penyangga atau penopang ikut melemah. Punggung, leher, lutut, pinggul, dan pinggang adalah tempattempat di mana osteoarthritis muncul.

Untuk mengatasi kedua penyakit di atas, biasanya dokter memberikan beberapa jenis obat yang bersifat temporer, mengatasi rasa sakit, dan memberikan beberapa suplemen untuk tulang. Risikonya adalah efek buruk pada lambung jika mengonsumsi obat terus-menerus. Selain itu, suplemen susu sapi atau hewan juga berisiko karena susu yang berasal dari hewan memiliki kandungan protein berfosfor yang mengakibatkan kehilangan kalsium dari tubuh.
Solusinya adalah segera mengonsumsi susu kedelai, karena bagus untuk mengobati nyeri sendi atau osteoporosis. Susu kedelai mengandung isoflavon dan mampu mempertahankan kadarnya untuk mencegah keropos tulang. Isoflavon kedelai dapat memperkuat massa tulang, sedangkan senyawa genistin kedelai mempunyai efek mencegah keropos tulang lebih baik dari premarin.(Koran SI/Koran SI/nsa)

Sumber: detikcom