BABY MEASLES (CAMPAK)
by: Diane Sacks
(Paediatrician Diane Sacks spent 20 years at the Hospital for Sick Children in Toronto, and is currently on staff at North York General Hospital)
‘Red measles’ (rubeola atau campak) adalah penyakit infeksi virus yang cukup serius yang hampir pasti dapat dicegah dengan vaksinasi yang diberikan pada anak usia 12 hingga 15 bulan. Gejala-gejalanya berupa: demam tinggi, batuk, hidung ‘meler’ dan mata yang merah, yang kemudian
diikuti dengan timbulnya ‘rash’ (bintik-bintik) merah beberapa hari kemudian. Munculnya bintik tsb. umumnya dimulai dari area wajah dan kemudian menyebar ke seluruh tubuh. Campak dapat menular pada rentang waktu 3-5 hari sebelum adanya gejala-gejala, hingga 4 hari setelah bintik-bintik tsb. muncul. Infeksi jenis ini dapat juga berakibat komplikasi, seperti pneumonia, encephalitis dan kejang-kejang.
‘Baby measles’ (roseola), disebabkan oleh jenis virus yang berbeda dan lumrah dialami anak-anak usia 6 hingga 24 bulan (cukup langka terjadi pada anak di usia sebelum 4 bulan dan setelah usia 4 tahun). Anak-anak yang menderita roseola dapat mengalami gejala demam yang sangat tinggi tapi yang mengejutkan, kondisi mereka umumnya baik-baik saja bahkan tetap aktif, walau tetap ada kemungkinan selera makan mereka jadi merosot. ‘Rash’ (bintik-bintik) tidak akan muncul hingga
demam mereda dan hal itu yang kemudian membuat anak Anda jadi agak rewel.
Cukup sulit mendiagnosa ‘roseola’ sebelum bintik-bintik muncul di tubuh penderita; salah satu petunjuk lagi yang bisa digunakan adalah adanya kelenjar yang membengkak di bagian belakang kepala (area tengkuk). Sangat disayangkan, banyak anak yang diberi resep antibiotik yang tidak perlu hanya untuk meredakan demam jenis ini.Kemudian, saat bintik-bintik muncul, terjadi ‘kerancuan’ antara ‘roseola’ atau karena alergi akibat antibiotik.
Anak-anak tidak seharusnya diberi antibiotik jika kita tidak tahu pasti apa yang sedang kita hadapi dan apa yang kita ingin tangani. Pengecualian berlaku bagi bayi yang baru lahir (di bawah usia 3-4
bulan), dan hanya setelah tes penunjang lain telah dilakukan untuk menegakkan diagnosa serta observasi ketat yang terus dilakukan terhadap perkembangan si kecil.
Roseola bersifat menular, tapi tidak terlalu serius. Saya selalu berpikir bahwa bagian yang paling serius dari diagnosa penyakit ini adalah gangguan pada ‘kesehatan mental’ para orang tua:
pertama – berhadapan dengan demam anak yang tinggi
kedua – menangani anak yang begitu ‘rewel’ saat bintik-bintiknya telah muncul
*Campak *
*DEFINISI*
Campak (*Rubeola*, *Campak 9 hari*) adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, *konjungtivitis* (peradangan selaput ikat ata/*konjungtiva*) dan ruam kulit. Penularan infeksi terjadi karena menghirup percikan ludah penderita campak. Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum rimbulnya ruam kulit dan selama ruam kulit ada.
Sebelum *vaksinasi* campak digunakan secara meluas, wabah campak terjadi setiap 2-3 tahun, terutama pada anak-anak usia pra-sekolah dan anak-anak SD. Jika seseorang pernah menderita campak, maka seumur hidupnya dia akan kebalterhadap penyakit ini.
*PENYEBAB*
Campak disebabkan oleh *paramiksovirus*.
Penularan terjadi melalui percikan ludah dari hidung, mulut maupun tenggorokan penderita campak. Masa inkubasi adalah 10-14 hari sebelum gejala muncul.
Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahir ibu yang telah kebal (berlangsung selama 1 tahun). Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah:
– bayi berumur lebih dari 1 tahun
– bayi yang tidak mendapatkan imunisasi
– remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua.
*GEJALA*
Gejala mulai timbul dalam waktu 7-14 hari setelah terinfeksi, yaitu berupa:
– nyeri tenggorokan
– hidung meler
– batuk
– nyeri otot
– demam
– mata merah
– *fotofobia* (rentan terhadap cahaya, silau).
2-4 hari kemudian muncul bintik putih kecil di mulut bagian dalam (*bintik Koplik*).
Ruam (kemerahan di kulit) yang terasa agak gatal muncul 3-5 hari setelah timbulnya gejala diatas. Ruam ini bisa berbentuk *makula* (ruam kemerahan yang mendatar) maupun *papula* (ruam kemerahan yang menonjol). Pada awalnya ruam tampak di wajah, yaitu di depan dan di bawah telinga serta di leher sebelah samping. Dalam waktu 1-2 hari, ruam menyebar ke batang tubuh, lengan dan tungkai, sedangkan ruam di wajah mulai memudar.
Pada puncak penyakit, penderita merasa sangat sakit, ruamnya meluas serta suhu tubuhnya mencapai 40° Celsius. 3-5 hari kemudian suhu tubuhnya turun, penderita mulai merasa baik dan ruam yang tersisa segera menghilang.
*KOMPLIKASI*
Pada anak yang sehat dan gizinya cukup, campak jarang berakibat serius. Beberapa komplikasi yang bisa menyertai campak:
1. Infeksi bakteri – *Pneumonia*
– Infeksi telinga tengah
2. Kadang terjadi *trombositopenia* (penurunan jumlah trombosit), sehingga pendeita mudah memar dan mudah mengalami perdarahan
3. *Ensefalitis* (inteksi otak) terjadi pada 1 dari 1,000-2.000 kasus.
*DIAGNOSA*
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan ruam kulit yang khas. Pemeriksaan lain yang mungkin perlu dilakukan:
– pemeriksaan darah
– pembiakan virus
– *serologi* campak.
*PENGOBATAN*
Tidak ada pengobatan khusus untuk campak. Anak sebaiknya menjalani tirah baring.
Untuk menurunkan demam, diberikan asetaminofen atau ibuprofen. Jika terjadi infeksi bakteri, diberikan antibiotik.
*PENCEGAHAN*
Vaksin campak merupakan bagian dari imunisasi rutin pada anak-anak. Vaksin biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi dengan gondongan dan campak Jerman (vaksin MR*/*mumps, measles, rubella*), disuntikkan pada otot paha atau lengan atas.
Jika hanya mengandung campak, vaksin dibeirkan pada umur 9 bulan. Dalam bentuk MMR, dosis pertama diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun.
*LANGKAH EFEKTIF MENGATASI CAMPAK**
Campak sebenarnya hadir sepanjang tahun tanpa musim. Walau tertular hanya sekali, lakukan antisipasi agar anak tak sampai mengalami komplikasi. Penyakit campak atau yang lebih sering disebut tampek mudah sekali menular. Virusnya bisa hidup dan menyebar lewat udara, “Karenanya penyakit ini tetap mewabah sepanjang tahun di beberapa daerah, terutama di pemukiman padat,” kata *dr. Rudy Firmansyah, Sp.A*, dari RSAB Harapan Kita Jakarta.
Penyakit campak yang dalam bahasa asing disebut *measles*, disebabkan oleh virus campak atau morbili. Virus ini terdapat di udara bebas. Bila masuk ke dalam tubuh anak, terutama yang daya tahan tubuhnya sedang lemah, maka sangat mungkin ia terjangkit campak. Sebaiknya jika ada satu orang anak terkena campak, maka anak lain dianjurkan untuk tidak berdekatan dengannya. Virusnya yang keluar melalui napas atau semburan ludah *(droplet)* bias terisap lewat hidung atau mulut dan akan menulari anak lain.
Menurut Rudy, campak hanya terjadi sekali seumur hidup. Bila waktu kecil anak sudah pernah terkena campak maka setelah itu biasanya dia tidak akan terkena lagi. Namun, karena anggapan ini sudah terlalu memasyarakat banyak orang tua yang sengaja menulari anaknya dengan campak agar nantinya dia tidak terkena lagi. “Ini adalah tindakan yang keliru,” komentar Rudy.
Justru sebaiknya setiap anak dibentengi dari penyakit ini dengan imunisasi campak. Memang tidak dijamin 100%, tapi kalaupun sampai terjangkit virus campak, maka kondisinya tidak terlalu parah. Imunisasi bisa dilakukan dua kali. Pertama di usia 9 bulan, usia ini dipilih karena antibodi bayi yang berasal dari ibunya lewat plasenta sudah semakin menurun sehingga butuh antibodi tambahan lewat imunisasi. Agar kekebalan tubuh anak semakin baik maka pemberian vaksinasi campak diulang di usia 15 bulan dengan imunisasi MMR *(Measles, Mumps and Rubella)*. Berikutnya, imunisasi campak dilakukan ketika anak berusia 6 tahun. Mengapa perlu dicegah? Karena campak bias menimbulkan komplikasi yang berakibat fatal.
*4 FASE CAMPAK DAN PENANGANANNYA*
Agar serangan campak tidak menjadi terlalu berat, kita bisa melakukan hal-hal berikut berdasarkan fase-fasenya:
*- Masa Inkubasi*
Fase inkubasi berlangsung sekitar 10-12 hari. Di fase ini agak sulit mendeteksi infeksinya karena gejalanya masih bersifat umum bahkan tidak terlihat sama sekali. Mungkin beberapa anak mengalami demam tetapi umumnya anak tidak merasakan perubahan apa-apa. Bercak-bercak merah yang merupakan ciri khas campak pun belum keluar.
Yang perlu dilakukan:
Jagalah keseimbangan gizi anak dengan baik agar daya tahan tubuhnya tetap tinggi. Misalnya dengan makan sayur, buah, serta menjaga kebugaran tubuhnya. Bila memang nantinya campak benar-benar menyerang kemungkinan terjadinya tidak akan terlalu parah.
*- Fase Prodormal*
Adalah fase dimana gejala penyakit sudah mulai timbul seperti flu, batuk, pilek, dan demam. Mata anak pun akan tampak kemerah-merahan dan berair. Tak hanya itu, anak tidak bisa melihat dengan jelas ke arah cahaya karena merasa silau *(photo phobia)*. Ciri lain, di sebelah dalam mulut muncul bintik-bintik putih yang akan bertahan 3-4 hari. Beberapa anak juga mengalami diare. Satu-dua hari kemudian timbul demam tinggi yang turun naik, berkisar 38-40,5° C. Di fase kedua bercak merah belum muncul.
Yang perlu dilakukan:
Segeralah memeriksakan anak ke dokter ketika flu, batuk, pilek, dan demam mulai muncul. Jangan sampai menunggu munculnya bercak-bercak merah karena anak butuh pertolongan secepatnya. Tindakan cepat sangat membantu untuk mengantisipasi beratnya penyakit.
*- Fase Makulopapuler*
Fase makulopapuler yakni keluarnya bercak merah yang sering diiringi demam tinggi antara 38-40,5°C. Awalnya, bercak ini hanya muncul di beberapa bagian tubuh saja, biasanya di belakang kuping, leher, dada, muka, tangan dan kaki. Untuk membedakan dengan penyakit lain, umumnya warna bercak campak akan sangat khas; merah dengan ukuran yang tidak terlalu besar tapi juga tidak terlalu kecil.
Biasanya, bercak merah akan memenuhi seluruh tubuh dalam waktu satu minggu meskipun hal ini tergantung pula pada daya tahan tubuh masing-masing anak. Pada anak yang memiliki daya tahan tubuh baik umumnya bercak merahnya hanya pada beberapa bagian saja. Tetapi pada anak yang memiliki daya tahan tubuh lemah, bercak merahnya akan semakin banyak. Hal ini juga menunjukkan kalau campak yang diderita anak termasuk berat.
Yang perlu dilakukan:
Tetaplah mengonsultasikan segala sesuatunya pada dokter. Biasanya dokter akan mengusahakan agar bercak merah pada anak tidak sampai muncul di sekujur tubuh. Bila memang sekujur tubuhnya dipenuhi bercak, ini berarti campaknya cukup berat. Apalagi jika sudah muncul gejala komplikasi, maka konsultasikanlah ke dokter apakah anak perlu dirawat atau tidak.
Sebagian masyarakat beranggapan bahwa semakin banyak bercak merah yang tampak semakin bagus karena berarti anak akan cepat sembuh. Pendapat ini keliru karena kita sebenarnya dituntut untuk lebih waspada. Tetapi bila diagnosis sudah ditegakkan, dan tak ada komplikasi, anak cukup dirawat di rumah.
*- Fase Penyembuhan*
Bila bercak merah sudah keluar, umumnya demam akan turun dengan sendirinya. Selanjutnya bercak merah akan berubah menjadi kehitaman dan bersisik, disebut hiperpigmentasi. Pada akhirnya bercak akan mengelupas atau rontok atau sembuh dengan sendirinya. Umumnya, dibutuhkan waktu hingga 2 minggu sampai anak sembuh benar dari sisa-sisa campak.
Yang perlu dilakukan:
Tetap berikan obat yang sudah diberikan oleh dokter sambil menjaga asupan makanan bergizi seimbang dan istirahat yang teratur. Jangan pernah beranggapan kalau bercak merah sudah berkurang dan gejalanya sudah hilang berarti virus campaknya sudah musnah. Kita tetap perlu melanjutkan pengobatan sampai anak benar-benar sembuh.
*HAL LAIN YANG PERLU DIPERHATIKAN*
* Jangan melakukan pengobatan menurut aturan sendiri tetapi harus berdasarkan petunjuk dokter. Bila memang harus mengonsumsi obat 3 kali sehari maka harus dilakukan dengan baik. Bila ada gejala lain yang timbul, misalnya kejang-kejang atau sesak napas, segeralah berkonsultasi pada
dokter.
* Sebaiknya berikan makanan yang mudah dicerna seperti bubur nasi. Hal ini untuk menghindari terjangkitnya infeksi lain, seperti radang tenggorokan, flu, atau lainnya. Dianjurkan untuk memberikan makanan yang mudah dicerna selama sebulan kemudian sampai kondisinya benar-benar pulih.
* Karena mudah menular lewat udara, sebaiknya anak campak dirawat di kamar sendiri agar tidak menularkan penyakitnya. Namun perlu diingat, jangan sampai terkesan kalau anak diisolasi, berikan mainan yang dapat menghibur agar dia tidak bosan.
* Setiap anak yang sedang sakit butuh istirahat yang cukup. Anak campak pun demikian, berikan waktu beristirahat secara maksimal.
* Jangan biarkan bayi yang belum mendapat imunisasi campak berdekatan dengan penderita campak sampai penyakitnya benar-benar sembuh. Sangat mungkin virus campak akan menulari bayi.
* Jaga tubuh anak agar tetap bersih sehingga dia tetap merasa nyaman. Boleh saja anak dimandikan atau dilap seluruh tubuhnya. Pendapat yang mengatakan kalau anak campak tidak boleh dimandikan adalah keliru karena bila tubuhnya kotor dan berkeringat akan menimbulkan rasa lengket dan gatal luar biasa. Dorongan menggaruk kulit yang gatal bisa menimbulkan infeksi berupa bisul-bisul kecil bernanah. Gunakan sabun bayi yang tak terlalu merangsang kulit dan gosoklah kulitnya perlahan. Sehabis mandi, keringkan dan taburi dengan bedak *salycyl talc.*
* Selama anak sakit dan dalam pemulihan sebaiknya kita memisahkan peralatan makan dan mandinya, seperti piring, gelas, sendok, handuk, sprai dan pakaiannya. Hal ini untuk menghindari terjadinya penularan lewat kontak tak langsung.
*PENGOBATAN SECARA SIMPTOMATIS*
Rudy* menjelaskan, pengobatan campak hanya bersifat simptomatis, yakni mengobati gejalanya saja. Misalnya, bila muncul demam maka yang diobati adalah gejala demamnya. Bila mengalami batuk maka obat batuk digunakan untuk meringankan batuknya. Demikian pula bila anak diare maka dokter akan memberikan obat antidiare. Pada beberapa anak yang berbakat kejang, gejala
ini bisa timbul sehingga dokter akan menyiapkan obat antikejang. Sementara hingga saat ini, kata Rudy, belum ditemukan obat yang bisa langsung mengatasi virus campak tersebut.
Pengobatan gejala sangat penting dilakukan karena bila tidak ditangani dengan baik campak bisa sangat berbahaya. Bisa saja terjadi komplikasi terutama pada campak yang berat. Ciri-ciri campak berat, selain bercaknya di sekujur tubuh, gejalanya tidak membaik setelah diobati selama 1-2 hari.
Sebaliknya, bila selama 1-2 hari pengobatan gejalanya sudah membaik, umumnya anak hanya menderita campak ringan.
Komplikasi yang terjadi biasanya berupa radang paru-paru *(broncho pneumonia) *dan radang otak (ensefalitis). Hal ini terjadi karena virus campak dapat menyebar melalui aliran darah ke jaringan tubuh lainnya. Komplikasi inilah yang umumnya paling sering menimbulkan kematian pada anak.
Untuk mengetahui apakah sudah terjadi komplikasi atau tidak biasanya ditunjukkan dengan tanda-tanda khas. Bila sudah terjadi ensefalitis biasanya terjadi kejang satu kali atau berulang, kesadaran anak menurun, dan suhu tubuhnya tinggi atau susah turun karena infeksinya sudah sampai ke otak.
Sedangkan radang paru-paru ditunjukkan dengan gejala batuk berdahak, pilek, dan sesak napas. Boleh dikatakan, kematian bukan ditimbulkan karena campak itu sendiri melainkan komplikasi yang terjadi. Umumnya hal ini akan terjadi pada anak yang kurang gizi dan memiliki daya tahan tubuh lemah.
*BERBEDA DARI CAMPAK JERMAN*
Campak biasa, kata *Rudy*, berbeda dari campak Jerman atau rubela. Campak Jerman umumnya memiliki dampak lebih ringan dan tidak fatal. Umumnya pun terjadi pada anak usia 5 sampai 14 tahun.
Memang gejalanya hampir sama dengan campak biasa, seperti flu, batuk, pilek dan demam tinggi. Yang membedakan, bercak merah pada rubela tidak timbul terlalu banyak dan tidak separah campak biasa, juga cepat menghilang dalam waktu 3 hari. Gejala lain, umumnya nafsu makan anak akan menurun karena terjadi pembengkakan pada limpa.
Justru kita harus lebih khawatir bila rubela menyerang wanita hamil karena virusnya bisa menular pada janin melalui plasenta. Bila janin tertular maka anak yang dilahirkan akan mengalami sindrom rubela kongenital dengan kelainan-kelainan, misalnya mata bayi mengalami katarak, tidak bias mendengar, terjadi pengapuran di otak, juga banyak terjadi anak-anak tumbuh dengan keterbelakangan perkembangan.
Rudy menekankan, setiap anak perempuan harus mendapat vaksinasi rubela. Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya rubela serta melindungi janin yang dikandungnya kelak. Tak hanya pada perempuan, vaksinasi rubela pun penting bagi kaum pria. Gunanya mencegah agar tidak terserang rubela dan menulari sang istri yang mungkin tengah hamil nanti.
*JANGAN ANGGAP ENTENG CAMPAK**
Campak hanya akan menulari sekali dalam seumur hidup. Bisa terjadi pada anak-anak yang masih kecil maupun yang sudah besar. Bila daya tahan tubuh kuat, bisa saja anak tidak terkena campak sama sekali.
“Tampek merupakan bahasa Jawa namun istilah Indonesianya adalah campak. Sedangkan orang dari Irian menyebutnya serampah. Dalam bahasa latin disebut sebagai *morbili* atau *rubeolla*. Sementara dalam bahasa Inggris, *measles*,” tutur spesialis anak dari RS MH Thamrin Internasional, Jakarta ini.
*PENYEBAB CAMPAK*
Penyebab penyakit campak adalah virus campak atau morbili. Pada awalnya, gejala campak agak sulit dideteksi. Namun, secara garis besar penyakit campak bisa dibagi menjadi 3 fase. Fase pertama disebut masa inkubasi yang berlangsung sekitar 10-12 hari. Pada fase ini, anak sudah mulai terkena infeksi tapi pada dirinya belum tampak gejala apa pun. Bercak-bercak merah
yang merupakan ciri khas campak belum keluar. Pada fase kedua (fase prodormal) barulah timbul gejala yang mirip penyakit flu, seperti batuk, pilek, dan demam. Mata tampak kemerah-merahan dan berair. Bila melihat sesuatu, mata akan silau *(photo phobia)*. Di sebelah dalam mulutmuncul
bintik-bintik putih yang akan bertahan 3-4 hari. Terkadang anak juga mengalami diare. Satu-dua hari kemudian timbul demam tinggi yang turun naik, berkisar 38-40,5 derajat Celcius.
Fase ketiga ditandai dengan keluarnya bercak merah seiring dengan demam tinggi yang terjadi. Namun, bercak tak langsung muncul di seluruh tubuh, melainkan bertahap dan merambat. Bermula dari belakang kuping, leher, dada, muka, tangan dan kaki. Warnanya pun khas; merah dengan ukuran yang tidak terlalu besar tapi juga tidak terlalu kecil.
Bercak-bercak merah ini dalam bahasa kedokterannya disebut makulopapuler. Biasanya bercak memenuhi seluruh tubuh dalam waktu sekitar satu minggu. Namun, ini pun tergantung padadaya tahan tubuh masing-masing anak. Bila daya tahan tubuhnya baik maka bercak merahnya tak terlalu menyebar dan tak terlalu penuh. Umumnya jika bercak merahnya sudah keluar, demam akan turun
dengan sendirinya. Bercak merah pun makin lama menjadi kehitaman dan bersisik (hiperpigmentasi), lalu rontok atau sembuh dengan sendirinya. Periode ini merupakan masa penyembuhan yang butuh waktu sampai 2 minggu.
*CARA PENULARAN*
Yang patut diwaspadai, penularan penyakit campak berlangsung sangat cepat melalui perantara udara atau semburan ludah *(droplet)* yang terisap lewat hidung atau mulut. Penularan terjadi pada masa fase kedua hingga 1-2 hari setelah bercak merah timbul. Sayangnya, masih ada anggapan yang salah dalam masyarakat akan penyakit campak. Misalnya, bila satu anggota keluarga terkena campak, maka anggota keluarga lain sengaja ditulari agar sekalian repot. Alasannya, bukankah campak hanya terjadi sekali seumur hidup? Jadi kalau waktu kecil sudah pernah campak, setelah itu akan aman selamanya. Ini jelas pendapat yang tidak benar karena penyakit bukanlah untuk ditularkan. Apalagi dampak campak cukup berbahaya.
Anggapan lain yang patut diluruskan, yaitu bahwa bercak merah pada campak harus keluar semua karena kalau tidak malah akan membahayakan penderita. Yang benar, justru jumlah bercak menandakan ringan-beratnya campak. Semakin banyak jumlahnya berarti semakin berat penyakitnya. Dokter justru akan mengusahakan agar campak pada anak tidak menjadi semakin parah atau bercak merahnya tidak sampai muncul di sekujur tubuh.
Selain itu, masih banyak orang tua yang memperlakukan anak campak secara salah. Salah satunya, anak tidak dimandikan. Dikhawatirkan, keringat yang melekat pada tubuh anak menimbulkan rasa lengket dan gatal yang mendorongnya menggaruk kulit dengan tangan yang tidak bersih sehingga terjadi infeksi berupa bisul-bisul kecil bernanah. Sebaliknya, dengan mandi anak akan merasa
nyaman.
*PENGOBATAN GEJALA*
Pengobatan campak dilakukan dengan mengobati gejala yang timbul. Demam yang terjadi akan ditangani dengan obat penurun demam. Jika anak mengalami diare maka diberi obat untuk mengatasi diarenya. Batuk akan diatasi dengan mengobati batuknya. Dokter pun akan menyiapkan obat antikejang bila anak punya bakat kejang.
Intinya, segala gejala yang muncul harus diobati karena jika tidak, maka campak bisa berbahaya. Dampaknya bisa bermacam-macam, bahkan bisa terjadi komplikasi. Perlu diketahui, penyakit campak dikategorikan sebagai penyakit campak ringan dan yang berat. Disebut ringan, bila setelah 1-2 hari pengobatan, gejala-gejala yang timbul membaik. Disebut berat bila pengobatan yang diberikan sudah tak mempan karena mungkin sudah ada komplikasi.
Komplikasi dapat terjadi karena virus campak menyebar melalui aliran darah ke jaringan tubuh lainnya. Yang paling sering menimbulkan kematian pada anak adalah kompilkasi radang paru-paru *(broncho pneumonia)* dan radang otak (ensefalitis). Komplikasi ini bisa terjadi cepat selama berlangsung penyakitnya.
Gejala ensefalitis yaitu kejang satu kali atau berulang, kesadaran anak menurun, dan panasnya susah turun karena sudah terjadi infeksi “tumpangan” yang sampai ke otak. Lain halnya, komplikasi radang paru-paru ditandai dengan batuk berdahak, pilek, dan sesak napas. Jadi, kematian yang ditimbulkan biasanya bukan karena penyakit campak itu sendiri, melainkan
karena komplikasi. Umumnya campak yang berat terjadi pada anak yang kurang
gizi.
*PENANGANAN YANG BENAR*
Inilah yang dianjurkan *Rini*:
* Bila campaknya ringan, anak cukup dirawat di rumah. Kalau campaknya berat
atau sampai terjadi komplikasi maka harus dirawat di rumah sakit.
* Anak campak perlu dirawat di tempat tersendiri agar tidak menularkan
penyakitnya kepada yang lain. Apalagi bila ada bayi di rumah yang belum
mendapat imunisasi campak.
* Beri penderita asupan makanan bergizi seimbang dan cukup untuk
meningkatkan daya tahan tubuhnya. Makanannya harus mudah dicerna, karena
anak campak rentan terjangkit infeksi lain, seperti radang tenggorokan, flu,
atau lainnya. Masa rentan ini masih berlangsung sebulan setelah sembuh
karena daya tahan tubuh penderita yang masih lemah.
* Lakukan pengobatan yang tepat dengan berkonsultasi pada dokter.
* Jaga kebersihan tubuh anak dengan tetap memandikannya.
* Anak perlu beristirahat yang cukup.
*PENTINGNYA IMUNISASI CAMPAK*
Semua penyakit yang disebabkan virus bersifat endemis. Artinya bisa muncul
kapan saja sepanjang tahun, tidak mengenal musim. Oleh karena itu, menurut *
Rini*, campak pada anak perlu dicegah dengan imunisasi. Apalagi campak
banyak menyerang anak usia balita. Seharusnya, vaksin campak tak memiliki
efek samping, tapi karena vaksin dibuat dari virus yang dilemahkan, maka
bisa saja satu dari sekian juta virusnya menimbulkan efek samping.
Umpamanya, setelah diimunisasi campak, anak jadi panas atau diare.
Sebenarnya bayi mendapatkan antibodi dari ibunya melalui plasenta saat
hamil. Namun, antibodi dari ibu pada tubuh bayi itu akan semakin menurun
pada usia kesembilan bulan. Lantaran itu, pemberian imunisasi campak
dilakukan di usia tersebut. Kemudian, karena tubuh bayi di bawah 9 bulan
belum bisa membentuk kekebalan tubuh dengan baik maka pemberian vaksinasi
campak diulang di usia 15 bulan dengan imunisasi MMR *(Measles, Mumps and
Rubella)*. Dengan vaksinasi ini diharapkan bilapun anak terkena campak, maka
dampaknya tidak sampai berat atau fatal karena tubuh sudah memiliki
antibodinya.
Hanya saja, karena saat ini terdapat kecurigaan bahwa bahan pengawet pada
vaksin MMR dapat memicu autisme, akhirnya pemberian imunisasi campak tidak
diulang. Menurut Rini, kekhawatiran itu tidak perlu ada lagi jika anak sudah
mencapai usia tiga tahun dan mengalami proses tumbuh kembang yang normal.
“Sebaiknya anak divaksinasi saja. Boleh ditunda tapi jangan sampai
ditiadakan. Sampai besar pun masih bisa divaksinasi. Lebih baik mencegah
daripada mengobati.”
*BEDANYA DENGAN CAMPAK JERMAN*
Campak Jerman atau rubela berbeda dari campak biasa. Pada anak, campak
jerman jarang terjadi dan dampaknya tak sampai fatal. “Kalaupun ada biasanya
terjadi pada anak yang lebih besar, sekitar usia 5 sampai 14 tahun,” kata *
Rini*.
Gejalanya hampir sama dengan campak biasa, seperti flu, batuk, pilek dan
demam tinggi. Namun, bercak merah yang timbul tidak akan sampai terlalu
parah dan cepat menghilang dalam waktu 3 hari. Nafsu makan penderita juga
biasanya menurun karena terjadi pembengkakan limpa.
Yang perlu dikhawatirkan jika campak jerman ini menyerang wanita hamil
karena bisa menular pada janin melalui plasenta (ari-ari). Akibatnya, anak
yang dilahirkan akan mengalami sindrom rubela kongenital. Mata bayi akan
mengalami katarak begitu lahir, ada ketulian, dan ada pengapuran di otak,
sehingga anak bisa mengalami keterbelakangan perkembangan.
Jadi, setiap anak perempuan sebaiknya mendapat vaksinasi rubela untuk melindungi janinnya bila ia hamil kelak. Pada anak perempuan kekebalan ini nantinya akan diturunkan kepada bayinya hingga berusia 9 bulan. Rini pun memandang perlunya vaksinasi rubela pada pria, karena campak jerman yang mungkin menjangkitinya bisa menulari sang istri yang tengah hamil.
*Dedeh Kurniasih.
* *BILA ANAK TERKENA CAMPAK*
*H**ati-hati bila anak demam dibarengi munculnya bercak merah di sekitar tubuh. Jangan dianggap enteng, Bu. Hari itu, di rumah keluarga Ibu Niken terjadi kepanikan. Pasalnya, kulit
Nandia (13 bulan) berbercak merah, bahkan seperti menghitam. “Memang,
beberapa hari ini dia panas tinggi. Tapi, saya pikir dia demam biasa saja,”
ujar Ibu Niken dengan rasa bersalah.
Ternyata, dari pemeriksaan dokter menunjukkan bahwa Nandia terkena campak. Hal itu bisa saja terjadi. Memang adakalanya penyakit campak tak terlihat karena campaknya belum keluar,” ujar *DR.Sri Rezeki H. Hadinegoro, Dr. Sp.A(K), *dari RSUPN Cipto Mangunkusumo.
Apa yang dialami Ibu Niken kerap juga dialami ibu-ibu lain. Mari kita mengenal campak lebih jauh, agar tak langsung panik saat menghadapinya.
PNYEBABNYA ADALAH VIRUS
Penyakit campak/*measles* disebabkan oleh virus Morbili. Pada tahun 60-an, di Amerika campak merupakan penyakit yang mengakibatkan kematian 400 balita setiap tahunnya. Gejala campak memang agak sulit dideteksi secara dini. Karena, gejala campak, seperti batuk, pilek, dan demam, menurut Sri, hampir sama dengan penyakit flu biasa. “Padahal, campak merupakan penyakit infeksi yang berbahaya.” Bahkan, gejala munculnya bercak merah di kulit pun hampir mirip dengan karena keracunan obat atau alergi karena dingin.
Gejala awal penyakit campak ini dimulai dengan adanya batuk-batuk. Lalu, 1-2 hari kemudian timbul demam yang tinggi dan turun naik berkisar antara 38-40 derajat, selama lima hari. Biasanya dibarengi dengan mata merah dan seperti berair.
Pada saat itu pula, biasanya muncul bintik putih seperti *Koplik spot* di sebelah dalam mulut. Dan ini biasanya akan bertahan 3-4 hari. Kadang-kadang juga disertai dengan munculnya diare. Memasuki hari kelima demamnya akan tinggi sekali. “Pada waktu itulah, bercak merah mulai keluar.”
Bercak merah campak berbeda dengan bercak biang keringat, misalnya. Karena, biang keringat tidak dibarengi dengan demam. Bercak-bercak merah ini muncul secara bertahap dan merambat. Lokasi “khusus” ini biasanya muncul pertama kali di belakang kuping, leher, dada ke bawah, tangan, kaki lalu ke muka.
Jadi, terang Sri, bercak-bercak merah ini tak sekaligus muncul ke seluruh tubuh. Perlu waktu, biasanya seminggu barulah memenuhi seluruh tubuh. Tetapi, jika daya tahan tubuh anak cukup bagus bercak merahnya tak terlalu menyebar atau tak terlalu penuh. Umumnya jika bercak merah ini sudah keluar, demamnya akan turun dengan sendirinya. Usai itu, kulit kemudian menjadi hitam bersisik, kira-kira selama 2 minggu. Timbul warna kehitaman itu
merupakan periode penyembuhan. Lama-lama tanda hitam itu akan rontok, hilang atau sembuh dengan sendirinya.
Yang jelas, bercak-bercak merah ini menimbulkan gatal luar biasa. Yang dikhawatirkan, kata Sri, timbul infeksi karena anak menggaruk dengan tangan yang tidak bersih. Infeksi ini muncul seperti bisul-bisul kecil bernanah. Ditambah lagi kebiasaan yang tidak benar dari para ibu ini, yang tidak memandikan anak yang sedang terkena campak. “Padahal anak yang campak, bila panasnya sudah turun tetap harus dimandikan,” tandas Sri. Minimal, dilap
handuk basah untuk membersihkan keringatnya. Dan, usahakan untuk menggunakan sabun bayi yang tak terlalu merangsang kulit atau yang tak terlalu keras. Gosoklah seluruh bagian tubuhnya seperti biasa, asal tidak terlalu keras. Justru, bila anak tak dimandikan, anak akan berkeringat dan tentu rasanya lebih gatal lagi. “Dengan mandi anak akan merasa nyaman. Nah, untuk mengurangi rasa gatalnya, sehabis mandi bisa dibedaki dengan *salycyl talc*,”
papar Sri.
KOMPLIKASI
“Yang terang, disebut campak apabila demam itu berlanjut dengan timbulnya bercak-bercak merah. Kita sering salah kaprah, bila anak demam tinggi dan tidak mengeluarkan bercak-bercak merah, menandakan bahwa campaknya tidak keluar. “Tanpa bercak merah, kendati demamnya tinggi, namanya bukan campak.”
Anak yang terkena campak ini tergolong sakit berat. Paling tidak menghabiskan waktu sakit selama tiga minggu. Dan campak ini juga dikategorikan atas ringan dan berat. Disebut ringan, kata Sri, apabila setelah keluar campak, demamnya akan turun. “Sedangkan campak yang berat bila sampai ada komplikasinya. Komplikasi itu bisa terjadi disepanjang berlangsung penyakitnya,” jelas Sri. Komplikasi terberat bisa sampai menimbulkan kematian. Radang paru (pneumonia) merupakan komplikasi yang paling sering mengakibatkan kematian pada anak.
Komplikasi ini bisa terjadi karena virus Morbilli bisa menyebar melalui aliran darah ke mana-mana. Selain ke kulit, ke selaput lendir hidung, mulut, pencernaan. Bahkan bila virus itu masuk ke daerah otak bisa menimbulkan kejang-kejang, kesadaran menurun/ensefalopati.
Bila ke daerah pencernaan bisa menimbulkan diare atau muntah-muntah sehingga anak kekurangan cairan atau dehidrasi. Selain itu karena ada sariawan juga membuatnya perih dan tak mau makan. “Umumnya campak yang berat ini terjadi
pada anak yang gizinya buruk,” ujar Sri
Perlu diketahui, campak ditularkan lewat udara yang terhisap melalui hidung atau mulut. Karena penularannya terjadi langsung, penyakit campak menular begitu cepat. Penularan sudah berlangsung 1-2 hari sebelum keluarnya bercak-bercak merah. Karena itu, anak yang campak harus diisolasi agar tidak menularkan pada anak yang lain. Ia pun perlu mendapat istirahat yang cukup. Kemudian, makan bergizi.
PENANGANAN CAMPAK
Anak yang diduga terkena campak harus dipastikan dulu apakah betul-betul campak atau bukan. Bila diagnosis sudah ditegakkan, dan tak ada komplikasi, anak cukup dirawat di rumah. “Tetapi, bila sampai terjadi komplikasi harus dirawat di rumah sakit.”
Yang terang, bila campak tak diobati akan berbahaya karena dampaknya yang bisa bermacam-macam tadi. Anak pun akan rewel, sulit minum, tak bisa tidur, bisa kejang, kekurangan cairan, sesak nafas dan sebagainya. “Jadi jangan punya anggapan bahwa campak didiamkanpun tak apa-apa. Karena ini termasuk penyakit berat,” tandas Sri.
Dan, pengobatan campak dilakukan untuk mengobati gejalanya. Hal ini disebabkan karena penyebab campak adalah virus. “Jadi, bukan mematikan virusnya. Karena begitu gejala penyakitnya timbul virusnya sendiri sudah tak ada,” jelas Sri. Jadi, anak akan diberi obat penurun panas untuk demam, obat sariawan untuk sariawan (bila ada), dan obat diare untuk mengatasi diarenya. Dan obat batuk untuk mengobati batuknya. Lalu disiapkan pula obat anti
kejang bila anak punya bakat kejang.
Sebaiknya anak berpantang makanan yang merangsang batuk, seperti goreng-gorengan, permen dan coklat. Selain itu, berilah anak makanan yang mudah dicerna.
Umumnya bila anak terkena campak akan rentan sehingga mudah sekali terkena penyakit lain. Misalnya bila di sekitarnya ada yang flu, radang tenggorokan atau bahkan TBC, maka diapun bisa terkena. Biasanya masa rentan ini berlangsung sebulan setelah sembuh.
IMUNISASI
Lantas, apa yang bisa dilakukan untuk mencegahnya timbulnya campak pada anak?
Untuk diketahui, semua penyakit virus itu bersifat endemis. Artinya penyakit itu tidak mengenal musim, karena bisa muncul sepanjang tahun. Karena itu, pencegahan dilakukan hanya dengan imunisasi campak. “Imunisasi pertama dilakukan pada usia antara 6-9 bulan. Lalu diulang pada usia 5-6 tahun atau ketika sekolah TK atau SD kelas satu.”
Vaksin campak ini tergolong ringan sekali, tak ada efeknya. Cuma biasanya setelah satu minggu, badan agak hangat dan adakalanya diare. “Tapi, vaksin ini lebih ringan daripada vaksin DPT.” Karena umumnya campak banyak menyerang anak usia balita, itulah mengapa
imunisasi diberikan di bawah usia setahun. Karena itu bila dalam satu keluarga, misalnya kakaknya yang usia TK terkena campak, lalu ada adiknya yang masih bayi, orang tua harus ekstra hati-hati. “Jika adiknya belum diimunisasi akan berbahaya sekali. Sebaiknya kakak atau adiknya dipisahkan dari rumah, misalnya dititipkan atau tinggal sementara di rumah nenek atau saudara lainnya,” saran Sri.
Kemudian, lakukan pemantauan terhadap si adik selama kurang lebih tiga minggu, apakah tertular atau tidak. Bila adiknya tak terkena dalam waktu itu, segera berikan imunisasi. “Tapi, bila yang terjadi dalam waktu 3 minggu itu adiknya terkena campak, tak perlu diimunisasi tapi harus diobati.” Hal ini disebabkan, lanjut Sri, vaksin imunisasi merupakan virus yang hidup tapi dilemahkan. Jadi, kalau sudah tertular virus dalam badannya maka jangan
diberikan lagi.
Anak yang sudah mendapatkan imunisasi diharapkan tak terkena campak. Karena sudah ada imunnya. Kalau toh terkena tak akan sampai berat. Perlu diingat, “Seorang anak akan terkena campak sekali seumur hidup. Kalau dikatakan sampai 2-3 kali terkena campak, itu salah, berarti diagnosisnya tak betul,” kata Sri.
Dan bila masa kecilnya tak terkena campak bisa saja terkena di usia setelah besar. Kecuali bila daya tahan tubuhnya kuat, ada kemungkinan tidak terkena. Nah, sudah lebih jelas kan, Bu, Pak. Jadi, tidak panik lagi, ya.
*Dedeh kurniasih *