BILA ANAK TERKENA CAMPAK

Hati-hati bila anak demam dibarengi munculnya bercak merah di
sekitar tubuh. Jangan dianggap enteng, Bu.

Hari itu, di rumah keluarga Ibu Niken terjadi kepanikan. Pasalnya,
kulit Nandia (13 bulan) berbercak merah, bahkan seperti
menghitam. “Memang, beberapa hari ini dia panas tinggi. Tapi, saya
pikir dia demam biasa saja,” ujar Ibu Niken dengan rasa bersalah.

Ternyata, dari pemeriksaan dokter menunjukkan bahwa Nandia terkena
campak. “Hal itu bisa saja terjadi. Memang adakalanya penyakit campak
tak terlihat karena campaknya belum keluar,” ujar DR.Sri Rezeki H.
Hadinegoro, Dr. Sp.A(K), dari RSUPN Cipto Mangunkusumo.

Apa yang dialami Ibu Niken kerap juga dialami ibu-ibu lain. Mari kita
mengenal campak lebih jauh, agar tak langsung panik saat
menghadapinya.

PNYEBABNYA ADALAH VIRUS

Penyakit campak/measles disebabkan oleh virus Morbili. Pada tahun 60-
an, di Amerika campak merupakan penyakit yang mengakibatkan kematian
400 balita setiap tahunnya. Gejala campak memang agak sulit dideteksi
secara dini. Karena, gejala campak, seperti batuk, pilek, dan demam,
menurut Sri, hampir sama dengan penyakit flu biasa. “Padahal, campak
merupakan penyakit infeksi yang berbahaya.” Bahkan, gejala munculnya
bercak merah di kulit pun hampir mirip dengan karena keracunan obat
atau alergi karena dingin.

Gejala awal penyakit campak ini dimulai dengan adanya batuk-batuk.
Lalu, 1-2 hari kemudian timbul demam yang tinggi dan turun naik
berkisar antara 38-40 derajat, selama lima hari. Biasanya dibarengi
dengan mata merah dan seperti berair.

Pada saat itu pula, biasanya muncul bintik putih seperti Koplik spot
di sebelah dalam mulut. Dan ini biasanya akan bertahan 3-4 hari.
Kadang-kadang juga disertai dengan munculnya diare. Memasuki hari
kelima demamnya akan tinggi sekali. “Pada waktu itulah, bercak merah
mulai keluar.”

Bercak merah campak berbeda dengan bercak biang keringat, misalnya.
Karena, biang keringat tidak dibarengi dengan demam. Bercak-bercak
merah ini muncul secara bertahap dan merambat. Lokasi “khusus” ini
biasanya muncul pertama kali di belakang kuping, leher, dada ke
bawah, tangan, kaki lalu ke muka.

Jadi, terang Sri, bercak-bercak merah ini tak sekaligus muncul ke
seluruh tubuh. Perlu waktu, biasanya seminggu barulah memenuhi
seluruh tubuh. Tetapi, jika daya tahan tubuh anak cukup bagus bercak
merahnya tak terlalu menyebar atau tak terlalu penuh. Umumnya jika
bercak merah ini sudah keluar, demamnya akan turun dengan sendirinya.
Usai itu, kulit kemudian menjadi hitam bersisik, kira-kira selama 2
minggu. Timbul warna kehitaman itu merupakan periode penyembuhan.
Lama-lama tanda hitam itu akan rontok, hilang atau sembuh dengan
sendirinya.

Yang jelas, bercak-bercak merah ini menimbulkan gatal luar biasa.
Yang dikhawatirkan, kata Sri, timbul infeksi karena anak menggaruk
dengan tangan yang tidak bersih. Infeksi ini muncul seperti bisul-
bisul kecil bernanah. Ditambah lagi kebiasaan yang tidak benar dari
para ibu ini, yang tidak memandikan anak yang sedang terkena
campak. “Padahal anak yang campak, bila panasnya sudah turun tetap
harus dimandikan,” tandas Sri. Minimal, dilap handuk basah untuk
membersihkan keringatnya. Dan, usahakan untuk menggunakan sabun bayi
yang tak terlalu merangsang kulit atau yang tak terlalu keras.
Gosoklah seluruh bagian tubuhnya seperti biasa, asal tidak terlalu
keras. Justru, bila anak tak dimandikan, anak akan berkeringat dan
tentu rasanya lebih gatal lagi. “Dengan mandi anak akan merasa
nyaman. Nah, untuk mengurangi rasa gatalnya, sehabis mandi bisa
dibedaki dengan salycyl talc,” papar Sri.

KOMPLIKASI

“Yang terang, disebut campak apabila demam itu berlanjut dengan
timbulnya bercak-bercak merah. Kita sering salah kaprah, bila anak
demam tinggi dan tidak mengeluarkan bercak-bercak merah, menandakan
bahwa campaknya tidak keluar. “Tanpa bercak merah, kendati demamnya
tinggi, namanya bukan campak.”

Anak yang terkena campak ini tergolong sakit berat. Paling tidak
menghabiskan waktu sakit selama tiga minggu. Dan campak ini juga
dikategorikan atas ringan dan berat. Disebut ringan, kata Sri,
apabila setelah keluar campak, demamnya akan turun. “Sedangkan campak
yang berat bila sampai ada komplikasinya. Komplikasi itu bisa terjadi
disepanjang berlangsung penyakitnya,” jelas Sri. Komplikasi terberat
bisa sampai menimbulkan kematian. Radang paru (pneumonia) merupakan
komplikasi yang paling sering mengakibatkan kematian pada anak.

Komplikasi ini bisa terjadi karena virus Morbilli bisa menyebar
melalui aliran darah ke mana-mana. Selain ke kulit, ke selaput lendir
hidung, mulut, pencernaan. Bahkan bila virus itu masuk ke daerah otak
bisa menimbulkan kejang-kejang, kesadaran menurun/ensefalopati.

Bila ke daerah pencernaan bisa menimbulkan diare atau muntah-muntah
sehingga anak kekurangan cairan atau dehidrasi. Selain itu karena ada
sariawan juga membuatnya perih dan tak mau makan. “Umumnya campak
yang berat ini terjadi pada anak yang gizinya buruk,” ujar Sri.

Perlu diketahui, campak ditularkan lewat udara yang terhisap melalui
hidung atau mulut. Karena penularannya terjadi langsung, penyakit
campak menular begitu cepat. Penularan sudah berlangsung 1-2 hari
sebelum keluarnya bercak-bercak merah. Karena itu, anak yang campak
harus diisolasi agar tidak menularkan pada anak yang lain. Ia pun
perlu mendapat istirahat yang cukup. Kemudian, makan bergizi.

PENANGANAN CAMPAK

Anak yang diduga terkena campak harus dipastikan dulu apakah betul-
betul campak atau bukan. Bila diagnosis sudah ditegakkan, dan tak ada
komplikasi, anak cukup dirawat di rumah. “Tetapi, bila sampai terjadi
komplikasi harus dirawat di rumah sakit.”

Yang terang, bila campak tak diobati akan berbahaya karena dampaknya
yang bisa bermacam-macam tadi. Anak pun akan rewel, sulit minum, tak
bisa tidur, bisa kejang, kekurangan cairan, sesak nafas dan
sebagainya. “Jadi jangan punya anggapan bahwa campak didiamkanpun tak
apa-apa. Karena ini termasuk penyakit berat,” tandas Sri.

Dan, pengobatan campak dilakukan untuk mengobati gejalanya. Hal ini
disebabkan karena penyebab campak adalah virus. “Jadi, bukan
mematikan virusnya. Karena begitu gejala penyakitnya timbul virusnya
sendiri sudah tak ada,” jelas Sri. Jadi, anak akan diberi obat
penurun panas untuk demam, obat sariawan untuk sariawan (bila ada),
dan obat diare untuk mengatasi diarenya. Dan obat batuk untuk
mengobati batuknya. Lalu disiapkan pula obat anti kejang bila anak
punya bakat kejang.

Sebaiknya anak berpantang makanan yang merangsang batuk, seperti
goreng-gorengan, permen dan coklat. Selain itu, berilah anak makanan
yang mudah dicerna.

Umumnya bila anak terkena campak akan rentan sehingga mudah sekali
terkena penyakit lain. Misalnya bila di sekitarnya ada yang flu,
radang tenggorokan atau bahkan TBC, maka diapun bisa terkena.
Biasanya masa rentan ini berlangsung sebulan setelah sembuh.

IMUNISASI

Lantas, apa yang bisa dilakukan untuk mencegahnya timbulnya campak
pada anak?

Untuk diketahui, semua penyakit virus itu bersifat endemis. Artinya
penyakit itu tidak mengenal musim, karena bisa muncul sepanjang
tahun. Karena itu, pencegahan dilakukan hanya dengan imunisasi
campak. “Imunisasi pertama dilakukan pada usia antara 6-9 bulan. Lalu
diulang pada usia 5-6 tahun atau ketika sekolah TK atau SD kelas
satu.”

Vaksin campak ini tergolong ringan sekali, tak ada efeknya. Cuma
biasanya setelah satu minggu, badan agak hangat dan adakalanya
diare. “Tapi, vaksin ini lebih ringan daripada vaksin DPT.”

Karena umumnya campak banyak menyerang anak usia balita, itulah
mengapa imunisasi diberikan di bawah usia setahun. Karena itu bila
dalam satu keluarga, misalnya kakaknya yang usia TK terkena campak,
lalu ada adiknya yang masih bayi, orang tua harus ekstra hati-
hati. “Jika adiknya belum diimunisasi akan berbahaya sekali.
Sebaiknya kakak atau adiknya dipisahkan dari rumah, misalnya
dititipkan atau tinggal sementara di rumah nenek atau saudara
lainnya,” saran Sri.

Kemudian, lakukan pemantauan terhadap si adik selama kurang lebih
tiga minggu, apakah tertular atau tidak. Bila adiknya tak terkena
dalam waktu itu, segera berikan imunisasi. “Tapi, bila yang terjadi
dalam waktu 3 minggu itu adiknya terkena campak, tak perlu
diimunisasi tapi harus diobati.” Hal ini disebabkan, lanjut Sri,
vaksin imunisasi merupakan virus yang hidup tapi dilemahkan. Jadi,
kalau sudah tertular virus dalam badannya maka jangan diberikan lagi.

Anak yang sudah mendapatkan imunisasi diharapkan tak terkena campak.
Karena sudah ada imunnya. Kalau toh terkena tak akan sampai berat.
Perlu diingat, “Seorang anak akan terkena campak sekali seumur hidup.
Kalau dikatakan sampai 2-3 kali terkena campak, itu salah, berarti
diagnosisnya tak betul,” kata Sri.

Dan bila masa kecilnya tak terkena campak bisa saja terkena di usia
setelah besar. Kecuali bila daya tahan tubuhnya kuat, ada kemungkinan
tidak terkena.

Campak – Manifestasi Klinis-Tatalaksana

sumber : http://www.exomedindonesia.com/referensi-kedokteran/artikel-ilmiah-kedokteran/kulit/2010/11/27/campak-manifestasi-klinis-tatalaksana/

Findra Setianingrum, MD

Manifestasi Klinis dan Diagnosis

Campak memiliki gejala klinis khas yaitu terdiri dari 3 stadium yang masing-masing memiliki ciri khusus

Stadium prodormal

Berlangsung rata-rata 3 hari (2-4 hari), ditandai dengan demam yang diikuti dengan batuk, pilek, farings merah, nyeri menelan, stomatitis, dan konjuntivitis. Tanda patognomonik yaitu timbulnya enantema mukosa pipi di depan molar tiga disebut bercak Koplik.

Gambar 2.Bercak Koplik

Selama stadium prodormal, suhu meningkat bertahap dengan nilai 39.5ºC + 1.1ºC selama kurang lebih 4 hari. Gejala nasal merepresentasikan infeksi virus respiratori dan sama seperti yang terjadi pada nasofaringitis akut atau common cold. Bersin-bersin, rhinitis, dan kongesti ialah gejala yang umum.

Bercak Koplik biasanya berwarna putih di atas permukaan mukosa yang merah terang. Bercak Koplik pertama muncul di di depan mukosa bukal molar namun akan dengan cepat menyebar ke sebagian besar bukal dan mukosa labial bawah. Hal yang penting adalah latar belakang mukosa yang selalu merah terang dan granular, sehingga dapat dibedakan dari lesi normal pada permukaan mukosa yang pucat yang biasanya terdapat pada dewasa.

Stadium erupsi

Ditandai dengan timbulnya ruam makulopapular yang bertahan selama 5-6 hari. Timbulnya ruam dimulai dari batas rambut di belakang telinga, kemudian menyebar ke wajah, leher, dan akhirnya ekstremitas. Eksantema biasanya terjadi pada puncak gejala respiratorik dan ketika suhu sekitar 39.5ºC. Saat itu, bercak Koplik mencapai puncaknya dan 3 hari berikutnya akan menghilang.

Stadium konvalesens

Setelah 3 hari ruam berangsur menghilang sesuai ututan timbulnya. Ruam kulit menjadi kehitaman, dan mengelupas yang akan menghilang setelah 1-2 minggu.

Diagnosis

Diagnosis campak biasanya dapat dibuat berdasarkan kelompok gejala klinis yang sangat berkaitan, yaitu koriza dan mata meradang disertai batuk dan demam tinggi dalam beberapa hari, didikuti timbulnya ruam yang memiliki ciri khas, yaitu diawali dari belakang telinga kemudian menyebar ke muka, dada, tubuh, lengan, dan kaki bersamaan dengan meningkatnya suhu tubuh dan selanjutnya mengalami hiperpigmentasi dan mengelupas. Pada stadium prodormal dapat ditemukan enantema di mukosa pipi yang merupakan tanda patognomonis campak (bercak Koplik).

Meskipun demikian menentukan diagnosis perlu ditunjang data epidemiologi. Tidak semua kasus manifestasinya sama dan jelas. Sebagai contoh, pasien yang mengidap gizi kurang, ruamnya dapat sampai berdarah dan mengelupas atau bahkan pasien sudah eninggal sebelum ruam timbul. Pada kasus gizi kurang juga dapat terjadi diare yang berkelanjutan.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa diagnosis campak dapat ditegakkan secara klinis, sedangkan pemeriksaan penunjang sekedar membantu; seperti pada pemeriksaan sitologik ditemukan sel raksasa pada lapisan mukosa hidung dan pipi, dan pada pemeriksaan serologi didapatkan IgM spesifik. Campak yang bermanifestasi tidak khas disebut campak atipikal; diagnosis banding lainnya adalah rubela, demam skarlatina, ruam akibat obat-obatan, eksantema subitum dan infeksi Stafilokokus.

Komplikasi

Laringitis akut

Laringitis timbul karena adanya edema hebat pada mukosa saluran nafas, yang bertambah parah pada saat demam mencapai puncaknya. Ditandai dengan distres pernafasan, sesak, sianosis, dan stridor. Ketika demam turun keadaan akan membaik dan gejala akan menghilang.

Bronkopneumonia

Dapat disebabkan oleh virus campak maupun infeksi bakteri. Ditandai dengan batuk, meningkatnya frekuensi nafas, dan adanya ronki basah halus. Pada saat suhu turun, apabila disebabkan oleh virus, gejala pneumonia akan menghilang, kecuali batuk yang masih dapat berlanjut sampai beberapa hari lagi. Apabila suhu tidak juga turun pada saat yang diharapkan dan gejala saluran nafas masih terus berlangsung, dapat diduga adanya pneumonia karena bakteri yang telah mengadakan invasi pada sel epitel yang telah dirusak oleh virus. Gambaran infiltrat pada foto toraks dan adanya leukositosis dapat mempertegas diagnosis. Di negara sedang berkembang dimana malnutrisi masih menjadi masalah, penyulit pneumonia bakteri biasa terjadi dan dapat menjadi fatal bila tidak diberi antibiotik.

Kejang Demam

Kejang dapat timbul pada periode demam, umumnya pada puncak demam saat ruam keluar. Kejang dalam hal ini diklasifikasikan sebagai kejang demam.

Ensefalitis

Merupakan penyulit neurologik yang paling sering terjadi, biasanya terjadi pada hari ke 4-7 setelah timbulnya ruam. Kejadian ensefalitis sekitar 1 dalam 1000 kasus campak, dengan mortalitas antara 30-40%. Terjadinya ensefalitis dapat melalui mekanisme imunologik maupun melalui invasi langsung virus campak ke dalam otak. Gejala ensefalitis dapat berupa kejang, letargi, koma dan iritabel. Keluhan nyeri kepala, frekuensi nafas meningkat, twitching, disorientasi juga dapat ditemukan. Pemeriksaan cairan serebrospinal menunjukkan pleositosis ringan, dengan predominan sel mononuklear, peningkatan protein ringan, sedangkan adar glukosa dalam batas normal.

Subacute Sclerosing Panencephalitis (SSPE)

SSPE merupakan kelainan degeneratif susunan saraf pusat yang jarang disebabkan oleh infeksi virus campak yang persisten. Kemungkinan untuk menderita SSPE pada anak yang sebelumnya pernah menderita campak adalah 0.6-2.2 per 100.000 infeksi campak. Risiko terjadi SSPE lebih besar pada usia yang lebih muda, dengan masa inkubasi rata-rata 7 tahun. Gejala SSPE didahului dengan gangguan tingkah laku dan intelektual yang progresif, diikuti oleh inkoordinasi motorik, kejang umumnya bersifat mioklonik. Laboratorium menunjukkan peningkatan globulin dalam cairan serebrospinal, antibodi terhadap campak dalam serum (CF dan HAI) meningkat (1:1280). Tidak ada terapi untuk SSPE. Rata-rata jangka waktu timbulnya gejala sampai meninggal antara 6-9 bulan.

Enteritis

Beberapa anak yang menderita campak mengalami muntah dan mencret pada fase prodormal. Keadaan ini akibat invasi virus ke dalam sel mukosa usus. Dapat pula timbul enteropati yang menyebabkan kehilangan protein (protein losing enteropathy).

Pengobatan

Pasien campak tanpa penyulit dapat berobat jalan. Anak harus diberikan cukup cairan dan kalori, sedangkan pengobatan bersifat simtomatik, dengan pemberian antipiretik, antitusif, ekspektoran, dan antikonvulsan bila diperlukan. Sedangkan pada campak dengan penyulit, pasien perlu dirawat inap. Di rumah sakit pasien campak dirawat di bangsal isolasi sistem pernafasan, diperlukan perbaikan keadaan umum dengan memperbaiki kebutuhan cairan dan diet yang memadai. Vitamin A 100.000 IU per oral diberikan satu kali, apabila terdapat malnutrisi diberikan 1500 IU tiap hari.

Apabila terdapat penyulit, maka dilakukan pengobatan untuk mengatasi penyulit yang timbul, yaitu:

Bronkopneumonia

Diberikan antibiotik ampisillin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis intravena dikombinasikan dengan kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari intravena dalam 4 dosis, sampai gejala sesak berkurang dan pasien dapat minum obat per oral. Antibiotik diberikan sampai tiga hari demam reda. Apabila dicurigai infeksi spesifik, maka uji tuberkulin dilakukan setelah anak sehat kembali (3-4 minggu kemudian) oleh karena uji tuberkulin biasanya negatif (anergi) pada saat anak menderita campak. Gangguan reaksi delayed hipersensitivity disebabkan oleh sel limfosit-T yang terganggu fungsinya.

Enteritis

Pada keadaan berat anak mudah jatuh dalam dehidrasi. Pemberian cairan intravena dapat dipertimbangkan apabila terdapat enteritis+dehidrasi.

Ensefalopati/Ensefalitis

Perlu reduksi jumlah pemberian cairan hingga ¾ kebutuhan untuk mengurangi edema otak, di samping pemberian kortikosteroid berupa deksametason 1 mg/kg/hari sebagai dosis awal dilanjutkan 0.5 mg/kg/hari dibagi dalam 3 dosis sampai kesadaran membaik (bila pemberian lebih dari 5 hari dilakukan tappering off). Perlu dilakukan koreksi elektrolit dan gangguan gas darah.

Pencegahan

Pencegahan campak dilakukan dengan pemberian imunisasi aktif pada bayi berumur 9 bulan atau lebih. Program imunisasi campak secara luas baru dikembangkan pelaksanaannya pada tahun 1982.

Pata tahun 1963 telah dibuat dua macam vaksin campak, yaitu (1) vaksin yang berasal dari virus campak yang hidup dan dilemahkan (tipe Edmonstone B) dan (2) vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan (virus campak yang berada dalam larutan formalin yang dicampur dengan garam aluminiun). Sejak tahun 1967 vaksin yang berasal dari virus campak yang telah dimatikan tidak digunakan lagi oleh karena efek proteksinya hanya bersifat sementara dan dapat menimbulkan gejala atypical measles yang hebat.

Dosis baku minimal untuk pemberian vaksin campak yang dilemahkan adalah 1.100 TCID-50 atau sebanyak 0.5 ml. Tetapi dalam hal vaksin hidup, pemberian dengan 20 TCID-50 saja mungkin sudah dapat memberikan hasil yang baik. Cara pemberian yang dianjurkan adallah subkutan, walaupun dari data yang terbatas dilaporkan bahwa pemberian secara intramuskular tampaknya mempunyai efektivitas yang sama dengan subkutan.

Referensi:

1. Satari H I, Hadinegoro S R S, dkk. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis Edisi 2. Jakarta: Bag.Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 2002.
2. Departemen Ilmu kesehatan Anak RSCM. Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: 2007.
3. Cherry, JD. Measles Virus. In Feigin RD, Cherry JD, Demmler GJ, Kaplan SL. Textbook of Pediatric Infectious Disease Volume 2. 5th ed. Philadelphia: WB Saunders; 2004. p. 2290-8.

BABY MEASLES

sumber : milist balita-anda

sumber:
http://www.todaysparent.com/toddler/healthsafety/article.jsp?
content=791670&page=1.

by: Diane Sacks
(Paediatrician Diane Sacks spent 20 years at the Hospital for Sick Children
in Toronto, and is currently on staff at North York General Hospital)

Question:
Anak saya yang berusia 16 bulan telah didiagnosa ‘baby measles’
(Roseola). Ia telah divaksinasi (MMR) pada usia 12 bulan. Saya tidak
menemukan informasi apa pun tentang diagnosa ini. Apakah bedanya ‘red
measles’ (campak) dengan baby measles (roseola)?

Answer:
‘Red measles’ (rubeola atau campak) adalah penyakit infeksi virus yang cukup
serius yang hampir pasti dapat dicegah dengan vaksinasi yang diberikan pada
anak usia 12 hingga 15 bulan. Gejala-gejalanya berupa: demam tinggi, batuk,
hidung ‘meler’ dan mata yang merah, yang kemudian diikuti dengan timbulnya
‘rash’ (bintik-bintik) merah beberapa hari kemudian. Munculnya bintik tsb.
umumnya dimulai dari area wajah dan kemudian menyebar ke seluruh
tubuh. Campak dapat menular pada rentang waktu 3-5 hari sebelum adanya
gejala-gejala, hingga 4 hari setelah bintik-bintik tsb. muncul. Infeksi
jenis ini dapat juga berakibat komplikasi, seperti pneumonia, encephalitis
dan kejang-kejang.

‘Baby measles’ (roseola), disebabkan oleh jenis virus yang berbeda dan
lumrah dialami anak-anak usia 6 hingga 24 bulan (cukup langka terjadi pada
anak di usia sebelum 4 bulan dan setelah usia 4 tahun). Anak-anak yang
menderita roseola dapat mengalami gejala demam yang sangat tinggi tapi yang
mengejutkan, kondisi mereka umumnya baik-baik saja bahkan tetap aktif, walau
tetap ada kemungkinan selera makan mereka jadi merosot. ‘Rash’
(bintik-bintik) tidak akan muncul hingga demam mereda dan hal itu yang
kemudian membuat anak Anda jadi agak rewel.

Cukup sulit mendiagnosa ‘roseola’ sebelum bintik-bintik muncul di tubuh
penderita; salah satu petunjuk lagi yang bisa digunakan adalah adanya
kelenjar yang membengkak di bagian belakang kepala (area tengkuk). Sangat
disayangkan, banyak anak yang diberi resep antibiotik yang tidak perlu hanya
untuk meredakan demam jenis ini. Kemudian, saat bintik-bintik muncul,
terjadi ‘kerancuan’ antara ‘roseola’ atau karena alergi akibat antibiotik.

Anak-anak tidak seharusnya diberi antibiotik jika kita tidak tahu pasti apa
yang sedang kita hadapi dan apa yang kita ingin tangani. Pengecualian
berlaku bagi bayi yang baru lahir (di bawah usia 3-4 bulan), dan hanya
setelah tes penunjang lain telah dilakukan untuk menegakkan diagnosa serta
observasi ketat yang terus dilakukan terhadap perkembangan si kecil.

Roseola bersifat menular, tapi tidak terlalu serius. Saya selalu berpikir
bahwa bagian yang paling serius dari diagnosa penyakit ini adalah gangguan
pada ‘kesehatan mental’ para orang tua: pertama – berhadapan dengan demam
anak yang tinggi, kedua – menangani anak yang begitu ‘rewel’ saat
bintik-bintiknya telah muncul.

Campak

sumber : http://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=ePDT&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110-esnj280.htm

Widodo Darmowandowo, Parwati S. Basuki

BATASAN

Campak, measles atau rubeola adalah� penyakit virus akut yang disebabkan oleh virus campak. Penyakit ini sangat infeksius, menular� sejak awal masa prodromal sampai lebih kurang 4 hari setelah munculnya ruam. Infeksi disebarkan lewat udara (airborne).

PATOFISIOLOGI

Virus campak ditularkan lewat infeksi droplet lewat udara, menempel dan berbiak pada epitel nasofaring. Tiga hari setelah invasi, replikasi dan kolonisasi berlanjut pada kelenjar limfe regional dan terjadi viremia yang pertama. Virus menyebar pada semua sistem retikuloendotelial dan menyusul viremia kedua setelah 5-7 hari dari infeksi awal. Adanya giant cells dan proses keradangan merupakan dasar patologik ruam dan infiltrat peribronchial paru. Juga terdapat udema, bendungan dan perdarahan yang tersebar pada otak. Kolonisasi dan penyebaran pada epitel dan kulit� menyebabkan batuk, pilek, mata merah (3 C : coryza, cough and conjuctivitis) dan demam yang makin lama makin tinggi. Gejala panas, batuk, pilek makin lama makin berat dan pada hari ke 10 sejak awal infeksi (pada hari penderita kontak dengan sumber infeksi) mulai timbul ruam makulopapuler warna kemerahan.Virus dapat berbiak juga pada susunan saraf pusat dan menimbulkan gejala klinik encefalitis. Setelah masa konvelesen pada turun dan hipervaskularisasi mereda dan menyebabkan ruam menjadi makin gelap, berubah menjadi desquamasi dan hiperpigmentasi. Proses ini disebabkan karena pada awalnya terdapat perdarahan perivaskuler dan infiltrasi limfosit. �

GEJALA KLINIK

� Panas meningkat dan mencapai puncaknya pada hari ke 4-5, pada saat ruam keluar

� Coryza yang terjadi sukar dibedakan dengan common cold yang berat. Membaik dengan cepat pada saat pans menurun.

� Conjunctivitis ditandai dengan mata merah pada conjunctiva disertai dengan keradangan disertai dengan keluhan fotofobia.

� Cough merupakan akibat keradangan pada epitel saluran nafas, mencapai puncak pada saat erupsi dan menghilang setelah beberapa minggu.

� Munculnya Koplik�s spot umumnya pada sekitar 2 hari sebelum munculnya ruam (hari ke ��3-4) dan cepat menghilang setelah beberapa jam atau hari. Koplik�s spot adalah sekumpulan noktah� putih pada daerah epitel bucal yang merah (a grain of salt in the sea of red), yang merupakan tanda klinik yang pathognomonik untuk campak.

� Ruam makulopapular semula bewarna kemerahan. Ruam ini muncul pertama pada daerah batas rambut dan dahi, serta belakang telinga, menyebar ke arah perifer sampai pada kaki. Ruam umumnya saling rengkuh sehingga pada muka dan dada menjadi confluent. Ruam ini membedakan dengan rubella yang ruamnya discrete dan tidak mengalami desquamasi. Telapak tangan dan kaki tidak mengalami desquamasi.

LANGKAH DIAGNOSTIK

Anamnesis

Adanya demam tinggi terus menerus 38,50 C atau lebih disertai batuk, pilek, nyeri menelan, mata merah dan silau bila kena cahaya (fotofobia), seringkali diikuti diare. Pada hari ke 4-5 demam, timbul ruam kulit, didahului oleh suhu yang meningkat lebih tinggi dari semula. Pada saat ini anak dapat mengalami kejang demam. Saat ruam timbul, batuk dan diare bertambah parah sehingga anak mengalami sesak nafas atau dehidrasi.

Pemeriksaan fisik

Gejala klinis terjadi setelah masa tunas 10-12 hari, terdiri dari tiga stadium :

� Stadium prodromal, berlangsung 2-4 hari, ditandai dengan demam yang diikuti dengan batuk, pilek, farings merah, nyeri menelan, stomatitis, dan konjungtivitis. Tanda patognomonik timbulnya enantema mukosa pipi di depan molar tiga disebut bercak Koplik.

� Stadium erupsi, ditandai dengan timbulnya ruam makulo-papular yang bertahan selama 5-6 hari. Timbulnya ruam dimulai dari batas rambut di belakang telinga, kemudian menyebar ke wajah, leher, dan akhirnya ke ekstrimitas.

� Stadium penyembuhan (konvalesens), setelah 3 hari ruam berangsur-angsur menghilang sesuai urutan timbulnya. Ruam kulit menjadi kehitaman dan mengelupas yang akan menghilang setelah 1-2 minggu.

� Sangat penting untuk menentukan status gizi penderita, untuk mewaspadai timbulnya komplikasi. Gizi buruk merupakan risiko komplikasi berat.

Pemeriksaan penunjang

Laboratorium

� Darah tepi : jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada komplikasi infeksi bakteri

� Pemeriksaan antibodi IgM anti campak

� Pemeriksaan untuk komplikasi :

1. Ensefalopati/ensefalitis : dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinalis, kadar elektrolit darah dan analisis gas darah

2. Enteritis : feses lengkap

3. Bronkopneumonia : dilakukan pemeriksaan foto dada dan analisis gas darah.

DIAGNOSIS

Ditegakkan berdasarkan adanya :

* Anamnesis, tanda klinik dan tanda yang patognomonik
* pemeriksaan serologik atau virologik yang positif

DIAGNOSIS BANDING

Ruam kulit eksantema akut yang lain seperti :

� rubela,

� roseola infantum (eksantema subitum),

� infeksi mononukleosus,

� erupsi obat.

KOMPLIKASI

� Campak menjadi berat� pada pasien dengan gizi buruk dan anak yang lebih kecil

� Diare dapat diikuti dehidrasi

� Otitis media

� Laringotrakeobronkitis (croup)

� Bronkopneumonia

� Ensefalitis akut,

� Reaktifasi tuberkulosis

� Malnutrisi pasca serangan campak

� Subacute sclerosing panencephalitis (SSPE), suatu proses degeneratif susunan syaraf pusat dengan gejala karakteristik terjadi deteriorisasi tingkah laku dan intelektual, diikuti kejang. Disebabkan oleh infeksi virus yang menetap, timbul beberapa tahun setelah infeksi merupakan salah satu komplikasi campak onset lambat.

PENATALAKSANAAN

� Tatalaksana medik

i. Pengobatan bersifat suportif, terdiri dari :

1. Pemberian cairan yang cukup

2. Kalori yang sesuai dan jenis makanan yang disesuaikan dengan tingkat kesadaran dan adanya komplikasi

3. Suplemen nutrisi

4. Antibiotik diberikan apabila terjadi infeksi sekunder

5. Anti konvulsi apabila terjadi kejang

6. Pemberian vitamin A.

ii. Indikasi rawat inap : hiperpireksia (suhu > 39,00 C), dehidrasi, kejang, asupan oral sulit, atau adanya komplikasi.

iii. Campak tanpa komplikasi :

1. Hindari penularan

2. Tirah baring di tempat tidur

3. Vitamin A 100.000 IU, apabila disetai malnutrisi dilanjutkan 1500 IU tiap hari

4. Diet makanan cukup cairan, kalori yang memadai. Jenis makanan disesuaikan dengan tingkat kesadaran pasien dan ada tidaknya komplikasi

iv. Campak dengan komplikasi :

1. Ensefalopati/ensefalitis

a. Antibiotika bila diperlukan, antivirus dan lainya sesuai dengan PDT ensefalitis

b. Kortikosteroid, bila diperlukan sesuai dengan PDT ensefalitis

c. Kebutuhan jumlah cairan disesuaikan dengan kebutuhan serta koreksi terhadap gangguan elektrolit

2. Bronkopneumonia :

a. Antibiotika sesuai dengan PDT pneumonia

b. Oksigen nasal atau dengan masker

c. Koreksi gangguan keseimbangan asam-basa, gas darah dn elektrolit

3. Enteritis : koreksi dehidrasi sesuai derajat dehidrasi (lihat Bab enteritis dehidrasi).

4. Pada kasus campak dengan komplikasi bronkhopneumonia dan gizi kurang perlu dipantau terhadap adanya infeksi TB laten. Pantau gejala klinis serta lakukan uji Tuberkulin setelah 1-3 bulan penyembuhan.

5. Pantau keadaan gizi untuk gizi kurang/buruk.

� Tatalaksana Epidemiologik

Langkah Preventif

1. Imunisasi campak termasuk dalam program imunisasi nasional sejak tahun 1982, angka cakupan imunisasi menurun < 80% dalam 3 tahun terakhir sehingga masih dijumpai daerah kantong risiko tinggi transmisi virus campak.

2. Strategi reduksi campak terdiri dari :

a. Pengobatan pasien campak dengan memberikan vitamin A���

b. Imunisasi campak

i. PPI : diberikan pada umur 9 bulan.

ii. Imunisasi campak dapat diberikan bersama vaksin MMR pada umur 12-15 bulan

iii. Mass campaign, bersamaan dengan Pekan Imunisasi nasional

iv. Catch-up immunization, diberikan pada anak sekolah dasar kelas 1-6, disertai dengan keep up dan strengthening.

c. Survailans

DAFTAR PUSTAKA

1. Parwati SB. Campak dalam perspektif perkembangan imunisasi dan diagnosis. Pediatri pencegahan mutakhir I, CE IKA Unair, 2000 : 73-92.

2. Katz SL. Measles in Katz SL, Gershon AA, Hotez PJ (eds). Krugman�s Infectious Diseases of Children, 8th ed, St. Louis, Mosby, 1998 : 247-264.

3. Kristensen I, Aaby P, Jensen H, Routine vaccination and child survival : Follow up study in Guinea-Bissou, West Africa. Br Med J. 2000 ; 321 : 1-8.

4. Joklik WK. Paramyxovirus in Joklik WK, Virology, 3rd ed. London, Prentice-Hall International Inc., 1988 ; hal. 204-219.

5. �Redd SC, Markowitz LE, Katz SL, Measles vaccine in Plotkin and Orenstein (eds), Vaccines, 3rd ed, Philadelphia, WB Saunders, 1999 : 222-266.

6. Toit DR, Ward KN, Brown DWG, Mirev E. Measles and rubella misdiagnosed as exanthema subitum (roseola infantum) Br Med J, 1996 ; 312 : 101-2.

7. WHO. Manual for the laboratory diagnosis of measles virus infection. Geneva, 2000. WHO/V&B/00. 16.

8. Heifand RF, Health JL, Anderson LJ, Gonus D, Bellini WJ. Diagnosis of measles with an IgM-captured EIA : the optimal timing of specimen collection after rash onset. J Infect Dis, 1997 ; 175 : 195-7.

9. Shann F. Meta analysis of trials of prophylactic antibiotics for children with measles : inadequate evidence Br Med J, 1997 ; 314 : 334.

MERAWAT ANAK CAMPAK

sumber : NAKITA

Bila anak tak perlu dirawat di rumah sakit, ada beberapa hal yang harus diperhatikan orang tua tatkala merawat anak campak, diantaranya:
* Isolasi
Anak campak perlu diisolasi, karena akan mudah menularkan pada yang lain. Terutama bila ada saudaranya yang masih bayi. Apalagi bila dia belum mendapat imunisasi campak. Pisahkan mereka. Atau, untuk sementara, bayi Anda mengungsi dulu ke rumah nenek atau saudara lain.
* Peralatan Khusus
Untuk sementara waktu, selama sakit dan pemulihan, siapkan peralatan khusus untuk si penderita. Misalnya, piring, gelas, sendok, handuk, dan sebagainya. Ini untuk menghindrai penularan lewat kontak tak langsung.
* Pengobatan yang Benar
Beri anak pengobatan yang selayaknya. Tentu saja atas konsultasi dan resep dokter. Sehingga Anda bisa memberikan pengobatan yang tepat.
* Jaga Kebersihan
Kendati dia sedang sakit, apabila sudah tidak panas, Anda tetap perlu memandikannya. Agar si anak tetap merasa segar dan untuk mengurangi rasa gatal yang ditimbulkan.
Dedeh

BILA ANAK TERKENA CAMPAK

sumber : NAKITA

Hati-hati bila anak demam dibarengi munculnya bercak merah di sekitar tubuh. Jangan dianggap enteng, Bu.
Hari itu, di rumah keluarga Ibu Niken terjadi kepanikan. Pasalnya, kulit Nandia (13 bulan) berbercak merah, bahkan seperti menghitam. “Memang, beberapa hari ini dia panas tinggi. Tapi, saya pikir dia demam biasa saja,” ujar Ibu Niken dengan rasa bersalah.
Ternyata, dari pemeriksaan dokter menunjukkan bahwa Nandia terkena campak. “Hal itu bisa saja terjadi. Memang adakalanya penyakit campak tak terlihat karena campaknya belum keluar,” ujar DR.Sri Rezeki H. Hadinegoro, Dr. Sp.A(K), dari RSUPN Cipto Mangunkusumo.
Apa yang dialami Ibu Niken kerap juga dialami ibu-ibu lain. Mari kita mengenal campak lebih jauh, agar tak langsung panik saat menghadapinya.
PNYEBABNYA ADALAH VIRUS
Penyakit campak/measles disebabkan oleh virus Morbili. Pada tahun 60-an, di Amerika campak merupakan penyakit yang mengakibatkan kematian 400 balita setiap tahunnya. Gejala campak memang agak sulit dideteksi secara dini. Karena, gejala campak, seperti batuk, pilek, dan demam, menurut Sri, hampir sama dengan penyakit flu biasa. “Padahal, campak merupakan penyakit infeksi yang berbahaya.” Bahkan, gejala munculnya bercak merah di kulit pun hampir mirip dengan karena keracunan obat atau alergi karena dingin.
Gejala awal penyakit campak ini dimulai dengan adanya batuk-batuk. Lalu, 1-2 hari kemudian timbul demam yang tinggi dan turun naik berkisar antara 38-40 derajat, selama lima hari. Biasanya dibarengi dengan mata merah dan seperti berair.
Pada saat itu pula, biasanya muncul bintik putih seperti Koplik spot di sebelah dalam mulut. Dan ini biasanya akan bertahan 3-4 hari. Kadang-kadang juga disertai dengan munculnya diare. Memasuki hari kelima demamnya akan tinggi sekali. “Pada waktu itulah, bercak merah mulai keluar.”
Bercak merah campak berbeda dengan bercak biang keringat, misalnya. Karena, biang keringat tidak dibarengi dengan demam. Bercak-bercak merah ini muncul secara bertahap dan merambat. Lokasi “khusus” ini biasanya muncul pertama kali di belakang kuping, leher, dada ke bawah, tangan, kaki lalu ke muka.
Jadi, terang Sri, bercak-bercak merah ini tak sekaligus muncul ke seluruh tubuh. Perlu waktu, biasanya seminggu barulah memenuhi seluruh tubuh. Tetapi, jika daya tahan tubuh anak cukup bagus bercak merahnya tak terlalu menyebar atau tak terlalu penuh. Umumnya jika bercak merah ini sudah keluar, demamnya akan turun dengan sendirinya. Usai itu, kulit kemudian menjadi hitam bersisik, kira-kira selama 2 minggu. Timbul warna kehitaman itu merupakan periode penyembuhan. Lama-lama tanda hitam itu akan rontok, hilang atau sembuh dengan sendirinya.
Yang jelas, bercak-bercak merah ini menimbulkan gatal luar biasa. Yang dikhawatirkan, kata Sri, timbul infeksi karena anak menggaruk dengan tangan yang tidak bersih. Infeksi ini muncul seperti bisul-bisul kecil bernanah. Ditambah lagi kebiasaan yang tidak benar dari para ibu ini, yang tidak memandikan anak yang sedang terkena campak. “Padahal anak yang campak, bila panasnya sudah turun tetap harus dimandikan,” tandas Sri. Minimal, dilap handuk basah untuk membersihkan keringatnya. Dan, usahakan untuk menggunakan sabun bayi yang tak terlalu merangsang kulit atau yang tak terlalu keras. Gosoklah seluruh bagian tubuhnya seperti biasa, asal tidak terlalu keras. Justru, bila anak tak dimandikan, anak akan berkeringat dan tentu rasanya lebih gatal lagi. “Dengan mandi anak akan merasa nyaman. Nah, untuk mengurangi rasa gatalnya, sehabis mandi bisa dibedaki dengan salycyl talc,” papar Sri.
KOMPLIKASI
“Yang terang, disebut campak apabila demam itu berlanjut dengan timbulnya bercak-bercak merah. Kita sering salah kaprah, bila anak demam tinggi dan tidak mengeluarkan bercak-bercak merah, menandakan bahwa campaknya tidak keluar. “Tanpa bercak merah, kendati demamnya tinggi, namanya bukan campak.”
Anak yang terkena campak ini tergolong sakit berat. Paling tidak menghabiskan waktu sakit selama tiga minggu. Dan campak ini juga dikategorikan atas ringan dan berat. Disebut ringan, kata Sri, apabila setelah keluar campak, demamnya akan turun. “Sedangkan campak yang berat bila sampai ada komplikasinya. Komplikasi itu bisa terjadi disepanjang berlangsung penyakitnya,” jelas Sri. Komplikasi terberat bisa sampai menimbulkan kematian. Radang paru (pneumonia) merupakan komplikasi yang paling sering mengakibatkan kematian pada anak.
Komplikasi ini bisa terjadi karena virus Morbilli bisa menyebar melalui aliran darah ke mana-mana. Selain ke kulit, ke selaput lendir hidung, mulut, pencernaan. Bahkan bila virus itu masuk ke daerah otak bisa menimbulkan kejang-kejang, kesadaran menurun/ensefalopati.
Bila ke daerah pencernaan bisa menimbulkan diare atau muntah-muntah sehingga anak kekurangan cairan atau dehidrasi. Selain itu karena ada sariawan juga membuatnya perih dan tak mau makan. “Umumnya campak yang berat ini terjadi pada anak yang gizinya buruk,” ujar Sri.
Perlu diketahui, campak ditularkan lewat udara yang terhisap melalui hidung atau mulut. Karena penularannya terjadi langsung, penyakit campak menular begitu cepat. Penularan sudah berlangsung 1-2 hari sebelum keluarnya bercak-bercak merah. Karena itu, anak yang campak harus diisolasi agar tidak menularkan pada anak yang lain. Ia pun perlu mendapat istirahat yang cukup. Kemudian, makan bergizi.
PENANGANAN CAMPAK
Anak yang diduga terkena campak harus dipastikan dulu apakah betul-betul campak atau bukan. Bila diagnosis sudah ditegakkan, dan tak ada komplikasi, anak cukup dirawat di rumah. “Tetapi, bila sampai terjadi komplikasi harus dirawat di rumah sakit.”
Yang terang, bila campak tak diobati akan berbahaya karena dampaknya yang bisa bermacam-macam tadi. Anak pun akan rewel, sulit minum, tak bisa tidur, bisa kejang, kekurangan cairan, sesak nafas dan sebagainya. “Jadi jangan punya anggapan bahwa campak didiamkanpun tak apa-apa. Karena ini termasuk penyakit berat,” tandas Sri.
Dan, pengobatan campak dilakukan untuk mengobati gejalanya. Hal ini disebabkan karena penyebab campak adalah virus. “Jadi, bukan mematikan virusnya. Karena begitu gejala penyakitnya timbul virusnya sendiri sudah tak ada,” jelas Sri. Jadi, anak akan diberi obat penurun panas untuk demam, obat sariawan untuk sariawan (bila ada), dan obat diare untuk mengatasi diarenya. Dan obat batuk untuk mengobati batuknya. Lalu disiapkan pula obat anti kejang bila anak punya bakat kejang.
Sebaiknya anak berpantang makanan yang merangsang batuk, seperti goreng-gorengan, permen dan coklat. Selain itu, berilah anak makanan yang mudah dicerna.
Umumnya bila anak terkena campak akan rentan sehingga mudah sekali terkena penyakit lain. Misalnya bila di sekitarnya ada yang flu, radang tenggorokan atau bahkan TBC, maka diapun bisa terkena. Biasanya masa rentan ini berlangsung sebulan setelah sembuh.
IMUNISASI
Lantas, apa yang bisa dilakukan untuk mencegahnya timbulnya campak pada anak?
Untuk diketahui, semua penyakit virus itu bersifat endemis. Artinya penyakit itu tidak mengenal musim, karena bisa muncul sepanjang tahun. Karena itu, pencegahan dilakukan hanya dengan imunisasi campak. “Imunisasi pertama dilakukan pada usia antara 6-9 bulan. Lalu diulang pada usia 5-6 tahun atau ketika sekolah TK atau SD kelas satu.”
Vaksin campak ini tergolong ringan sekali, tak ada efeknya. Cuma biasanya setelah satu minggu, badan agak hangat dan adakalanya diare. “Tapi, vaksin ini lebih ringan daripada vaksin DPT.”
Karena umumnya campak banyak menyerang anak usia balita, itulah mengapa imunisasi diberikan di bawah usia setahun. Karena itu bila dalam satu keluarga, misalnya kakaknya yang usia TK terkena campak, lalu ada adiknya yang masih bayi, orang tua harus ekstra hati-hati. “Jika adiknya belum diimunisasi akan berbahaya sekali. Sebaiknya kakak atau adiknya dipisahkan dari rumah, misalnya dititipkan atau tinggal sementara di rumah nenek atau saudara lainnya,” saran Sri.
Kemudian, lakukan pemantauan terhadap si adik selama kurang lebih tiga minggu, apakah tertular atau tidak. Bila adiknya tak terkena dalam waktu itu, segera berikan imunisasi. “Tapi, bila yang terjadi dalam waktu 3 minggu itu adiknya terkena campak, tak perlu diimunisasi tapi harus diobati.” Hal ini disebabkan, lanjut Sri, vaksin imunisasi merupakan virus yang hidup tapi dilemahkan. Jadi, kalau sudah tertular virus dalam badannya maka jangan diberikan lagi.
Anak yang sudah mendapatkan imunisasi diharapkan tak terkena campak. Karena sudah ada imunnya. Kalau toh terkena tak akan sampai berat. Perlu diingat, “Seorang anak akan terkena campak sekali seumur hidup. Kalau dikatakan sampai 2-3 kali terkena campak, itu salah, berarti diagnosisnya tak betul,” kata Sri.
Dan bila masa kecilnya tak terkena campak bisa saja terkena di usia setelah besar. Kecuali bila daya tahan tubuhnya kuat, ada kemungkinan tidak terkena.
Nah, sudah lebih jelas kan, Bu, Pak. Jadi, tidak panik lagi, ya.
Dedeh kurniasih . Foto : Iman Dharma (nakita)

CAMPAK

sumber : http://cpddokter.com/home/index.php?option=com_content&task=view&id=75&Itemid=55

Campak adalah penyakit yang sangat menular yang dapat disebabkan oleh sebuah virus yang bernama Virus Campak. Penularan melalui udara ataupun kontak langsung dengan penderita.Gejala-gejalanya adalah : Demam, batuk, pilek dan bercak-bercak merah pada permukaan kulit 3 – 5 hari setelah anak menderita demam. Bercak mula-mula timbul dipipi bawah telinga yang kemudian menjalar ke muka, tubuh dan anggota tubuh lainnya.
Komplikasi dari penyakit Campak ini adalah radang Paru-paru, infeksi pada telinga, radang pada saraf, radang pada sendi dan radang pada otak yang
Baca lebih lanjut

Campak Jerman

Campak Jerman(Rubella)

Campak Jerman atau campak 3 hari diberi nama Rubella dalam dunia
medis. Jangan bingung, Bu-Pak, namanya memang mirip dengan campak
(rubeola). Rubella adalah penyakit infeksi virus menular yang
menyebabkan gejala ringan seperti nyeri sendi dan sebuah ruam.

Penularannya terutama karena menghirup butiran halus air ludah
(droplet) yang dibatukkan oleh penderita. Itulah mengapa, kontak yang
dekat dengan penderita bisa menyebabkan penularan. Penderita bisa
menularkan penyakit mulai satu minggu sebelum muncul ruam sampai satu
minggu sesudah ruam menghilang.

Penyakit ini harus diwaspadai terutama pada wanita hamil. Seorang
wanita yang terinfeksi pada kehamilan 16 minggu pertama (terutama 8-10
minggu) bisa mengalami keguguran, melahirkan bayinya yang sudah mati
di kandungan, atau bayinya menderita cacat bawaan. Namun demikian,
orang yang pernah terinfeksi campak Jerman akan mendapat kekebalan
seumur hidup.

KENALI GEJALA

Gejala dimulai 14-21 hari sesudah terinfeksi. Pada anak-anak keluhan
muncul setelah 1-5 hari terasa tak enak badan, pembesaran kelenjar
getah bening di leher dan belakang kepala, serta nyeri sendi. Gejala
awal ini sangat ringan dan biasanya tak terjadi pada remaja dan
dewasa. Kemudian muncul ruam yang akan menghilang dalam 3 hari. Ruam
ini mulai di muka dan leher, kemudian menyebar dengan cepat ke seluruh
tubuh. Bersamaan dengan kemunculan ruam, kulit tampak agak kemerahan,
terutama di wajah. Bintik-bintik merah muncul di langit-langit mulut
yang kemudian meluas menjadi satu dan melebar sampai ke bagian
belakang mulut.

Kadang penyakit ini sangat ringan hingga tak terdiagnosa. Bila
diperlukan, terutama pada kehamilan, bisa dilakukan pemeriksaan kadar
antibodi terhadap virus rubella dalam darah.

Hampir semua penderita campak Jerman akan sembuh dengan sempurna. Pria
remaja atau dewasa bisa mengalami nyeri pada testis yang menghilang
setelah penyakitnya sembuh. Kadang terjadi komplikasi infeksi telinga
tengah atau radang otak. Untuk mencegah penyakit ini dapat diberikan
imunisasi MMR (Mumps-Measles-Rubella) yang biasanya diberikan pada
anak usia 12-18 bulan.
JANGAN ANGGAP ENTENG CAMPAK

Campak hanya akan menulari sekali dalam seumur hidup. Bisa terjadi
pada anak-anak yang masih kecil maupun yang sudah besar. Bila daya
tahan tubuh kuat, bisa saja anak tidak terkena campak sama sekali.

“Hati-hati, lo, sekarang musim tampek. Kemarin saja anak tetangga saya
kena. Sekarang anak saya ketularan. Di seluruh tubuhnya timbul
bercak-bercak merah dan badannya panas sekali,” begitu peringatan
seorang ibu kepada teman-temannya. Apa sih yang dimaksud dengan tampek
itu? Dijawab oleh dr. Asti Praborini, SpA., yang akrab disapa Rini,
tampek tak lain adalah campak.

“Tampek merupakan bahasa Jawa namun istilah Indonesianya adalah
campak. Sedangkan orang dari Irian menyebutnya serampah. Dalam bahasa
latin disebut sebagai morbili atau rubeolla. Sementara dalam bahasa
Inggris, measles,” tutur spesialis anak dari RS MH Thamrin
Internasional, Jakarta ini.

PENYEBAB CAMPAK

Penyebab penyakit campak adalah virus campak atau morbili. Pada
awalnya, gejala campak agak sulit dideteksi. Namun, secara garis besar
penyakit campak bisa dibagi menjadi 3 fase. Fase pertama disebut masa
inkubasi yang berlangsung sekitar 10-12 hari. Pada fase ini, anak
sudah mulai terkena infeksi tapi pada dirinya belum tampak gejala apa
pun. Bercak-bercak merah yang merupakan ciri khas campak belum keluar.
Pada fase kedua (fase prodormal) barulah timbul gejala yang mirip
penyakit flu, seperti batuk, pilek, dan demam. Mata tampak
kemerah-merahan dan berair. Bila melihat sesuatu, mata akan silau
(photo phobia). Di sebelah dalam mulutmuncul bintik-bintik putih yang
akan bertahan 3-4 hari. Terkadang anak juga mengalami diare. Satu-dua
hari kemudian timbul demam tinggi yang turun naik, berkisar 38-40,5
derajat Celcius.

Fase ketiga ditandai dengan keluarnya bercak merah seiring dengan
demam tinggi yang terjadi. Namun, bercak tak langsung muncul di
seluruh tubuh, melainkan bertahap dan merambat. Bermula dari belakang
kuping, leher, dada, muka, tangan dan kaki. Warnanya pun khas; merah
dengan ukuran yang tidak terlalu besar tapi juga tidak terlalu kecil.

Bercak-bercak merah ini dalam bahasa kedokterannya disebut
makulopapuler. Biasanya bercak memenuhi seluruh tubuh dalam waktu
sekitar satu minggu. Namun, ini pun tergantung padadaya tahan tubuh
masing-masing anak. Bila daya tahan tubuhnya baik maka bercak merahnya
tak terlalu menyebar dan tak terlalu penuh. Umumnya jika bercak
merahnya sudah keluar, demam akan turun dengan sendirinya. Bercak
merah pun makin lama menjadi kehitaman dan bersisik (hiperpigmentasi),
lalu rontok atau sembuh dengan sendirinya. Periode ini merupakan masa
penyembuhan yang butuh waktu sampai 2 minggu.

CARA PENULARAN

Yang patut diwaspadai, penularan penyakit campak berlangsung sangat
cepat melalui perantara udara atau semburan ludah (droplet) yang
terisap lewat hidung atau mulut. Penularan terjadi pada masa fase
kedua hingga 1-2 hari setelah bercak merah timbul. Sayangnya, masih
ada anggapan yang salah dalam masyarakat akan penyakit campak.
Misalnya, bila satu anggota keluarga terkena campak, maka anggota
keluarga lain sengaja ditulari agar sekalian repot. Alasannya,
bukankah campak hanya terjadi sekali seumur hidup? Jadi kalau waktu
kecil sudah pernah campak, setelah itu akan aman selamanya. Ini jelas
pendapat yang tidak benar karena penyakit bukanlah untuk ditularkan.
Apalagi dampak campak cukup berbahaya.

Anggapan lain yang patut diluruskan, yaitu bahwa bercak merah pada
campak harus keluar semua karena kalau tidak malah akan membahayakan
penderita. Yang benar, justru jumlah bercak menandakan ringan-beratnya
campak. Semakin banyak jumlahnya berarti semakin berat penyakitnya.
Dokter justru akan mengusahakan agar campak pada anak tidak menjadi
semakin parah atau bercak merahnya tidak sampai muncul di sekujur tubuh.

Selain itu, masih banyak orang tua yang memperlakukan anak campak
secara salah. Salah satunya, anak tidak dimandikan. Dikhawatirkan,
keringat yang melekat pada tubuh anak menimbulkan rasa lengket dan
gatal yang mendorongnya menggaruk kulit dengan tangan yang tidak
bersih sehingga terjadi infeksi berupa bisul-bisul kecil bernanah.
Sebaliknya, dengan mandi anak akan merasa nyaman.

PENGOBATAN GEJALA

Pengobatan campak dilakukan dengan mengobati gejala yang timbul. Demam
yang terjadi akan ditangani dengan obat penurun demam. Jika anak
mengalami diare maka diberi obat untuk mengatasi diarenya. Batuk akan
diatasi dengan mengobati batuknya. Dokter pun akan menyiapkan obat
antikejang bila anak punya bakat kejang.

Intinya, segala gejala yang muncul harus diobati karena jika tidak,
maka campak bisa berbahaya. Dampaknya bisa bermacam-macam, bahkan bisa
terjadi komplikasi. Perlu diketahui, penyakit campak dikategorikan
sebagai penyakit campak ringan dan yang berat. Disebut ringan, bila
setelah 1-2 hari pengobatan, gejala-gejala yang timbul membaik.
Disebut berat bila pengobatan yang diberikan sudah tak mempan karena
mungkin sudah ada komplikasi.

Komplikasi dapat terjadi karena virus campak menyebar melalui aliran
darah ke jaringan tubuh lainnya. Yang paling sering menimbulkan
kematian pada anak adalah kompilkasi radang paru-paru (broncho
pneumonia) dan radang otak (ensefalitis). Komplikasi ini bisa terjadi
cepat selama berlangsung penyakitnya.

Gejala ensefalitis yaitu kejang satu kali atau berulang, kesadaran
anak menurun, dan panasnya susah turun karena sudah terjadi infeksi
“tumpangan” yang sampai ke otak. Lain halnya, komplikasi radang
paru-paru ditandai dengan batuk berdahak, pilek, dan sesak napas.
Jadi, kematian yang ditimbulkan biasanya bukan karena penyakit campak
itu sendiri, melainkan karena komplikasi. Umumnya campak yang berat
terjadi pada anak yang kurang gizi.

PENANGANAN YANG BENAR

Inilah yang dianjurkan Rini:

* Bila campaknya ringan, anak cukup dirawat di rumah. Kalau campaknya
berat atau sampai terjadi komplikasi maka harus dirawat di rumah sakit.

* Anak campak perlu dirawat di tempat tersendiri agar tidak menularkan
penyakitnya kepada yang lain. Apalagi bila ada bayi di rumah yang
belum mendapat imunisasi campak.

* Beri penderita asupan makanan bergizi seimbang dan cukup untuk
meningkatkan daya tahan tubuhnya. Makanannya harus mudah dicerna,
karena anak campak rentan terjangkit infeksi lain, seperti radang
tenggorokan, flu, atau lainnya. Masa rentan ini masih berlangsung
sebulan setelah sembuh karena daya tahan tubuh penderita yang masih lemah.

* Lakukan pengobatan yang tepat dengan berkonsultasi pada dokter.

* Jaga kebersihan tubuh anak dengan tetap memandikannya.

* Anak perlu beristirahat yang cukup.

PENTINGNYA IMUNISASI CAMPAK

Semua penyakit yang disebabkan virus bersifat endemis. Artinya bisa
muncul kapan saja sepanjang tahun, tidak mengenal musim. Oleh karena
itu, menurut Rini, campak pada anak perlu dicegah dengan imunisasi.
Apalagi campak banyak menyerang anak usia balita. Seharusnya, vaksin
campak tak memiliki efek samping, tapi karena vaksin dibuat dari virus
yang dilemahkan, maka bisa saja satu dari sekian juta virusnya
menimbulkan efek samping. Umpamanya, setelah diimunisasi campak, anak
jadi panas atau diare.

Sebenarnya bayi mendapatkan antibodi dari ibunya melalui plasenta saat
hamil. Namun, antibodi dari ibu pada tubuh bayi itu akan semakin
menurun pada usia kesembilan bulan. Lantaran itu, pemberian imunisasi
campak dilakukan di usia tersebut. Kemudian, karena tubuh bayi di
bawah 9 bulan belum bisa membentuk kekebalan tubuh dengan baik maka
pemberian vaksinasi campak diulang di usia 15 bulan dengan imunisasi
MMR (Measles, Mumps and Rubella). Dengan vaksinasi ini diharapkan
bilapun anak terkena campak, maka dampaknya tidak sampai berat atau
fatal karena tubuh sudah memiliki antibodinya.

Hanya saja, karena saat ini terdapat kecurigaan bahwa bahan pengawet
pada vaksin MMR dapat memicu autisme, akhirnya pemberian imunisasi
campak tidak diulang. Menurut Rini, kekhawatiran itu tidak perlu ada
lagi jika anak sudah mencapai usia tiga tahun dan mengalami proses
tumbuh kembang yang normal. “Sebaiknya anak divaksinasi saja. Boleh
ditunda tapi jangan sampai ditiadakan. Sampai besar pun masih bisa
divaksinasi. Lebih baik mencegah daripada mengobati.”

BEDANYA DENGAN CAMPAK JERMAN

Campak Jerman atau rubela berbeda dari campak biasa. Pada anak, campak
jerman jarang terjadi dan dampaknya tak sampai fatal. “Kalaupun ada
biasanya terjadi pada anak yang lebih besar, sekitar usia 5 sampai 14
tahun,” kata Rini.

Gejalanya hampir sama dengan campak biasa, seperti flu, batuk, pilek
dan demam tinggi. Namun, bercak merah yang timbul tidak akan sampai
terlalu parah dan cepat menghilang dalam waktu 3 hari. Nafsu makan
penderita juga biasanya menurun karena terjadi pembengkakan limpa.

Yang perlu dikhawatirkan jika campak jerman ini menyerang wanita hamil
karena bisa menular pada janin melalui plasenta (ari-ari). Akibatnya,
anak yang dilahirkan akan mengalami sindrom rubela kongenital. Mata
bayi akan mengalami katarak begitu lahir, ada ketulian, dan ada
pengapuran di otak, sehingga anak bisa mengalami keterbelakangan
perkembangan.

Jadi, setiap anak perempuan sebaiknya mendapat vaksinasi rubela untuk
melindungi janinnya bila ia hamil kelak. Pada anak perempuan kekebalan
ini nantinya akan diturunkan kepada bayinya hingga berusia 9 bulan.
Rini pun memandang perlunya vaksinasi rubela pada pria, karena campak
jerman yang mungkin menjangkitinya bisa menulari sang istri yang
tengah hamil.
Dedeh Kurniasih.

LANGKAH EFEKTIF MENGATASI CAMPAK

Campak sebenarnya hadir sepanjang tahun tanpa musim. Walau tertular
hanya sekali, lakukan antisipasi agar anak tak sampai mengalami
komplikasi.

Penyakit campak atau yang lebih sering disebut tampek mudah sekali
menular. Virusnya bisa hidup dan menyebar lewat udara, “Karenanya
penyakit ini tetap mewabah sepanjang tahun di beberapa daerah,
terutama di pemukiman padat,” kata dr. Rudy Firmansyah, Sp.A, dari
RSAB Harapan Kita Jakarta.

Penyakit campak yang dalam bahasa asing disebut measles, disebabkan
oleh virus campak atau morbili. Virus ini terdapat di udara bebas.
Bila masuk ke dalam tubuh anak, terutama yang daya tahan tubuhnya
sedang lemah, maka sangat mungkin ia terjangkit campak. Sebaiknya jika
ada satu orang anak terkena campak, maka anak lain dianjurkan untuk
tidak berdekatan dengannya. Virusnya yang keluar melalui napas atau
semburan ludah (droplet) bisa terisap lewat hidung atau mulut dan akan
menulari anak lain.

Menurut Rudy, campak hanya terjadi sekali seumur hidup. Bila waktu
kecil anak sudah pernah terkena campak maka setelah itu biasanya dia
tidak akan terkena lagi. Namun, karena anggapan ini sudah terlalu
memasyarakat banyak orang tua yang sengaja menulari anaknya dengan
campak agar nantinya dia tidak terkena lagi. “Ini adalah tindakan yang
keliru,” komentar Rudy.

Justru sebaiknya setiap anak dibentengi dari penyakit ini dengan
imunisasi campak. Memang tidak dijamin 100%, tapi kalaupun sampai
terjangkit virus campak, maka kondisinya tidak terlalu parah.
Imunisasi bisa dilakukan dua kali. Pertama di usia 9 bulan, usia ini
dipilih karena antibodi bayi yang berasal dari ibunya lewat plasenta
sudah semakin menurun sehingga butuh antibodi tambahan lewat
imunisasi. Agar kekebalan tubuh anak semakin baik maka pemberian
vaksinasi campak diulang di usia 15 bulan dengan imunisasi MMR
(Measles, Mumps and Rubella). Berikutnya, imunisasi campak dilakukan
ketika anak berusia 6 tahun. Mengapa perlu dicegah? Karena campak bisa
menimbulkan komplikasi yang berakibat fatal.

4 FASE CAMPAK DAN PENANGANANNYA

Agar serangan campak tidak menjadi terlalu berat, kita bisa melakukan
hal-hal berikut berdasarkan fase-fasenya:

– Masa Inkubasi

Fase inkubasi berlangsung sekitar 10-12 hari. Di fase ini agak sulit
mendeteksi infeksinya karena gejalanya masih bersifat umum bahkan
tidak terlihat sama sekali. Mungkin beberapa anak mengalami demam
tetapi umumnya anak tidak merasakan perubahan apa-apa. Bercak-bercak
merah yang merupakan ciri khas campak pun belum keluar.

Yang perlu dilakukan:

Jagalah keseimbangan gizi anak dengan baik agar daya tahan tubuhnya
tetap tinggi. Misalnya dengan makan sayur, buah, serta menjaga
kebugaran tubuhnya. Bila memang nantinya campak benar-benar menyerang
kemungkinan terjadinya tidak akan terlalu parah.

– Fase Prodormal

Adalah fase dimana gejala penyakit sudah mulai timbul seperti flu,
batuk, pilek, dan demam. Mata anak pun akan tampak kemerah-merahan dan
berair. Tak hanya itu, anak tidak bisa melihat dengan jelas ke arah
cahaya karena merasa silau (photo phobia). Ciri lain, di sebelah dalam
mulut muncul bintik-bintik putih yang akan bertahan 3-4 hari. Beberapa
anak juga mengalami diare. Satu-dua hari kemudian timbul demam tinggi
yang turun naik, berkisar 38-40,5° C. Di fase kedua bercak merah belum
muncul.

Yang perlu dilakukan:

Segeralah memeriksakan anak ke dokter ketika flu, batuk, pilek, dan
demam mulai muncul. Jangan sampai menunggu munculnya bercak-bercak
merah karena anak butuh pertolongan secepatnya. Tindakan cepat sangat
membantu untuk mengantisipasi beratnya penyakit.

– Fase Makulopapuler

Fase makulopapuler yakni keluarnya bercak merah yang sering diiringi
demam tinggi antara 38-40,5°C. Awalnya, bercak ini hanya muncul di
beberapa bagian tubuh saja, biasanya di belakang kuping, leher, dada,
muka, tangan dan kaki. Untuk membedakan dengan penyakit lain, umumnya
warna bercak campak akan sangat khas; merah dengan ukuran yang tidak
terlalu besar tapi juga tidak terlalu kecil.

Biasanya, bercak merah akan memenuhi seluruh tubuh dalam waktu satu
minggu meskipun hal ini tergantung pula pada daya tahan tubuh
masing-masing anak. Pada anak yang memiliki daya tahan tubuh baik
umumnya bercak merahnya hanya pada beberapa bagian saja. Tetapi pada
anak yang memiliki daya tahan tubuh lemah, bercak merahnya akan
semakin banyak. Hal ini juga menunjukkan kalau campak yang diderita
anak termasuk berat.

Yang perlu dilakukan:

Tetaplah mengonsultasikan segala sesuatunya pada dokter. Biasanya
dokter akan mengusahakan agar bercak merah pada anak tidak sampai
muncul di sekujur tubuh. Bila memang sekujur tubuhnya dipenuhi bercak,
ini berarti campaknya cukup berat. Apalagi jika sudah muncul gejala
komplikasi, maka konsultasikanlah ke dokter apakah anak perlu dirawat
atau tidak.

Sebagian masyarakat beranggapan bahwa semakin banyak bercak merah yang
tampak semakin bagus karena berarti anak akan cepat sembuh. Pendapat
ini keliru karena kita sebenarnya dituntut untuk lebih waspada. Tetapi
bila diagnosis sudah ditegakkan, dan tak ada komplikasi, anak cukup
dirawat di rumah.

– Fase Penyembuhan

Bila bercak merah sudah keluar, umumnya demam akan turun dengan
sendirinya. Selanjutnya bercak merah akan berubah menjadi kehitaman
dan bersisik, disebut hiperpigmentasi. Pada akhirnya bercak akan
mengelupas atau rontok atau sembuh dengan sendirinya. Umumnya,
dibutuhkan waktu hingga 2 minggu sampai anak sembuh benar dari
sisa-sisa campak.

Yang perlu dilakukan:

Tetap berikan obat yang sudah diberikan oleh dokter sambil menjaga
asupan makanan bergizi seimbang dan istirahat yang teratur. Jangan
pernah beranggapan kalau bercak merah sudah berkurang dan gejalanya
sudah hilang berarti virus campaknya sudah musnah. Kita tetap perlu
melanjutkan pengobatan sampai anak benar-benar sembuh.

HAL LAIN YANG PERLU DIPERHATIKAN

* Jangan melakukan pengobatan menurut aturan sendiri tetapi harus
berdasarkan petunjuk dokter. Bila memang harus mengonsumsi obat 3 kali
sehari maka harus dilakukan dengan baik. Bila ada gejala lain yang
timbul, misalnya kejang-kejang atau sesak napas, segeralah
berkonsultasi pada dokter.

* Sebaiknya berikan makanan yang mudah dicerna seperti bubur nasi. Hal
ini untuk menghindari terjangkitnya infeksi lain, seperti radang
tenggorokan, flu, atau lainnya. Dianjurkan untuk memberikan makanan
yang mudah dicerna selama sebulan kemudian sampai kondisinya
benar-benar pulih.

* Karena mudah menular lewat udara, sebaiknya anak campak dirawat di
kamar sendiri agar tidak menularkan penyakitnya. Namun perlu diingat,
jangan sampai terkesan kalau anak diisolasi, berikan mainan yang dapat
menghibur agar dia tidak bosan.

* Setiap anak yang sedang sakit butuh istirahat yang cukup. Anak
campak pun demikian, berikan waktu beristirahat secara maksimal.

* Jangan biarkan bayi yang belum mendapat imunisasi campak berdekatan
dengan penderita campak sampai penyakitnya benar-benar sembuh. Sangat
mungkin virus campak akan menulari bayi.

* Jaga tubuh anak agar tetap bersih sehingga dia tetap merasa nyaman.
Boleh saja anak dimandikan atau dilap seluruh tubuhnya. Pendapat yang
mengatakan kalau anak campak tidak boleh dimandikan adalah keliru
karena bila tubuhnya kotor dan berkeringat akan menimbulkan rasa
lengket dan gatal luar biasa. Dorongan menggaruk kulit yang gatal bisa
menimbulkan infeksi berupa bisul-bisul kecil bernanah. Gunakan sabun
bayi yang tak terlalu merangsang kulit dan gosoklah kulitnya perlahan.
Sehabis mandi, keringkan dan taburi dengan bedak salycyl talc.

* Selama anak sakit dan dalam pemulihan sebaiknya kita memisahkan
peralatan makan dan mandinya, seperti piring, gelas, sendok, handuk,
sprai dan pakaiannya. Hal ini untuk menghindari terjadinya penularan
lewat kontak tak langsung.

PENGOBATAN SECARA SIMPTOMATIS

Rudy menjelaskan, pengobatan campak hanya bersifat simptomatis, yakni
mengobati gejalanya saja. Misalnya, bila muncul demam maka yang
diobati adalah gejala demamnya. Bila mengalami batuk maka obat batuk
digunakan untuk meringankan batuknya. Demikian pula bila anak diare
maka dokter akan memberikan obat antidiare. Pada beberapa anak yang
berbakat kejang, gejala ini bisa timbul sehingga dokter akan
menyiapkan obat antikejang. Sementara hingga saat ini, kata Rudy,
belum ditemukan obat yang bisa langsung mengatasi virus campak tersebut.

Pengobatan gejala sangat penting dilakukan karena bila tidak ditangani
dengan baik campak bisa sangat berbahaya. Bisa saja terjadi komplikasi
terutama pada campak yang berat. Ciri-ciri campak berat, selain
bercaknya di sekujur tubuh, gejalanya tidak membaik setelah diobati
selama 1-2 hari. Sebaliknya, bila selama 1-2 hari pengobatan gejalanya
sudah membaik, umumnya anak hanya menderita campak ringan.

Komplikasi yang terjadi biasanya berupa radang paru-paru (broncho
pneumonia) dan radang otak (ensefalitis). Hal ini terjadi karena virus
campak dapat menyebar melalui aliran darah ke jaringan tubuh lainnya.
Komplikasi inilah yang umumnya paling sering menimbulkan kematian pada
anak.

Untuk mengetahui apakah sudah terjadi komplikasi atau tidak biasanya
ditunjukkan dengan tanda-tanda khas. Bila sudah terjadi ensefalitis
biasanya terjadi kejang satu kali atau berulang, kesadaran anak
menurun, dan suhu tubuhnya tinggi atau susah turun karena infeksinya
sudah sampai ke otak.

Sedangkan radang paru-paru ditunjukkan dengan gejala batuk berdahak,
pilek, dan sesak napas. Boleh dikatakan, kematian bukan ditimbulkan
karena campak itu sendiri melainkan komplikasi yang terjadi. Umumnya
hal ini akan terjadi pada anak yang kurang gizi dan memiliki daya
tahan tubuh lemah.

BERBEDA DARI CAMPAK JERMAN

Campak biasa, kata Rudy, berbeda dari campak Jerman atau rubela.
Campak Jerman umumnya memiliki dampak lebih ringan dan tidak fatal.
Umumnya pun terjadi pada anak usia 5 sampai 14 tahun.

Memang gejalanya hampir sama dengan campak biasa, seperti flu, batuk,
pilek dan demam tinggi. Yang membedakan, bercak merah pada rubela
tidak timbul terlalu banyak dan tidak separah campak biasa, juga cepat
menghilang dalam waktu 3 hari. Gejala lain, umumnya nafsu makan anak
akan menurun karena terjadi pembengkakan pada limpa.

Justru kita harus lebih khawatir bila rubela menyerang wanita hamil
karena virusnya bisa menular pada janin melalui plasenta. Bila janin
tertular maka anak yang dilahirkan akan mengalami sindrom rubela
kongenital dengan kelainan-kelainan, misalnya mata bayi mengalami
katarak, tidak bisa mendengar, terjadi pengapuran di otak, juga banyak
terjadi anak-anak tumbuh dengan keterbelakangan perkembangan.

Rudy menekankan, setiap anak perempuan harus mendapat vaksinasi
rubela. Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya rubela serta
melindungi janin yang dikandungnya kelak. Tak hanya pada perempuan,
vaksinasi rubela pun penting bagi kaum pria. Gunanya mencegah agar
tidak terserang rubela dan menulari sang istri yang mungkin tengah
hamil nanti.

CAMPAK

Campak

DEFINISI
Campak (Rubeola, Campak 9 hari) adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata/konjungtiva) dan ruam kulit.

Penularan infeksi terjadi karena menghirup percikan ludah penderita campak. Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum rimbulnya ruam kulit dan selama ruam kulit ada.

Sebelum vaksinasi campak digunakan secara meluas, wabah campak terjadi setiap 2-3 tahun, terutama pada anak-anak usia pra-sekolah dan anak-anak SD. Jika seseorang pernah menderita campak, maka seumur hidupnya dia akan kebal terhadap penyakit ini.

PENYEBAB
Campak disebabkan oleh paramiksovirus. Penularan terjadi melalui percikan ludah dari hidung, mulut maupun tenggorokan penderita campak. Masa inkubasi adalah 10-14 hari sebelum gejala muncul.

Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahir ibu yang telah kebal (berlangsung selama 1 tahun).
Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah: – bayi berumur lebih dari 1 tahun
– bayi yang tidak mendapatkan imunisasi
– remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua.

GEJALA
Gejala mulai timbul dalam waktu 7-14 hari setelah terinfeksi, yaitu berupa:
– nyeri tenggorokan
– hidung meler
– batuk
– nyeri otot
– demam
– mata merah
– fotofobia (rentan terhadap cahaya, silau).

2-4 hari kemudian muncul bintik putih kecil di mulut bagian dalam (bintik Koplik). Ruam (kemerahan di kulit) yang terasa agak gatal muncul 3-5 hari setelah timbulnya gejala diatas. Ruam ini bisa berbentuk makula (ruam kemerahan yang mendatar) maupun papula (ruam kemerahan yang menonjol). Pada awalnya ruam tampak di wajah, yaitu di depan dan di bawah telinga serta di leher sebelah samping. Dalam waktu 1-2 hari, ruam menyebar ke batang tubuh, lengan dan tungkai, sedangkan ruam di wajah mulai memudar.

Pada puncak penyakit, penderita merasa sangat sakit, ruamnya meluas serta suhu tubuhnya mencapai 40° Celsius. 3-5 hari kemudian suhu tubuhnya turun, penderita mulai merasa baik dan ruam yang tersisa segera menghilang.

KOMPLIKASI
Pada anak yang sehat dan gizinya cukup, campak jarang berakibat serius. Beberapa komplikasi yang bisa menyertai campak:
Infeksi bakteri
– Pneumonia
– Infeksi telinga tengah
Kadang terjadi trombositopenia (penurunan jumlah trombosit), sehingga pendeita mudah memar dan mudah mengalami perdarahan Ensefalitis (inteksi otak) terjadi pada 1 dari 1,000-2.000 kasus.

DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan ruam kulit yang khas. Pemeriksaan lain yang mungkin perlu dilakukan:
– pemeriksaan darah
– pembiakan virus
– serologi campak.

PENGOBATAN
Tidak ada pengobatan khusus untuk campak. Anak sebaiknya menjalani tirah baring. Untuk menurunkan demam, diberikan asetaminofen atau ibuprofen. Jika terjadi infeksi bakteri, diberikan antibiotik.

PENCEGAHAN
Vaksin campak merupakan bagian dari imunisasi rutin pada anak-anak. Vaksin biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi dengan gondongan dan campak Jerman (vaksin MMR/mumps, measles, rubella), disuntikkan pada otot paha atau lengan atas.

Jika hanya mengandung campak, vaksin dibeirkan pada umur 9 bulan. Dalam bentuk MMR, dosis pertama diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun.

BABY MEASLES – CAMPAK

BABY MEASLES (CAMPAK)

by: Diane Sacks
(Paediatrician Diane Sacks spent 20 years at the Hospital for Sick Children in Toronto, and is currently on staff at North York General Hospital)

‘Red measles’ (rubeola atau campak) adalah penyakit infeksi virus yang cukup serius yang hampir pasti dapat dicegah dengan vaksinasi yang diberikan pada anak usia 12 hingga 15 bulan. Gejala-gejalanya berupa: demam tinggi, batuk, hidung ‘meler’ dan mata yang merah, yang kemudian
diikuti dengan timbulnya ‘rash’ (bintik-bintik) merah beberapa hari kemudian. Munculnya bintik tsb. umumnya dimulai dari area wajah dan kemudian menyebar ke seluruh tubuh. Campak dapat menular pada rentang waktu 3-5 hari sebelum adanya gejala-gejala, hingga 4 hari setelah bintik-bintik tsb. muncul. Infeksi jenis ini dapat juga berakibat komplikasi, seperti pneumonia, encephalitis dan kejang-kejang.

‘Baby measles’ (roseola), disebabkan oleh jenis virus yang berbeda dan lumrah dialami anak-anak usia 6 hingga 24 bulan (cukup langka terjadi pada anak di usia sebelum 4 bulan dan setelah usia 4 tahun). Anak-anak yang menderita roseola dapat mengalami gejala demam yang sangat tinggi tapi yang mengejutkan, kondisi mereka umumnya baik-baik saja bahkan tetap aktif, walau tetap ada kemungkinan selera makan mereka jadi merosot. ‘Rash’ (bintik-bintik) tidak akan muncul hingga
demam mereda dan hal itu yang kemudian membuat anak Anda jadi agak rewel.

Cukup sulit mendiagnosa ‘roseola’ sebelum bintik-bintik muncul di tubuh penderita; salah satu petunjuk lagi yang bisa digunakan adalah adanya kelenjar yang membengkak di bagian belakang kepala (area tengkuk). Sangat disayangkan, banyak anak yang diberi resep antibiotik yang tidak perlu hanya untuk meredakan demam jenis ini.Kemudian, saat bintik-bintik muncul, terjadi ‘kerancuan’ antara ‘roseola’ atau karena alergi akibat antibiotik.

Anak-anak tidak seharusnya diberi antibiotik jika kita tidak tahu pasti apa yang sedang kita hadapi dan apa yang kita ingin tangani. Pengecualian berlaku bagi bayi yang baru lahir (di bawah usia 3-4
bulan), dan hanya setelah tes penunjang lain telah dilakukan untuk menegakkan diagnosa serta observasi ketat yang terus dilakukan terhadap perkembangan si kecil.

Roseola bersifat menular, tapi tidak terlalu serius. Saya selalu berpikir bahwa bagian yang paling serius dari diagnosa penyakit ini adalah gangguan pada ‘kesehatan mental’ para orang tua:
pertama – berhadapan dengan demam anak yang tinggi
kedua – menangani anak yang begitu ‘rewel’ saat bintik-bintiknya telah muncul

*Campak *

*DEFINISI*
Campak (*Rubeola*, *Campak 9 hari*) adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, *konjungtivitis* (peradangan selaput ikat ata/*konjungtiva*) dan ruam kulit. Penularan infeksi terjadi karena menghirup percikan ludah penderita campak. Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum rimbulnya ruam kulit dan selama ruam kulit ada.
Sebelum *vaksinasi* campak digunakan secara meluas, wabah campak terjadi setiap 2-3 tahun, terutama pada anak-anak usia pra-sekolah dan anak-anak SD. Jika seseorang pernah menderita campak, maka seumur hidupnya dia akan kebalterhadap penyakit ini.

*PENYEBAB*
Campak disebabkan oleh *paramiksovirus*.
Penularan terjadi melalui percikan ludah dari hidung, mulut maupun tenggorokan penderita campak. Masa inkubasi adalah 10-14 hari sebelum gejala muncul.

Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahir ibu yang telah kebal (berlangsung selama 1 tahun). Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah:
– bayi berumur lebih dari 1 tahun
– bayi yang tidak mendapatkan imunisasi
– remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua.

*GEJALA*
Gejala mulai timbul dalam waktu 7-14 hari setelah terinfeksi, yaitu berupa:
– nyeri tenggorokan
– hidung meler
– batuk
– nyeri otot
– demam
– mata merah
– *fotofobia* (rentan terhadap cahaya, silau).
2-4 hari kemudian muncul bintik putih kecil di mulut bagian dalam (*bintik Koplik*).
Ruam (kemerahan di kulit) yang terasa agak gatal muncul 3-5 hari setelah timbulnya gejala diatas. Ruam ini bisa berbentuk *makula* (ruam kemerahan yang mendatar) maupun *papula* (ruam kemerahan yang menonjol). Pada awalnya ruam tampak di wajah, yaitu di depan dan di bawah telinga serta di leher sebelah samping. Dalam waktu 1-2 hari, ruam menyebar ke batang tubuh, lengan dan tungkai, sedangkan ruam di wajah mulai memudar.
Pada puncak penyakit, penderita merasa sangat sakit, ruamnya meluas serta suhu tubuhnya mencapai 40° Celsius. 3-5 hari kemudian suhu tubuhnya turun, penderita mulai merasa baik dan ruam yang tersisa segera menghilang.

*KOMPLIKASI*
Pada anak yang sehat dan gizinya cukup, campak jarang berakibat serius. Beberapa komplikasi yang bisa menyertai campak:
1. Infeksi bakteri – *Pneumonia*
– Infeksi telinga tengah
2. Kadang terjadi *trombositopenia* (penurunan jumlah trombosit), sehingga pendeita mudah memar dan mudah mengalami perdarahan
3. *Ensefalitis* (inteksi otak) terjadi pada 1 dari 1,000-2.000 kasus.

*DIAGNOSA*
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan ruam kulit yang khas. Pemeriksaan lain yang mungkin perlu dilakukan:
– pemeriksaan darah
– pembiakan virus
– *serologi* campak.

*PENGOBATAN*
Tidak ada pengobatan khusus untuk campak. Anak sebaiknya menjalani tirah baring.
Untuk menurunkan demam, diberikan asetaminofen atau ibuprofen. Jika terjadi infeksi bakteri, diberikan antibiotik.

*PENCEGAHAN*
Vaksin campak merupakan bagian dari imunisasi rutin pada anak-anak. Vaksin biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi dengan gondongan dan campak Jerman (vaksin MR*/*mumps, measles, rubella*), disuntikkan pada otot paha atau lengan atas.
Jika hanya mengandung campak, vaksin dibeirkan pada umur 9 bulan. Dalam bentuk MMR, dosis pertama diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun.

*LANGKAH EFEKTIF MENGATASI CAMPAK**
Campak sebenarnya hadir sepanjang tahun tanpa musim. Walau tertular hanya sekali, lakukan antisipasi agar anak tak sampai mengalami komplikasi. Penyakit campak atau yang lebih sering disebut tampek mudah sekali menular. Virusnya bisa hidup dan menyebar lewat udara, “Karenanya penyakit ini tetap mewabah sepanjang tahun di beberapa daerah, terutama di pemukiman padat,” kata *dr. Rudy Firmansyah, Sp.A*, dari RSAB Harapan Kita Jakarta.
Penyakit campak yang dalam bahasa asing disebut *measles*, disebabkan oleh virus campak atau morbili. Virus ini terdapat di udara bebas. Bila masuk ke dalam tubuh anak, terutama yang daya tahan tubuhnya sedang lemah, maka sangat mungkin ia terjangkit campak. Sebaiknya jika ada satu orang anak terkena campak, maka anak lain dianjurkan untuk tidak berdekatan dengannya. Virusnya yang keluar melalui napas atau semburan ludah *(droplet)* bias terisap lewat hidung atau mulut dan akan menulari anak lain.
Menurut Rudy, campak hanya terjadi sekali seumur hidup. Bila waktu kecil anak sudah pernah terkena campak maka setelah itu biasanya dia tidak akan terkena lagi. Namun, karena anggapan ini sudah terlalu memasyarakat banyak orang tua yang sengaja menulari anaknya dengan campak agar nantinya dia tidak terkena lagi. “Ini adalah tindakan yang keliru,” komentar Rudy.
Justru sebaiknya setiap anak dibentengi dari penyakit ini dengan imunisasi campak. Memang tidak dijamin 100%, tapi kalaupun sampai terjangkit virus campak, maka kondisinya tidak terlalu parah. Imunisasi bisa dilakukan dua kali. Pertama di usia 9 bulan, usia ini dipilih karena antibodi bayi yang berasal dari ibunya lewat plasenta sudah semakin menurun sehingga butuh antibodi tambahan lewat imunisasi. Agar kekebalan tubuh anak semakin baik maka pemberian vaksinasi campak diulang di usia 15 bulan dengan imunisasi MMR *(Measles, Mumps and Rubella)*. Berikutnya, imunisasi campak dilakukan ketika anak berusia 6 tahun. Mengapa perlu dicegah? Karena campak bias menimbulkan komplikasi yang berakibat fatal.

*4 FASE CAMPAK DAN PENANGANANNYA*
Agar serangan campak tidak menjadi terlalu berat, kita bisa melakukan hal-hal berikut berdasarkan fase-fasenya:

*- Masa Inkubasi*
Fase inkubasi berlangsung sekitar 10-12 hari. Di fase ini agak sulit mendeteksi infeksinya karena gejalanya masih bersifat umum bahkan tidak terlihat sama sekali. Mungkin beberapa anak mengalami demam tetapi umumnya anak tidak merasakan perubahan apa-apa. Bercak-bercak merah yang merupakan ciri khas campak pun belum keluar.

Yang perlu dilakukan:
Jagalah keseimbangan gizi anak dengan baik agar daya tahan tubuhnya tetap tinggi. Misalnya dengan makan sayur, buah, serta menjaga kebugaran tubuhnya. Bila memang nantinya campak benar-benar menyerang kemungkinan terjadinya tidak akan terlalu parah.

*- Fase Prodormal*
Adalah fase dimana gejala penyakit sudah mulai timbul seperti flu, batuk, pilek, dan demam. Mata anak pun akan tampak kemerah-merahan dan berair. Tak hanya itu, anak tidak bisa melihat dengan jelas ke arah cahaya karena merasa silau *(photo phobia)*. Ciri lain, di sebelah dalam mulut muncul bintik-bintik putih yang akan bertahan 3-4 hari. Beberapa anak juga mengalami diare. Satu-dua hari kemudian timbul demam tinggi yang turun naik, berkisar 38-40,5° C. Di fase kedua bercak merah belum muncul.

Yang perlu dilakukan:
Segeralah memeriksakan anak ke dokter ketika flu, batuk, pilek, dan demam mulai muncul. Jangan sampai menunggu munculnya bercak-bercak merah karena anak butuh pertolongan secepatnya. Tindakan cepat sangat membantu untuk mengantisipasi beratnya penyakit.

*- Fase Makulopapuler*
Fase makulopapuler yakni keluarnya bercak merah yang sering diiringi demam tinggi antara 38-40,5°C. Awalnya, bercak ini hanya muncul di beberapa bagian tubuh saja, biasanya di belakang kuping, leher, dada, muka, tangan dan kaki. Untuk membedakan dengan penyakit lain, umumnya warna bercak campak akan sangat khas; merah dengan ukuran yang tidak terlalu besar tapi juga tidak terlalu kecil.
Biasanya, bercak merah akan memenuhi seluruh tubuh dalam waktu satu minggu meskipun hal ini tergantung pula pada daya tahan tubuh masing-masing anak. Pada anak yang memiliki daya tahan tubuh baik umumnya bercak merahnya hanya pada beberapa bagian saja. Tetapi pada anak yang memiliki daya tahan tubuh lemah, bercak merahnya akan semakin banyak. Hal ini juga menunjukkan kalau campak yang diderita anak termasuk berat.

Yang perlu dilakukan:
Tetaplah mengonsultasikan segala sesuatunya pada dokter. Biasanya dokter akan mengusahakan agar bercak merah pada anak tidak sampai muncul di sekujur tubuh. Bila memang sekujur tubuhnya dipenuhi bercak, ini berarti campaknya cukup berat. Apalagi jika sudah muncul gejala komplikasi, maka konsultasikanlah ke dokter apakah anak perlu dirawat atau tidak.

Sebagian masyarakat beranggapan bahwa semakin banyak bercak merah yang tampak semakin bagus karena berarti anak akan cepat sembuh. Pendapat ini keliru karena kita sebenarnya dituntut untuk lebih waspada. Tetapi bila diagnosis sudah ditegakkan, dan tak ada komplikasi, anak cukup dirawat di rumah.

*- Fase Penyembuhan*
Bila bercak merah sudah keluar, umumnya demam akan turun dengan sendirinya. Selanjutnya bercak merah akan berubah menjadi kehitaman dan bersisik, disebut hiperpigmentasi. Pada akhirnya bercak akan mengelupas atau rontok atau sembuh dengan sendirinya. Umumnya, dibutuhkan waktu hingga 2 minggu sampai anak sembuh benar dari sisa-sisa campak.

Yang perlu dilakukan:
Tetap berikan obat yang sudah diberikan oleh dokter sambil menjaga asupan makanan bergizi seimbang dan istirahat yang teratur. Jangan pernah beranggapan kalau bercak merah sudah berkurang dan gejalanya sudah hilang berarti virus campaknya sudah musnah. Kita tetap perlu melanjutkan pengobatan sampai anak benar-benar sembuh.

*HAL LAIN YANG PERLU DIPERHATIKAN*
* Jangan melakukan pengobatan menurut aturan sendiri tetapi harus berdasarkan petunjuk dokter. Bila memang harus mengonsumsi obat 3 kali sehari maka harus dilakukan dengan baik. Bila ada gejala lain yang timbul, misalnya kejang-kejang atau sesak napas, segeralah berkonsultasi pada
dokter.
* Sebaiknya berikan makanan yang mudah dicerna seperti bubur nasi. Hal ini untuk menghindari terjangkitnya infeksi lain, seperti radang tenggorokan, flu, atau lainnya. Dianjurkan untuk memberikan makanan yang mudah dicerna selama sebulan kemudian sampai kondisinya benar-benar pulih.
* Karena mudah menular lewat udara, sebaiknya anak campak dirawat di kamar sendiri agar tidak menularkan penyakitnya. Namun perlu diingat, jangan sampai terkesan kalau anak diisolasi, berikan mainan yang dapat menghibur agar dia tidak bosan.
* Setiap anak yang sedang sakit butuh istirahat yang cukup. Anak campak pun demikian, berikan waktu beristirahat secara maksimal.
* Jangan biarkan bayi yang belum mendapat imunisasi campak berdekatan dengan penderita campak sampai penyakitnya benar-benar sembuh. Sangat mungkin virus campak akan menulari bayi.
* Jaga tubuh anak agar tetap bersih sehingga dia tetap merasa nyaman. Boleh saja anak dimandikan atau dilap seluruh tubuhnya. Pendapat yang mengatakan kalau anak campak tidak boleh dimandikan adalah keliru karena bila tubuhnya kotor dan berkeringat akan menimbulkan rasa lengket dan gatal luar biasa. Dorongan menggaruk kulit yang gatal bisa menimbulkan infeksi berupa bisul-bisul kecil bernanah. Gunakan sabun bayi yang tak terlalu merangsang kulit dan gosoklah kulitnya perlahan. Sehabis mandi, keringkan dan taburi dengan bedak *salycyl talc.*
* Selama anak sakit dan dalam pemulihan sebaiknya kita memisahkan peralatan makan dan mandinya, seperti piring, gelas, sendok, handuk, sprai dan pakaiannya. Hal ini untuk menghindari terjadinya penularan lewat kontak tak langsung.

*PENGOBATAN SECARA SIMPTOMATIS*
Rudy* menjelaskan, pengobatan campak hanya bersifat simptomatis, yakni mengobati gejalanya saja. Misalnya, bila muncul demam maka yang diobati adalah gejala demamnya. Bila mengalami batuk maka obat batuk digunakan untuk meringankan batuknya. Demikian pula bila anak diare maka dokter akan memberikan obat antidiare. Pada beberapa anak yang berbakat kejang, gejala
ini bisa timbul sehingga dokter akan menyiapkan obat antikejang. Sementara hingga saat ini, kata Rudy, belum ditemukan obat yang bisa langsung mengatasi virus campak tersebut.

Pengobatan gejala sangat penting dilakukan karena bila tidak ditangani dengan baik campak bisa sangat berbahaya. Bisa saja terjadi komplikasi terutama pada campak yang berat. Ciri-ciri campak berat, selain bercaknya di sekujur tubuh, gejalanya tidak membaik setelah diobati selama 1-2 hari.
Sebaliknya, bila selama 1-2 hari pengobatan gejalanya sudah membaik, umumnya anak hanya menderita campak ringan.

Komplikasi yang terjadi biasanya berupa radang paru-paru *(broncho pneumonia) *dan radang otak (ensefalitis). Hal ini terjadi karena virus campak dapat menyebar melalui aliran darah ke jaringan tubuh lainnya. Komplikasi inilah yang umumnya paling sering menimbulkan kematian pada anak.

Untuk mengetahui apakah sudah terjadi komplikasi atau tidak biasanya ditunjukkan dengan tanda-tanda khas. Bila sudah terjadi ensefalitis biasanya terjadi kejang satu kali atau berulang, kesadaran anak menurun, dan suhu tubuhnya tinggi atau susah turun karena infeksinya sudah sampai ke otak.

Sedangkan radang paru-paru ditunjukkan dengan gejala batuk berdahak, pilek, dan sesak napas. Boleh dikatakan, kematian bukan ditimbulkan karena campak itu sendiri melainkan komplikasi yang terjadi. Umumnya hal ini akan terjadi pada anak yang kurang gizi dan memiliki daya tahan tubuh lemah.

*BERBEDA DARI CAMPAK JERMAN*
Campak biasa, kata *Rudy*, berbeda dari campak Jerman atau rubela. Campak Jerman umumnya memiliki dampak lebih ringan dan tidak fatal. Umumnya pun terjadi pada anak usia 5 sampai 14 tahun.
Memang gejalanya hampir sama dengan campak biasa, seperti flu, batuk, pilek dan demam tinggi. Yang membedakan, bercak merah pada rubela tidak timbul terlalu banyak dan tidak separah campak biasa, juga cepat menghilang dalam waktu 3 hari. Gejala lain, umumnya nafsu makan anak akan menurun karena terjadi pembengkakan pada limpa.
Justru kita harus lebih khawatir bila rubela menyerang wanita hamil karena virusnya bisa menular pada janin melalui plasenta. Bila janin tertular maka anak yang dilahirkan akan mengalami sindrom rubela kongenital dengan kelainan-kelainan, misalnya mata bayi mengalami katarak, tidak bias mendengar, terjadi pengapuran di otak, juga banyak terjadi anak-anak tumbuh dengan keterbelakangan perkembangan.
Rudy menekankan, setiap anak perempuan harus mendapat vaksinasi rubela. Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya rubela serta melindungi janin yang dikandungnya kelak. Tak hanya pada perempuan, vaksinasi rubela pun penting bagi kaum pria. Gunanya mencegah agar tidak terserang rubela dan menulari sang istri yang mungkin tengah hamil nanti.

*JANGAN ANGGAP ENTENG CAMPAK**
Campak hanya akan menulari sekali dalam seumur hidup. Bisa terjadi pada anak-anak yang masih kecil maupun yang sudah besar. Bila daya tahan tubuh kuat, bisa saja anak tidak terkena campak sama sekali.

“Tampek merupakan bahasa Jawa namun istilah Indonesianya adalah campak. Sedangkan orang dari Irian menyebutnya serampah. Dalam bahasa latin disebut sebagai *morbili* atau *rubeolla*. Sementara dalam bahasa Inggris, *measles*,” tutur spesialis anak dari RS MH Thamrin Internasional, Jakarta ini.

*PENYEBAB CAMPAK*
Penyebab penyakit campak adalah virus campak atau morbili. Pada awalnya, gejala campak agak sulit dideteksi. Namun, secara garis besar penyakit campak bisa dibagi menjadi 3 fase. Fase pertama disebut masa inkubasi yang berlangsung sekitar 10-12 hari. Pada fase ini, anak sudah mulai terkena infeksi tapi pada dirinya belum tampak gejala apa pun. Bercak-bercak merah
yang merupakan ciri khas campak belum keluar. Pada fase kedua (fase prodormal) barulah timbul gejala yang mirip penyakit flu, seperti batuk, pilek, dan demam. Mata tampak kemerah-merahan dan berair. Bila melihat sesuatu, mata akan silau *(photo phobia)*. Di sebelah dalam mulutmuncul
bintik-bintik putih yang akan bertahan 3-4 hari. Terkadang anak juga mengalami diare. Satu-dua hari kemudian timbul demam tinggi yang turun naik, berkisar 38-40,5 derajat Celcius.

Fase ketiga ditandai dengan keluarnya bercak merah seiring dengan demam tinggi yang terjadi. Namun, bercak tak langsung muncul di seluruh tubuh, melainkan bertahap dan merambat. Bermula dari belakang kuping, leher, dada, muka, tangan dan kaki. Warnanya pun khas; merah dengan ukuran yang tidak terlalu besar tapi juga tidak terlalu kecil.

Bercak-bercak merah ini dalam bahasa kedokterannya disebut makulopapuler. Biasanya bercak memenuhi seluruh tubuh dalam waktu sekitar satu minggu. Namun, ini pun tergantung padadaya tahan tubuh masing-masing anak. Bila daya tahan tubuhnya baik maka bercak merahnya tak terlalu menyebar dan tak terlalu penuh. Umumnya jika bercak merahnya sudah keluar, demam akan turun
dengan sendirinya. Bercak merah pun makin lama menjadi kehitaman dan bersisik (hiperpigmentasi), lalu rontok atau sembuh dengan sendirinya. Periode ini merupakan masa penyembuhan yang butuh waktu sampai 2 minggu.

*CARA PENULARAN*
Yang patut diwaspadai, penularan penyakit campak berlangsung sangat cepat melalui perantara udara atau semburan ludah *(droplet)* yang terisap lewat hidung atau mulut. Penularan terjadi pada masa fase kedua hingga 1-2 hari setelah bercak merah timbul. Sayangnya, masih ada anggapan yang salah dalam masyarakat akan penyakit campak. Misalnya, bila satu anggota keluarga terkena campak, maka anggota keluarga lain sengaja ditulari agar sekalian repot. Alasannya, bukankah campak hanya terjadi sekali seumur hidup? Jadi kalau waktu kecil sudah pernah campak, setelah itu akan aman selamanya. Ini jelas pendapat yang tidak benar karena penyakit bukanlah untuk ditularkan. Apalagi dampak campak cukup berbahaya.

Anggapan lain yang patut diluruskan, yaitu bahwa bercak merah pada campak harus keluar semua karena kalau tidak malah akan membahayakan penderita. Yang benar, justru jumlah bercak menandakan ringan-beratnya campak. Semakin banyak jumlahnya berarti semakin berat penyakitnya. Dokter justru akan mengusahakan agar campak pada anak tidak menjadi semakin parah atau bercak merahnya tidak sampai muncul di sekujur tubuh.

Selain itu, masih banyak orang tua yang memperlakukan anak campak secara salah. Salah satunya, anak tidak dimandikan. Dikhawatirkan, keringat yang melekat pada tubuh anak menimbulkan rasa lengket dan gatal yang mendorongnya menggaruk kulit dengan tangan yang tidak bersih sehingga terjadi infeksi berupa bisul-bisul kecil bernanah. Sebaliknya, dengan mandi anak akan merasa
nyaman.

*PENGOBATAN GEJALA*
Pengobatan campak dilakukan dengan mengobati gejala yang timbul. Demam yang terjadi akan ditangani dengan obat penurun demam. Jika anak mengalami diare maka diberi obat untuk mengatasi diarenya. Batuk akan diatasi dengan mengobati batuknya. Dokter pun akan menyiapkan obat antikejang bila anak punya bakat kejang.

Intinya, segala gejala yang muncul harus diobati karena jika tidak, maka campak bisa berbahaya. Dampaknya bisa bermacam-macam, bahkan bisa terjadi komplikasi. Perlu diketahui, penyakit campak dikategorikan sebagai penyakit campak ringan dan yang berat. Disebut ringan, bila setelah 1-2 hari pengobatan, gejala-gejala yang timbul membaik. Disebut berat bila pengobatan yang diberikan sudah tak mempan karena mungkin sudah ada komplikasi.

Komplikasi dapat terjadi karena virus campak menyebar melalui aliran darah ke jaringan tubuh lainnya. Yang paling sering menimbulkan kematian pada anak adalah kompilkasi radang paru-paru *(broncho pneumonia)* dan radang otak (ensefalitis). Komplikasi ini bisa terjadi cepat selama berlangsung penyakitnya.

Gejala ensefalitis yaitu kejang satu kali atau berulang, kesadaran anak menurun, dan panasnya susah turun karena sudah terjadi infeksi “tumpangan” yang sampai ke otak. Lain halnya, komplikasi radang paru-paru ditandai dengan batuk berdahak, pilek, dan sesak napas. Jadi, kematian yang ditimbulkan biasanya bukan karena penyakit campak itu sendiri, melainkan
karena komplikasi. Umumnya campak yang berat terjadi pada anak yang kurang
gizi.

*PENANGANAN YANG BENAR*

Inilah yang dianjurkan *Rini*:

* Bila campaknya ringan, anak cukup dirawat di rumah. Kalau campaknya berat
atau sampai terjadi komplikasi maka harus dirawat di rumah sakit.

* Anak campak perlu dirawat di tempat tersendiri agar tidak menularkan
penyakitnya kepada yang lain. Apalagi bila ada bayi di rumah yang belum
mendapat imunisasi campak.

* Beri penderita asupan makanan bergizi seimbang dan cukup untuk
meningkatkan daya tahan tubuhnya. Makanannya harus mudah dicerna, karena
anak campak rentan terjangkit infeksi lain, seperti radang tenggorokan, flu,
atau lainnya. Masa rentan ini masih berlangsung sebulan setelah sembuh
karena daya tahan tubuh penderita yang masih lemah.

* Lakukan pengobatan yang tepat dengan berkonsultasi pada dokter.

* Jaga kebersihan tubuh anak dengan tetap memandikannya.

* Anak perlu beristirahat yang cukup.

*PENTINGNYA IMUNISASI CAMPAK*

Semua penyakit yang disebabkan virus bersifat endemis. Artinya bisa muncul
kapan saja sepanjang tahun, tidak mengenal musim. Oleh karena itu, menurut *
Rini*, campak pada anak perlu dicegah dengan imunisasi. Apalagi campak
banyak menyerang anak usia balita. Seharusnya, vaksin campak tak memiliki
efek samping, tapi karena vaksin dibuat dari virus yang dilemahkan, maka
bisa saja satu dari sekian juta virusnya menimbulkan efek samping.
Umpamanya, setelah diimunisasi campak, anak jadi panas atau diare.

Sebenarnya bayi mendapatkan antibodi dari ibunya melalui plasenta saat
hamil. Namun, antibodi dari ibu pada tubuh bayi itu akan semakin menurun
pada usia kesembilan bulan. Lantaran itu, pemberian imunisasi campak
dilakukan di usia tersebut. Kemudian, karena tubuh bayi di bawah 9 bulan
belum bisa membentuk kekebalan tubuh dengan baik maka pemberian vaksinasi
campak diulang di usia 15 bulan dengan imunisasi MMR *(Measles, Mumps and
Rubella)*. Dengan vaksinasi ini diharapkan bilapun anak terkena campak, maka
dampaknya tidak sampai berat atau fatal karena tubuh sudah memiliki
antibodinya.

Hanya saja, karena saat ini terdapat kecurigaan bahwa bahan pengawet pada
vaksin MMR dapat memicu autisme, akhirnya pemberian imunisasi campak tidak
diulang. Menurut Rini, kekhawatiran itu tidak perlu ada lagi jika anak sudah
mencapai usia tiga tahun dan mengalami proses tumbuh kembang yang normal.
“Sebaiknya anak divaksinasi saja. Boleh ditunda tapi jangan sampai
ditiadakan. Sampai besar pun masih bisa divaksinasi. Lebih baik mencegah
daripada mengobati.”

*BEDANYA DENGAN CAMPAK JERMAN*

Campak Jerman atau rubela berbeda dari campak biasa. Pada anak, campak
jerman jarang terjadi dan dampaknya tak sampai fatal. “Kalaupun ada biasanya
terjadi pada anak yang lebih besar, sekitar usia 5 sampai 14 tahun,” kata *
Rini*.

Gejalanya hampir sama dengan campak biasa, seperti flu, batuk, pilek dan
demam tinggi. Namun, bercak merah yang timbul tidak akan sampai terlalu
parah dan cepat menghilang dalam waktu 3 hari. Nafsu makan penderita juga
biasanya menurun karena terjadi pembengkakan limpa.

Yang perlu dikhawatirkan jika campak jerman ini menyerang wanita hamil
karena bisa menular pada janin melalui plasenta (ari-ari). Akibatnya, anak
yang dilahirkan akan mengalami sindrom rubela kongenital. Mata bayi akan
mengalami katarak begitu lahir, ada ketulian, dan ada pengapuran di otak,
sehingga anak bisa mengalami keterbelakangan perkembangan.

Jadi, setiap anak perempuan sebaiknya mendapat vaksinasi rubela untuk melindungi janinnya bila ia hamil kelak. Pada anak perempuan kekebalan ini nantinya akan diturunkan kepada bayinya hingga berusia 9 bulan. Rini pun memandang perlunya vaksinasi rubela pada pria, karena campak jerman yang mungkin menjangkitinya bisa menulari sang istri yang tengah hamil.
*Dedeh Kurniasih.

* *BILA ANAK TERKENA CAMPAK*
*H**ati-hati bila anak demam dibarengi munculnya bercak merah di sekitar tubuh. Jangan dianggap enteng, Bu. Hari itu, di rumah keluarga Ibu Niken terjadi kepanikan. Pasalnya, kulit
Nandia (13 bulan) berbercak merah, bahkan seperti menghitam. “Memang,
beberapa hari ini dia panas tinggi. Tapi, saya pikir dia demam biasa saja,”
ujar Ibu Niken dengan rasa bersalah.

Ternyata, dari pemeriksaan dokter menunjukkan bahwa Nandia terkena campak. Hal itu bisa saja terjadi. Memang adakalanya penyakit campak tak terlihat karena campaknya belum keluar,” ujar *DR.Sri Rezeki H. Hadinegoro, Dr. Sp.A(K), *dari RSUPN Cipto Mangunkusumo.

Apa yang dialami Ibu Niken kerap juga dialami ibu-ibu lain. Mari kita mengenal campak lebih jauh, agar tak langsung panik saat menghadapinya.

PNYEBABNYA ADALAH VIRUS

Penyakit campak/*measles* disebabkan oleh virus Morbili. Pada tahun 60-an, di Amerika campak merupakan penyakit yang mengakibatkan kematian 400 balita setiap tahunnya. Gejala campak memang agak sulit dideteksi secara dini. Karena, gejala campak, seperti batuk, pilek, dan demam, menurut Sri, hampir sama dengan penyakit flu biasa. “Padahal, campak merupakan penyakit infeksi yang berbahaya.” Bahkan, gejala munculnya bercak merah di kulit pun hampir mirip dengan karena keracunan obat atau alergi karena dingin.

Gejala awal penyakit campak ini dimulai dengan adanya batuk-batuk. Lalu, 1-2 hari kemudian timbul demam yang tinggi dan turun naik berkisar antara 38-40 derajat, selama lima hari. Biasanya dibarengi dengan mata merah dan seperti berair.

Pada saat itu pula, biasanya muncul bintik putih seperti *Koplik spot* di sebelah dalam mulut. Dan ini biasanya akan bertahan 3-4 hari. Kadang-kadang juga disertai dengan munculnya diare. Memasuki hari kelima demamnya akan tinggi sekali. “Pada waktu itulah, bercak merah mulai keluar.”

Bercak merah campak berbeda dengan bercak biang keringat, misalnya. Karena, biang keringat tidak dibarengi dengan demam. Bercak-bercak merah ini muncul secara bertahap dan merambat. Lokasi “khusus” ini biasanya muncul pertama kali di belakang kuping, leher, dada ke bawah, tangan, kaki lalu ke muka.

Jadi, terang Sri, bercak-bercak merah ini tak sekaligus muncul ke seluruh tubuh. Perlu waktu, biasanya seminggu barulah memenuhi seluruh tubuh. Tetapi, jika daya tahan tubuh anak cukup bagus bercak merahnya tak terlalu menyebar atau tak terlalu penuh. Umumnya jika bercak merah ini sudah keluar, demamnya akan turun dengan sendirinya. Usai itu, kulit kemudian menjadi hitam bersisik, kira-kira selama 2 minggu. Timbul warna kehitaman itu
merupakan periode penyembuhan. Lama-lama tanda hitam itu akan rontok, hilang atau sembuh dengan sendirinya.

Yang jelas, bercak-bercak merah ini menimbulkan gatal luar biasa. Yang dikhawatirkan, kata Sri, timbul infeksi karena anak menggaruk dengan tangan yang tidak bersih. Infeksi ini muncul seperti bisul-bisul kecil bernanah. Ditambah lagi kebiasaan yang tidak benar dari para ibu ini, yang tidak memandikan anak yang sedang terkena campak. “Padahal anak yang campak, bila panasnya sudah turun tetap harus dimandikan,” tandas Sri. Minimal, dilap
handuk basah untuk membersihkan keringatnya. Dan, usahakan untuk menggunakan sabun bayi yang tak terlalu merangsang kulit atau yang tak terlalu keras. Gosoklah seluruh bagian tubuhnya seperti biasa, asal tidak terlalu keras. Justru, bila anak tak dimandikan, anak akan berkeringat dan tentu rasanya lebih gatal lagi. “Dengan mandi anak akan merasa nyaman. Nah, untuk mengurangi rasa gatalnya, sehabis mandi bisa dibedaki dengan *salycyl talc*,”
papar Sri.

KOMPLIKASI

“Yang terang, disebut campak apabila demam itu berlanjut dengan timbulnya bercak-bercak merah. Kita sering salah kaprah, bila anak demam tinggi dan tidak mengeluarkan bercak-bercak merah, menandakan bahwa campaknya tidak keluar. “Tanpa bercak merah, kendati demamnya tinggi, namanya bukan campak.”

Anak yang terkena campak ini tergolong sakit berat. Paling tidak menghabiskan waktu sakit selama tiga minggu. Dan campak ini juga dikategorikan atas ringan dan berat. Disebut ringan, kata Sri, apabila setelah keluar campak, demamnya akan turun. “Sedangkan campak yang berat bila sampai ada komplikasinya. Komplikasi itu bisa terjadi disepanjang berlangsung penyakitnya,” jelas Sri. Komplikasi terberat bisa sampai menimbulkan kematian. Radang paru (pneumonia) merupakan komplikasi yang paling sering mengakibatkan kematian pada anak.

Komplikasi ini bisa terjadi karena virus Morbilli bisa menyebar melalui aliran darah ke mana-mana. Selain ke kulit, ke selaput lendir hidung, mulut, pencernaan. Bahkan bila virus itu masuk ke daerah otak bisa menimbulkan kejang-kejang, kesadaran menurun/ensefalopati.

Bila ke daerah pencernaan bisa menimbulkan diare atau muntah-muntah sehingga anak kekurangan cairan atau dehidrasi. Selain itu karena ada sariawan juga membuatnya perih dan tak mau makan. “Umumnya campak yang berat ini terjadi
pada anak yang gizinya buruk,” ujar Sri

Perlu diketahui, campak ditularkan lewat udara yang terhisap melalui hidung atau mulut. Karena penularannya terjadi langsung, penyakit campak menular begitu cepat. Penularan sudah berlangsung 1-2 hari sebelum keluarnya bercak-bercak merah. Karena itu, anak yang campak harus diisolasi agar tidak menularkan pada anak yang lain. Ia pun perlu mendapat istirahat yang cukup. Kemudian, makan bergizi.

PENANGANAN CAMPAK

Anak yang diduga terkena campak harus dipastikan dulu apakah betul-betul campak atau bukan. Bila diagnosis sudah ditegakkan, dan tak ada komplikasi, anak cukup dirawat di rumah. “Tetapi, bila sampai terjadi komplikasi harus dirawat di rumah sakit.”

Yang terang, bila campak tak diobati akan berbahaya karena dampaknya yang bisa bermacam-macam tadi. Anak pun akan rewel, sulit minum, tak bisa tidur, bisa kejang, kekurangan cairan, sesak nafas dan sebagainya. “Jadi jangan punya anggapan bahwa campak didiamkanpun tak apa-apa. Karena ini termasuk penyakit berat,” tandas Sri.

Dan, pengobatan campak dilakukan untuk mengobati gejalanya. Hal ini disebabkan karena penyebab campak adalah virus. “Jadi, bukan mematikan virusnya. Karena begitu gejala penyakitnya timbul virusnya sendiri sudah tak ada,” jelas Sri. Jadi, anak akan diberi obat penurun panas untuk demam, obat sariawan untuk sariawan (bila ada), dan obat diare untuk mengatasi diarenya. Dan obat batuk untuk mengobati batuknya. Lalu disiapkan pula obat anti
kejang bila anak punya bakat kejang.

Sebaiknya anak berpantang makanan yang merangsang batuk, seperti goreng-gorengan, permen dan coklat. Selain itu, berilah anak makanan yang mudah dicerna.

Umumnya bila anak terkena campak akan rentan sehingga mudah sekali terkena penyakit lain. Misalnya bila di sekitarnya ada yang flu, radang tenggorokan atau bahkan TBC, maka diapun bisa terkena. Biasanya masa rentan ini berlangsung sebulan setelah sembuh.

IMUNISASI

Lantas, apa yang bisa dilakukan untuk mencegahnya timbulnya campak pada anak?

Untuk diketahui, semua penyakit virus itu bersifat endemis. Artinya penyakit itu tidak mengenal musim, karena bisa muncul sepanjang tahun. Karena itu, pencegahan dilakukan hanya dengan imunisasi campak. “Imunisasi pertama dilakukan pada usia antara 6-9 bulan. Lalu diulang pada usia 5-6 tahun atau ketika sekolah TK atau SD kelas satu.”

Vaksin campak ini tergolong ringan sekali, tak ada efeknya. Cuma biasanya setelah satu minggu, badan agak hangat dan adakalanya diare. “Tapi, vaksin ini lebih ringan daripada vaksin DPT.” Karena umumnya campak banyak menyerang anak usia balita, itulah mengapa
imunisasi diberikan di bawah usia setahun. Karena itu bila dalam satu keluarga, misalnya kakaknya yang usia TK terkena campak, lalu ada adiknya yang masih bayi, orang tua harus ekstra hati-hati. “Jika adiknya belum diimunisasi akan berbahaya sekali. Sebaiknya kakak atau adiknya dipisahkan dari rumah, misalnya dititipkan atau tinggal sementara di rumah nenek atau saudara lainnya,” saran Sri.

Kemudian, lakukan pemantauan terhadap si adik selama kurang lebih tiga minggu, apakah tertular atau tidak. Bila adiknya tak terkena dalam waktu itu, segera berikan imunisasi. “Tapi, bila yang terjadi dalam waktu 3 minggu itu adiknya terkena campak, tak perlu diimunisasi tapi harus diobati.” Hal ini disebabkan, lanjut Sri, vaksin imunisasi merupakan virus yang hidup tapi dilemahkan. Jadi, kalau sudah tertular virus dalam badannya maka jangan
diberikan lagi.

Anak yang sudah mendapatkan imunisasi diharapkan tak terkena campak. Karena sudah ada imunnya. Kalau toh terkena tak akan sampai berat. Perlu diingat, “Seorang anak akan terkena campak sekali seumur hidup. Kalau dikatakan sampai 2-3 kali terkena campak, itu salah, berarti diagnosisnya tak betul,” kata Sri.

Dan bila masa kecilnya tak terkena campak bisa saja terkena di usia setelah besar. Kecuali bila daya tahan tubuhnya kuat, ada kemungkinan tidak terkena. Nah, sudah lebih jelas kan, Bu, Pak. Jadi, tidak panik lagi, ya.
*Dedeh kurniasih *