Imunisasi IPD


IMUNISASI IPD

Filed under: Children Life

Rangkuman dari Milist Sehat mengenai VAKSIN IPD Tonang D Ardyanto to sehat Karena adanya informasi penting, rangkuman ini saya revisi.

Apa gunanya vaksinasi IPD?

Acute lower respiratory infections are responsible for two million deaths
per year and a large proportion of these are pneumococcal disease. A recent
study (Cutts F. et al., The Lancet 2005) in The Gambia indicates that more
than one third of these deaths might be caused by the bacterium
Streptococcus pneumoniae. Most victims are children in developing countries.
Pneumonia deaths far outnumber deaths from meningitis. Nonetheless, in
non-epidemic situations, Streptococcus pneumoniae is the main cause of
meningitis fatalities in sub-Saharan Africa; of those who develop
pneumococcal meningitis, 40-75 % either die or are permanently disabled.
Children infected with HIV/AIDS are 20-40 times more likely to contract
pneumococcal disease than children without HIV/AIDS.

A seven-valent conjugate vaccine called Prevnar is designed to act against
seven strains of pneumococcal disease. It has been developed by Wyeth and is
licensed in the United States and several other countries. In the United
States, use of this vaccine has led to a dramatic decline in rates of
pneumococcal disease, not only in immunized children, but also in the
un-immunized population through reduced transmission.

(WHO: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs289/en/)

IPD adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri pneumokokus (streptoccoccus
pneumoniae). Bakteri tersebut secara cepat dapat masuk ke dalam sirkulasi
darah dan merusak (invasif) serta dapat menyebabkan infeksi selaput otak
(meningitis) yang biasa disebut radang otak.

Penelitian menunjukkan, sebagian besar bayi dan anak di bawah usia 2 tahun
pernah menjadi pembawa ( carrier) bakteri pneumokokus di dalam saluran
pernapasan mereka. Oleh karena itu, bayi baru lahir hingga bocah usia 2
tahun berisiko tinggi terkena IPD.

Yang paling fatal bila bakteri pneumokokus menyerang otak. Pada kasus-kasus
meningitis seperti ini, kematian akan menyerang 17% penderita hanya dalam
kurun waktu 48 jam setelah terserang. Kalaupun dinyatakan sembuh umumnya
meninggalkan kecacatan permanen, semisal gangguan pendengaran dan gangguan
saraf yang selanjutnya memunculkan gangguan motorik, kejang tanpa demam,
keterbelakangan mental dan kelumpuhan.

Dari ketiga bakteri yang biasa menyebabkan meningitis (Streptococcus
pneumoniae, Haemophilus influenzae type B, dan Neisseria meningitis),
Streptococcus pneumoniae merupakan bakteri yang seringkali menyerang anak di
bawah 2 tahun. Meningitis karena bakteri pneumokokus ini dapat menyebabkan
kematian hanya dalam waktu 48 jam. Bila sembuh pun sering kali meninggalkan
kecacatan permanen.

Vaksinasi dipercaya sebagai langkah protektif terbaik mengingat saat ini
resistensi kuman pneumokokus terhadap antibiotik semakin meningkat. Karena
anak-anak di bawah usia 1 tahun memiliki risiko paling tinggi menderita IPD,
maka amat dianjurkan agar pemberian imunisasi dilakukan sedini mungkin.
Untungnya, saat ini sudah ditemukan vaksin pneumokokus bagi bayi dan anak di
bawah 2 tahun.

(dari artikel sebuah tabloid kesehatan, oleh: Sukman Tulus Putra, dr.,
Sp.A.(K), FACC, FESC, Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI))

Apakah vaksinasi ini dipakai di tempat lain?

Menurut salah seorang dokter di milis sehat(1): Aman tidak, Di indonesia
baru tahun ini 2006, tapi di Amrika, sejak 2000 sudah disuntikan wajib dan
laporan ilmiah tahun 2001 telah 23 juta dosis diberikan dengan efek samping
yang tidak jauh lebih banyak dari efek samping imunisasi rutin saat itu.
Sampai sekarang telah direkomendasikan di Amerika, Australia, Korea,
Philipina, Spanyol, Malaysia, Singapore dan Canada.

lebih lengkap di situs WHO
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs289/en/)

Apakah sudah dilaksanakan di Indonesia?

Situs resmi IDAI (www.idai.or.id) belum memasang jadwal terbaru setelah
jadwal tahun 2004 hasil revisi.

Menurut salah seorang dokter di milis sehat(1): Dari bocoran hasil rapat
Satgas imunisasi IDAI di medan (1-5 mei) direkomendasikan untuk dimasukkan
bersamaan vaksin influensa pada jadwal rekomentasi idai 2006.

Menurut situs majalah Anakku (www.anakku.net dibuka pada tanggal 19 Mei
2006): Vaksinasi IPD direkomendasikan oleh IDAI sejak tahun 2006 bersamaan
dengan mulai direkomendasikannya vaksinasi Influenza.

Bagaimana jadwalnya?
Imunisasi IPD pada usia (1):

  • < 6 bulan: diberikan dasar 3 kali jarak 2 bulan dan penguat/ulangan
    (booster) pada usia 12 – 15 bulan. > 4 kali
  • 6 – 12 bulan diberikan dasar 2 kali, dan penguat seperti diatas > 3 kali
  • 12 – 24 bulan . Diberikan dasar 2 kali tidak perlu penguat. > 2 kali
  • > 24 bulan. Diberikan 1 kali > 1 kali

Apa nama vaksin IPD?
Ada dua jenis yang sudah beredar, dan ada yang dalam pengembangan/
penelitian.

  • Prevenar atau PCV 7 (diseluruh dunia sama mereknya): berisi 7 serotype (4,
    6B, 9V, 14, 18C, 19F and 23F). Bisa diberikan pada sejak bayi usia 2 bulan.
    Harganya relatif mahal.

  • Pneumo23: berisi 23 serotype, diberikan pada anak berusia lebih dari 2
    tahun. Harganya lebih murah.

  • Sedang dikembangkan vaksin baru berisi 9 serotype (prevenar ditambah
    serotype 1 dan 5, yang banyak menimbulkan pneumococcus disease di negara
    berkembang). Diharapkan ijinnya akan keluar 2-3 tahun lagi. (Produksi Wyeth)

  • Sedang dikembangkan juga vaksin berisi 11 serotype (produksi GSK dan
    Sanofi-Pasteur).

Ada keuntungan lain dalam penelitian vaksin produksi baru ini bahwa: In
addition, an unexpected benefit of vaccination (9 serotype vaccine) was the
decrease of symptomatic pneumonia cases associated with a viral infection,
whether influenza virus or one of the paramyxoviruses.

(WHO: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs289/en/)

Apa efek samping vaksinasi ini?
Menurut labelnya, efek samping yang sering terjadi (Very common) pada
pemberian prevenar pada saluran pencernaan adalah diare dan muntah.

Menurut artikel oleh dokter Sukman Tulus Putra: Reaksi terhadap vaksin yang
terbanyak dilaporkan adalah demam ringan < 38 derajat Celcius, rewel,
mengantuk (drowsy), dan beberapa reaksi ringan lainnya yang biasa ditemui
pada pemberian berbagai jenis vaksin.

Dalam praktek, salah seorang dokter di milis sehat(1) menyampaikan: dari 20
an kasus, 5-8 pasien menelefon dan mengatakan panas tapi tidak tinggi (<38).
Ada 1 pasien yang nafsu makannya menurun dan panasnya > 38. Belum ada yang
mengeluh diare dan muntah.

Apa yang perlu diperhatikan?

Bila ada riwayat reaksi alergi terhadap imunisasi Dipteria (DPT), maka tidak
diberikan imunisasi IPD jenis Prevenar (kontraindikasi), karena dalam
Prevenar ada kandungan varian dari Diphteria toxin (sebagai
protein-carrier).

Pemberian imunisasi IPD tidak menghapus jadwal imunisasi yang lain (seperti
HiB, tetap seperti jadwalnya).

Apa kendalanya?
Harga vaksinasi masih relatif tinggi. Dilaporkan berkisar 850-950 ribu
rupiah (Prevenar).

WHO menyebutkan:
A vaccine providing effective protection against pneumococcal disease for
young children in developing countries may be ready for use in 2008-2009,
and could be introduced in such countries provided adequate supply and
financial help are arranged.

Apakah benar-benar diperlukan di Indonesia?

Menurut WHO:
It can be difficult to establish the extent of pneumococcal disease as
developing countries often lack the clinical and laboratory facilities, the
expertise, and the resources to do so. As a result, public health
decision-makers are often unaware of the prevalence of the disease and of
the toll it exacts in death and disability. Because of the scarcity of data
from developing countries, there is concern over whether the seven-and
nine-valent vaccines contain the serotypes appropriate for all countries.
Concerns remain – although results to date are encouraging – that prevention
of some serotypes of pneumococcal disease may lead to increased incidence of
other serotypes. The price of the vaccine, although still to be set for
developing countries, may be too high for them to afford without special
financing arrangements.

Menurut salah seorang dokter di milis sehat(2):
Sebenarnya masih ada pertanyaan apakah serotype yang digunakan pada Prevenar
sesuai dengan serotype di Indonesia. Karena itu baru akan dilakukan
penelitian. Kalau misalnya lebih spesifik dan lebih sedikit jumlahnya,
mungkin bisa diproduksi dengan harga lebih murah.

Menurut informasi dari seorang SpA(3):
Sakit IPD-nya sudah jelas ada, hanya soal apa serotypenya. Pemilihan 7
serotype ini didasarkan pada pemberian di Malaysia, Singapura, Philiphina
dan Australia yang dianggap berdekatan dan memiliki ciri geografis seperti
Indonesia.

Saat ini yang sudah diteliti ada di tiga tempat: Jakarta (3), Bandung (4)
dan Mataram (5). Dari ketiganya, baru Mataram yang sudah diketahui
serotypenya. Tahun ini akan dilakukan penelitian multi-senter di 5 tempat,
untuk memastikan jenis serotype-nya. Hasilnya mungkin baru tahun depan
diketahui dengan pasti.

Keterangan:
1: dr. JS Wibisono, SpA
2: dr. Purnamawati, MMPed. SpA(K)
3: Prof. Hardiono Pusponegoro, SpA(K)
4: Prof. Cissy Kartasasmita, SpA(K)
5: Prof. Soewignyo, SpPD(K).

Semoga bermanfaat, mohon dikoreksi dan ditambahi oleh semuanya agar lebih
sempurna.

Catatan: ini bukan tulisan resmi, artinya untuk konsumsi milis. Bila untuk
konsumsi publik (situs, leaflet, brosur, poster), tentu cara penulisan harus
disesuaikan.

Catatan Tambahan :

Maaf, ternyata masih ada yang terlewat:

Apa beda serotype pada Prevenar dan Pneumo23?

  • Prevenar atau PV7 berisi 7 serotype Streptococcus pneumonia: 4, 6B, 9V,
    14, 18C, 19F and 23F
  • Pneumor23 berisi 23 serotype:
    1,2,3,6B,7F,8,9N,9V,10A,11A,12F,14,15B,17F18C,19A,19F,20,22F,23F,33F

Kalau sudah mendapatkan imunisasi IPD apakah masih harus mendapatkan
imunisaasi HiB?
Masih, karena bakteri penyebabnya berlainan jenis. Jadi jadwal untuk HiB
tetap berlaku, jadwal IPD juga berlaku.

Apa ada yang perlu diperhatikan?
Bila ada riwayat reaksi alergi terhadap imunisasi Dipteria (DPT), maka tidak
diberikan imunisasi IPD jenis Prevenar (kontraindikasi), karena dalam
Prevenar ada kandungan varian dari Diphteria toxin.

tonag

Tinggalkan komentar